Kamis, 26 Oktober 2023, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Mutu Layanan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan seminar online yang bertajuk “Transformasi Mutu Layanan Kesehatan Primer, Tantangan dan Peluang di Era Digitalisasi”.
“Tentunya perlu diingat bawa layanan primer ini merupakan yang pertama dan utama, apabila layanan dan mutunya tidak efisien tentu akan berimbas pada pelayanan lainnya, seperti penurunan layanan dimasyarakat,” tutur Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan, Setiaji, S.T., M.Si., memberikan sambutan sekaligus membuka seminar. “Oleh karenanya penting untuk memperkokoh pondasi dari layanan primer yang dimulai dari peyeragaman sistem informasi atau standarisasi agar data-data kesehatan yang ada dapat terintegrasi dan layanannya dapat dikontrol dengan baik sehingga mempermudah melakukan diagnosis ataupun menetukan treatment selanjutnya,” lanjutnya.
Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN (Pasal 24 ayat 3), menyatakan bahwa badan penyelenggara jaminan sosial mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan dan sistem pembayaran pelayanan kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas jaminan kesehatan. “Mari kembangkan kecerdasan kita untuk meningkatkan mutu dalam pelayanan kesehatan, melakukan monitoring dan evaluasi mutu memerlukan kecerdasan intelektual dan kecerdasan sosial sehingga berpengaruh pada hubungan yang baik antarsektor. Selamat olah pikir, menuju mutu yang lebih baik,” ujar dr. Adang Bachtiar, M.P.H., D.Sc., Ketua Kelompok Studi Mutu Layanan Kesehatan Masyarakat FKM UI, dalam sambutannya.
Dra. Rahmi Purwakaningsih, M.Kes., Ketua Tim Kerja Mutu Pelayanan Kesehatan Primer, Direkroat Mutu Pelayanan Kesehatan, membahas terkait kebijakan dan sistem mutu layanan kesehatan primer. “Transformasi kesehatan bertujuan untuk melaksanakan visi presiden yaitu masyarakat yang sehat, produktif, mandiri, dan berkeadilan,” ujar Dra. Rahmi. Hal ini, berkaitan dengan arah kebijakan RPJMN 2020-2024, yakni meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif yang didukung adanya inovasi dan pemanfaatan teknologi. Fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakukan peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara internal dan eksternal secara terus menerus dan berkesinambungan,” sambungnya.
Urgensi digitalisasi dalam pelayanan kesehatan adalah berlandaskan pada tiga masalah inti yakni kesulitan mencari data dari rekam medis manual, pelayanan kesehatan tidak efektif dan efisien karena menghabiskan waktu menunggu dokumen kertas, serta tata kelola pelayanan kesehatan tidak optimal karena kesulitan mengambil keputusan dengan data yang riil. Sistem digitalisasi juga diperlukan sebagai bentuk standarisasi dan integrasi data, protokol pertukaran data, dan simplifikasi aplikasi untuk fasilitas kesehatan, masyarakat, dan tenaga kesehatan. “Faktanya, fokus transformasi teknologi kesehatan 2023 yakni meningkatkan pembangunan dan implementasi transformasi teknologi kesehatan secara nyata dan berdampak bagi seluruh masyarakat Indonesia. Target integrasi SATUSEHAT platform 2023, berfokus pada seluruh wilayah Indonesia dengan target 30.000 Fasyankes,” tutur Setiaji, dalam topik kedua, mewujudkan kesehatan masyarakat melalui teknologi.
Lebih lanjut, bicara tentang mutu pelayanan kesehatan tentunya bekaitan erat dengan pelayanan yang diberikan kepada individu atau populasi dengan tujuan untuk meningkatkan outcome kesehatan. Fasilitas layanan primer ini merupakan ujung tombak dalam mewujudkan masyarakat yang sehat. Pemberdayaan masyarakat melalui suatu peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan ini harus menjadi bagian penting dari sistem pelayanan kesehatan primer. Balance skor juga menjadi salah satu strategi dalam target transformasi kesehatan primer yang dapat dilakukan. Penguatan pelayanan primer pada upaya kesehatan perorangan dan populasi tentunya mengutamakan tindakan promotif dan preventif. Menurut Dr. Sulung Mulia Putra, M.P.H., pemanfaatan teknologi informasi sangat penting bagi puskesmas. “Jumlah warga Cengkareng yang mencapai 600.000 orang ini mengharuskkan tenaga kesehatan memiliki inovasi berbasis teknologi agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada seluruh warga Cengkareng,” ujar Dr. Sulung, Kepala Puskesmas Cengkareng, pada topik materi ketiga. (DFD)