Bahas Peningkatan Kapasitas Kader dan Peran Perawat Desa dalam Memperbaiki Masalah Gizi di Indonesia, FKM UI Selenggarakan SEMOL Seri 13

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali bekerja sama dengan SUN Academia & OP Network Indonesia untuk menyenggarakan SEMOL (Seminar Online). Menghadirkan dua pembicara ahli dalam bidang Gizi, SEMOL FKM UI kembali digelar dalam Seri ke-13 pada Jumat, 7 Juni 2024.

“Harapan besar yang kami miliki dengan terselenggaranya kegiatan rutin ini adalah semakin terinformasinya dan terbukanya jejaring kegiatan kepada Bapak dan Ibu sekalian dalam menuntaskan masalah gizi di Indonesia sebagai cita-cita yang dimiliki bersama”, tutur Wahyu Kurnia Yusrin Putra, S.K.M., M.K.M., Dosen dan Sekretaris Program Studi Sarjana Gizi FKM UI dalam sambutannya.

Pembahasan pertama disampaikan oleh Sada Rasmada, S.Pt., M.K.M., Dosen Prodi Gizi, STIK Sint Carolus dengan tajuk “Peningkatan Kapasitas Kader dalam Upaya Memperbaiki Masalah Gizi”. Pembahasan mengemukakan kegiatan yang telah dilakukan oleh STIK Sint Carolus kepada kader di Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. “Kegiatan yang telah kami lakukan ialah memberikan edukasi tentang Isi Piringku dan Keragaman Bahan Pangan kepada para kader di Kecamatan Johar Baru. Dalam melaksanakan intervensinya, terdapat langkah-langkah yang kami lakukan, yakni dimulai dengan melakukan survei masalah gizi dan kesehatan hingga melaksanakan resume kegiatan oleh para kader sebagai langkah akhirnya. Adapun hasil intervensi yang kami dapatkan terhadap kegiatan edukasi Isi Piringku memperlihatkan adanya peningkatan, baik dalam peningkatan pengetahuan dan pre-test prakteknya”, jelas Sada Rasmada.

“Kegiatan edukasi mengenai Keragaman Bahan Pangan memberikan pembahasan dan pemahaman tentang variasi bahan pangan yang dikonsumsi. Langkah intervensi yang dilakukan dimulai dengan pelaksanaan survei masalah gizi dan kesehatan serta diakhiri dengan kegiatan monitoring dan evaluasi. Adapun hasil intervensi yang diberikan memperlihatkan adanya peningkatan dalam pemahaman frekuensi makanan hingga jenis makanan yang dikonsumsi pada pagi hari”, tambah Sada Rasmada.

Lebih lanjut, materi “Peran Perawat Desa (OVON) dalam Penanganan Stunting di Desa” disampaikan oleh Dr. Sigit Mulyono, S.Kp., M.N., Dosen FIK UI dan Perwakilan Persatuan Perawatan Nasional Indonesia (PPNI). One Village One Nurse (OVON) merupakan program inovatif yang dilaksanakan dalam bentuk kerja sama oleh PPNI dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dalam menjembatani dan menanggulangi masalah di desa. “Stunting diawali oleh adanya permasalahan utama pada saat ibu hamil, kelahiran, ASI eksklusif gagal dengan dilanjutkan susu formula yang tidak mendukung, MPASI yang kurang berkualitas dan berkuantitas, anak yang sering sakit, serta imunisasi yang tidak cukup. Sehingga, penanganan stunting tidak hanya oleh perawat saja, namun perlu peran kolaborasi interprofesi”, tutur Dr. Sigit Mulyono. “Adanya OVON ini sinkron dengan RPJMN 2020-2024, yakni memberikan pelayanan atau health delivery, penguatan preventif dan promotif, dan penguatan sistem”, tambah Dr. Sigit Mulyono.

Perawat desa merupakan komunitas perawat yang dihadirkan di desa. Perawat desa dihadirkan sebagai upaya dalam menyelesaikan permasalahan yang berada di desa karena beberapa hal. “Program yang ada selama ini belum menjangkau sampai dengan masyarakat pelosok, keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan masih belum memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat di desa, sumber daya manusia kesehatan belum sepenuhnya menjangkau seluruh masyarakat desa, jumlah total puskesmas sebanyak 10.017 dan hanya 4.029 Puskesmas atau 40,22% yang memiliki fasilitas 5 jenis upaya promotif dan preventif”, terang Dr. Sigit terkait alasan Perawat Desa dihadirkan.

“Hal ini sesuai dengan peran yang dimiliki oleh perawat sebagai community ners, yaitu mempunyai kompetensi pelayanan kesehatan berbasis pelayanan kepada masyarakat; penerapan konsep perawat Community Health Nursing (CHN) dalam menyelesaikan masalah kesehatan berbasis pada keluarga/ wilayah binaan terutama di tingkat desa atau kelurahan; memiliki kemampuan multitasking di segala sektor pelayanan kesehatan dengan kompetensi yang handal dan teruji; turut berupaya mengatasi masalah isu strategis; serta sebagai perencana, pelaksana, dan evaluator program kesehatan masyarakat”, jelasnya.

Perkembangan OVON di Indonesia telah mencakup 9 provinsi di Indonesia, yaitu Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Barat (NTB), Maluku Utara, dan Bali. (ITM)