Sabtu, 28 September 2024, Kluster Pusat Kajian Biostatistika dan Informatika Kesehatan (PKBIK) LPPKM FKM UI menyelenggarakan Seminar Online (SEMOL) Seri 18 dengan tajuk “Perancangan Aplikasi Monitoring dan Evaluasi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan” dengan para penyaji dan pembahas ahli.
Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKM UI, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc., menuturkan bahwasanya perancangan aplikasi monitoring dan evaluasi di fasilitas pelayanan kesehatan menjadi hal yang sangat penting dan mendesak penggunaanya di era digital saat ini. “Perancangan aplikasi monitoring dan evaluasi di fasilitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya mewujudkan pelayanan yang efektif, efisien, dan accountable. Saya berharap, seminar online ini dapat memberikan wawasan dan menjadi diskusi yang konstruktif untuk terus mengembangkan penelitian dan praktek kesehatan masyarakat yang lebih baik,” tutur Dr. Asih dalam sambutannya.
Pada pemaparan pertama, Intansari, S.ST., M.K.M., memberikan pembahasan mengenai “Prototyping Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi RME di Fasyankes dalam Studi Kasus Penelitian RSUD Dr. Soetomo Surabaya”. Intansari menjelaskan bahwa sistem informasi memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi Rekam Medis Elektronik (RME).
“Semua fasyankes harus mengimplementasikan RME. Ketika sudah diimplementasi, masalah akurasi data biasanya muncul sebagai tantangan utama. Sehingga, pencarian peluang menjadi penting dalam membangun suatu aplikasi agar menjaga sustainability dari aplikasi tersebut,” terang Intansari.
Rekam Medis Elektronik (RME) merupakan muatan sumber data utama dalam pelayanan kesehatan, mulai dari data demografi hingga data pendukung pasien yang sangat krusial. RME memerlukan monitoring dan evaluasi karena berkaitan dengan peningkatan akurasi diagnosis dan pengobatan, kepatuhan terhadap regulasi, serta manajemen risiko.
“Arah pengembangan sistem monev RME di fasyankes akan langsung terintegrasi dengan RME dan SIMRS. Hal ini dapat berperan dalam pengembangan modul analisis data dan dapat dikembangkan pula menjadi warning system untuk dihubungkan dengan potensi klaim tidak diterima (dispute). Selain itu, juga dapat dikembangan menjadi Cloud Computing, Machine Learning, bahkan AI untuk bantuan dalam melakukan pengkajian rekam medis,” terang Intansari dalam menjelaskan manfaat serta kelebihan sistem monitoring dan evaluasi RME.
Lebih lanjut, Miftakul Fira Maulidia S.Tr. Keb., M.K.M, selaku penyaji kedua pada SEMOL Seri 18 memaparkan pembahasan yang bertajuk “Evaluasi Pemanfaatan Aplikasi E-Kohort untuk Program KIA di Kabupaten Malang” sebagai hasil studi analisis yang dilakukan.
E-Kohort merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Kemenkes pada tahun 2020 dan diimplementasikan pada tahun 2021 di 15 kabupaten/kota, salah satunya di Kota Malang. Aplikasi tersebut merupakan pengintegrasian dari register kohort yang sebelumnya digunakan oleh pemberi layanan kesehatan, khususnya para bidan, yang masih berbasis pada pendataan paper based.
Miftakul Fira Maulida menerangkan bahwa aplikasi E-Kohort harus menerapkan evaluasi sebagai pemenuhan dari kebutuhan sistem pada daur hidupnya, menjaga kinerja dan efisiensi sistem, serta melakukan perbaikan yang berkelanjutan. “Ternyata, sampai penelitian ini dilakukan, belum ada evaluasi terkait E-Kohort yang merujuk pada persepsi pengguna akan kesuksesan aplikasi dalam meningkatkan kinerja,” tutur Miftakul Fira.
Pembahasan dari kedua penyaji secara lebih lanjut disampaikan oleh Popy Yuniar, S.K.M., M.M., Ph.D., Dosen Biostatistik dan Informatika Kesehatan FKM UI. Dalam pembahasannya Popy menjelaskan bahwa sistem analisis menjadi bagian dari proses pengembangan mode yang penting dalam memberikan ilustrasi pada proses pembangunan suatu sistem RME.
“Sistem analisis sangat penting sebagai problem solver. Saat ini, masih terlihat kurangnya peranan dari sisi internal ketika membangun sistem informasi. Sejatinya, peranan harus dimiliki oleh semua tidak hanya pada vendor ataupun developer. Proses komunikasi juga menjadi sangat penting. Tidak akan ada keberhasilan jika di dalam pengembangan sistem informasi tidak ada interaksi antar pihak, sehingga framework menjadi tahapan yang harus dilalui dengan benar,” tutur Popy Yuniar memperjelas tantangan yang telah disampaikan oleh penyaji pertama.
“Adapun terkait pendekatan evaluasi memang sudah seharusnya dilakukan sebagai penilaian efektifitas pada suatu sistem, terlebih yang nilai investasinya besar. Pengujiannya menilik pada sebuah hipotesis bahwa semua intensitas bisa memengaruhi kinerja suatu sistem informasi, mulai dari dukungan organisasi hingga acceptance dari pengguna. Sehingga, melakukan perbaikan sesuai prioritasnya menjadi evaluasi yang dapat dilakukan,” pungkas Popy Yuniar membahas materi yang dibawakan oleh penyaji kedua.
Melalui SEMOL FKM UI Seri 18 yang diikuti oleh peserta dari kalangan mahasiswa dan umum ini, PKBIK FKM UI berharap dapat memberikan wawasan seputar perancangan aplikasi atau sistem informasi yang baik pada fasilitas pelayanan kesehatan. (ITM)