Doktor FKM UI Analisis Model Telemedisin dalam Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Jejaring Nahdlatul Ulama di Indonesia

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali menyelenggarakan sidang terbuka promosi doktor pada Senin, 8 Juli 2024. Pada kesempatan ini, promovendus Fery Rahman berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Analisis Model Telemedisin dalam Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Jejaring Nahdlatul Ulama di Indonesia”. Sidang yang diketuai oleh Prof. dr. Anhari Achadi, S.K.M., Sc.D., ini diadakan di Ruang Promosi Doktor, Gedung G FKM UI. Sidang juga dihadiri Prof. dr. Amal Chalik Sjaaf, S.K.M., Dr.PH., selaku Promotor serta Prof. dr. Purnawan Junadi, M.P.H., Ph.D., dan Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG., M.P.H., selaku Ko-Promotor.

Penelitian inovatif Promovendus berfokus pada analisis model pelayanan telemedisin di Rumah Sakit Jejaring Nahdlatul Ulama dengan melihat pada perkembangan dunia saat ini yang sudah memasuki revolusi industri 4.0 dan merupakan fenomena dimana terjadi kolaborasi antara teknologi siber dengan teknologi otomatisasi. Berdasarkan data asesmen kualitas internet Puskesmas di seluruh Indonesia yang dirilis Kemenkes RI, terdapat; 7,2% tidak memiliki internet, 14,2% internet yang dimiliki tidak mumpuni, 53,7% internet yang dimiliki cukup mumpuni dan 25% internet berkualitas baik.

Telemedisin memungkinkan seorang pasien dapat bertanya kepada dokternya dimanapun dan kapanpun, tanpa ada halangan fasilitas dan letak geografis. Namun, adopsi telemedisin di Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang menghambat penerapannya secara luas, salah satunya adalah kesulitan mengintegrasikan kemajuan teknologi di sektor medis dalam sistem pelayanan kesehatannya. Data Strategy Purchasing for Primary Health Care (SPPHC) juga menunjukkan hanya 28% faskes yang memanfaatkan telemedisin melalui aplikasi komen, sedangkan 72% lainnya menggunakan aplikasi percakapan atau pertemuan seperti Whatsapp, Zoom Meeting, dan Google Meet, yang mana 3 aplikasi tersebut tidak diperuntukkan untuk layanan telemedisin.

Penelitian disertasi promovendus menyimpulkan bahwa model layanan telemedisin pada rumah sakit jejaring NU adalah teleradiologi dan telekonsultasi dengan basis yang digunakan adalah WhatsApp/hotline RS, ponsel pribadi, serta aplikasi tambahan seperti Zoom Meeting. Terdapat faktor yang berpengaruh, antara lain; pembuatan SOP oleh pimpinan RS, infrastruktur internet yang memadai (>200 Mbps), adanya Rekam Medik Elektronik (RME) yang terintegrasi dengan telemedisin, serta literasi telemedisin dan peningkatan kompetensi layanan oleh tenaga kesehatan. Sedangkan, untuk penetapan unit yang memberikan pembinaan dan pengawasan perlu ada keseragaman, untuk pengantaran obat difasilitasi dengan adanya telefarmasi yang memberi kemudahan pasien tidak perlu antre/menunggu datangnya obat.

Mengingat telemedisin merupakan hal baru dalam sistem pelayanan kesehatan, maka perlu menjadi perhatian khusus dalam upaya peningkatannya. Melalui disertasinya, promovendus memberikan rekomendasi kepada pemerintah yakni perlu adanya penyusunan pedoman, panduan, juklak dan juknis layanan telemedisin yang bersifat nasional sehingga menjadi dasar bagi RS untuk membuat SOP layanan telemedisin, serta pemerintah diharapkan dapat mempercepat terwujudnya Indonesia Health Services (IHS) sebagai data agregator platform yang terstandarisasi dan komprehensif termasuk di dalamnya adalah roadmap pengembangan layanan telemedisin. Asosiasi Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (ARSINU) juga dapat berperan dalam mengembangkan telemedisin sebagai enabling project di RS jejaring NU; mengembangkan aplikasi khusus yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh anggota ARSINU serta masyarakat; dan berperan aktif dalam mensosialisasikan regulasi ter-update berkaitan dengan telemedisin. Promovendus juga menyarankan agar akademisi dapat terus mengembangkan kajian ataupun penelitian tentang layanan telemedisin agar layanan ini terus berkembang dan dirasakan oleh masyarakat luas dalam mengakses pelayanan kesehatan.

Melalui hasil diskusi ketua sidang, promotor, kopromotor, serta tim penguji yang terdiri dari Dr. drs. Sutanto Priyo Hastono, M.Kes.; Dr. dr. Trihono, M.Sc.; Dr. dr. HM. Zulfikar As’ad, MMR.; dan Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D., Fery Rahman dinyatakan lulus menjadi Doktor bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan tercatat sebagai lulusan S3 IKM tahun 2024 ke-36, lulusan S3 IKM ke-332, dan lulusan S3 di FKM UI ke-425. Fery, sosok intelektual yang lahir di Pamekasan dan berprofesi sebagai Dokter sekaligus Sekretaris Jenderal ARSINU ini mendapat dukungan penuh dari keluarganya dalam menyelesaikan studi doktor di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (DFD)