Waspadai Peningkatan Stunting di Kabupaten Belitung, FKM UI Berikan Edukasi Gizi kepada Kader Posyandu dan Siswi SMA

Stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama dan penyakit infeksi yang terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan anak. Stunting ditandai dengan tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.  Stunting membawa risiko jangka panjang seperti kecerdasan rendah, pendek, dan lebih mudah mengalami penyakit degeneratif (diabetes mellitus, hipertensi, jantung, stroke) lebih cepat.

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung  angka prevalensi stunting di Kabupaten Belitung mengalami peningkatan. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Belitung terus berupaya dalam menurunkan angka stunting di Kabupaten Belitung lewat kegiatan percepatan penurunan stunting. Penyebab stunting di Kabupaten Belitung diperkirakan pada pola asuh dan pola makan yang masih kurang tepat. 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan periode sangat penting dalam kehidupan agar baduta terhindar dari stunting.  Di sisi lain, remaja adalah calon ibu yang harus dipersiapkan status gizinya untuk bekal suatu saat menikah dan hamil.

Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), yang diwakili oleh Dr. Ir. Diah M. Utari, M.Kes., beserta tim yaitu Ir. Siti Arifah, M.P.H.; Wahyu Kurnia Yusrin Putra, M.K.M., dan Denny Susanto, S.Gz., telah mengembangkan booklet dan leaflet sebagai bahan edukasi serta game untuk meningkatkan keterampilan kader.

Edukasi gizi berlangsung pada 26 Agustus 2024  untuk kader dari 19 posyandu di wilayah Kecamatan Sijuk dan semua remaja putri siswa SMAN 1 Sijuk, Kabupaten Belitung. Materi yang diberikan pada kader meliputi  gizi ibu hamil dan balita, cara membaca hasil penimbangan balita pada  KMS serta keterampilan membuat menu untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan materi untuk remaja putri  antara lain: gejala, dampak dan pencegahan anemia serta hubungan anemia remaja terhadap stunting.

Menurut kader semua jenis bahan pangan tersedia di pasar dengan harga yang terjangkau. Kasus stunting lebih banyak disebabkan karena pola asuh yang kurang tepat, khususnya dalam hal pemberian makan pada ibu hamil dan baduta. Komposisi makan yang tidak beragam dan bergizi seimbang menyebabkan timbulnya masalah gizi. Pada saat kegiatan edukasi, praktik keterampilan  pembuatan menu ibu hamil dan balita telah dilakukan dengan baik oleh semua kader. Diharapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat disampaikan dan disebarluaskan kepada masyarakat khususnya ibu hamil dan ibu memiliki balita sehingga dapat menurunkan kasus stunting.

Sejalan dengan itu, remaja putri juga menyatakan bahwa konsumsi makan mereka belum sepenuhnya mengikuti pedoman gizi seimbang yang tergambar dalam isi piringku. Penyebab dan akibat anemia serta hubungan anemia dengan stunting belum banyak diketahui siswi.

Kegiatan edukasi gizi diawali dengan pre-test dan diakhiri dengan post-test terkait materi yang diberikan. Kegiatan edukasi dinilai berhasil karena terdapat kenaikan skor nilai pengetahuan pada remaja putri sebesar 15% dan 10% pada kader disertai peningkatan keterampilan membaca KMS dan pembuatan menu bergizi seimbang.

Kegiatan edukasi gizi ini disambut baik oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belitung dan Puskesmas Sijuk.  Rohami selaku Pengelola Program Gizi Kabupaten Belitung menyatakan bahwa edukasi pada kader posyandu merupakan sasaran yang tepat karena mereka adalah ujung tombak di masyarakat untuk membantu meningkatkan pengetahuan ibu hamil dan ibu baduta.  SMA Negeri 1 Sijuk juga menyambut baik kegiatan ini sehingga diharapkan pengetahuan terkait anemia yang meningkat akan meningkatkan juga kepatuhan konsumsi TTD dan pada akhirnya menurunkan stunting di masa yang akan datang.