Nadhira Zahrany Wishnuputri, mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FKM UI, kembali menorehkan prestasi gemilang dengan diundangnya ia ke dalam ASCEND Leadership Program yang diselenggarakan oleh Johns Hopkins University (JHU) Bloomberg School of Public Health. Program ini, yang berlangsung selama 9 bulan, merupakan platform internasional yang memberikan pelatihan kepemimpinan kepada tenaga kesehatan profesional muda dari berbagai negara. Fokus utama program adalah pada isu pengendalian tembakau, salah satu masalah kesehatan masyarakat yang kian mendesak di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. ASCEND Leadership Program bertujuan melatih 75 pemimpin muda di bidang kesehatan masyarakat. Pelatihan dilakukan melalui pelatihan intensif pada kelas-kelas daring dan sesi tatap muka, serta mengundang para peserta untuk berkolaborasi dalam proyek-proyek kelompok yang bertujuan menyelesaikan masalah kesehatan di negara mereka. Selain sesi daring, para peserta juga mengikuti pertemuan langsung selama 5 hari di Filipina, di mana mereka bertemu dan berdiskusi dengan berbagai pakar kesehatan global, termasuk pejabat dari WHO Western Regional Office.
Di Filipina, Nadhira berkesempatan bertukar pikiran dengan tenaga kesehatan profesional dari berbagai negara. “Kami dibagi dalam beberapa kelompok untuk mendiskusikan berbagai proyek terkait isu pengendalian tembakau. Selain itu, kami juga mengunjungi kantor WHO Western Regional di Filipina dan berdiskusi langsung dengan direktur WHO untuk wilayah barat, Dr. Saia Ma’u Piukala,” kata Nadhira. Tidak mudah bagi Nadhira untuk sampai pada tahap ini. Ia harus melewati proses seleksi berkas dan wawancara. “Selama wawancara, saya banyak berdiskusi mengenai motivasi, visi, dan rencana masa depan untuk berkontribusi dalam kesehatan masyarakat di Indonesia,” ujarnya. Pengalaman Nadhira di bidang kesehatan masyarakat, meskipun belum spesifik terkait tembakau, telah mempertemukannya dengan berbagai isu penting seperti stunting, TB, HIV, dan kesehatan lingkungan. Semua ini memberikan dasar kuat baginya untuk terjun lebih jauh dalam isu pengendalian tembakau melalui ASCEND Leadership Program.
Selama menempuh pendidikan di FKM UI, Nadhira aktif dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, terutama melalui perannya sebagai Kepala Departemen Sosial Masyarakat BEM FKM UI. “Pengalaman inilah yang mendorong saya untuk mendaftarkan diri ke program ASCEND. Saya berharap pengalaman ini dapat saya implementasikan dalam upaya pengendalian tembakau di Indonesia,” ungkap Nadhira. Keterlibatan ini memberikan banyak pelajaran berharga terkait kompleksitas masalah kesehatan di lapangan. “Saya belajar untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah dan mengasah kemampuan kepemimpinan, serta semakin peka terhadap isu-isu kesehatan, sosial, dan kemanusiaan,” ungkap Nadhira.
Dukungan dari FKM UI juga menjadi faktor penting yang mendorongnya untuk terus berkontribusi, baik di dalam maupun luar kampus. Menghadapi peserta dari berbagai negara dengan latar belakang yang beragam tentu menjadi tantangan tersendiri. Namun, Nadhira merasa siap untuk menghadapi tantangan tersebut. Salah satu hal yang ia siapkan adalah kepercayaan diri dalam berkomunikasi. “Keakuratan grammar bahasa bukan hal utama. Poin pentingnya, pesan yang kita sampaikan harus jelas dan bisa dimengerti,” katanya. Nadhira juga menekankan pentingnya memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia, agar dapat berdiskusi dengan kritis dan menjadi representasi yang baik bagi negara.
Pengalaman Nadhira berkiprah di ranah internasional dimulai pada akhir tahun 2023, Nadhira bersama rekannya, Nur Wahyu Rahmadiani, mengikuti One Health Workforce Multimedia Contest. Kontes ini diselenggarakan oleh SEAOHUN (Southeast Asia One Health University Network) bersama UC Davis One Health Institute, USAID, dan koalisi kesehatan global lainnya. Kompetisi ini menantang peserta dari Asia Tenggara untuk menyajikan karya visual yang mengangkat peran generasi muda dalam mendukung agenda One Health.
Konsep One Health berfokus pada keterkaitan kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan dalam mencegah serta menangani penyakit zoonosis. Saat kompetisi berlangsung, Nadhira sedang melaksanakan magang di USAID Global Health Security, sementara rekannya Ayu berkontribusi di INDOHUN. Mereka mengerjakan sebuah video yang menyoroti peran One Health saat pandemi serta kontribusi generasi muda, khususnya mahasiswa, dalam mendukung implementasi konsep ini di Indonesia. “Kami mengajak beberapa teman mahasiswa lain untuk turut serta dalam video, dengan tujuan menunjukkan semangat kebersamaan generasi muda dalam mempromosikan One Health,” ungkap Nadhira. Karya tersebut berhasil meraih peringkat pertama di Asia Tenggara, dan mereka dianugerahi undangan menghadiri One Health International Conference 2024 di Chiang Mai, Thailand, dengan biaya perjalanan sepenuhnya ditanggung oleh UC Davis.
Konferensi tersebut juga membawa Nadhira dan Ayu untuk mempresentasikan sebuah proyek yang pernah dilakukan Ayu selama di INDOHUN. Proyek ini berkolaborasi dengan USAID, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, serta OHCC IPB University. Fokus proyek ini adalah intervensi edukatif kepada petani dan peternak di Kabupaten Bogor terkait risiko penyakit zoonosis serta implementasi konsep One Health dalam mengelola hewan ternak mereka. “Melalui Focus Group Discussion (FGD), kami berhasil mempertemukan petani, pemilik peternakan, pemerintah setempat, dan tokoh masyarakat untuk berdiskusi mengenai kebijakan pencegahan zoonosis,” jelas Nadhira. Output dari FGD ini adalah policy brief yang kemudian disampaikan kepada pemerintah daerah setempat sebagai rekomendasi kebijakan. Edukasi yang dilakukan dalam proyek ini telah meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai risiko zoonosis serta langkah-langkah pencegahan yang bisa mereka terapkan. Nadhira merasa bangga karena bisa menyampaikan kontribusi generasi muda Indonesia dalam forum internasional. “Saya berharap semakin banyak anak muda Indonesia yang diberdayakan dan diberi kesempatan untuk terlibat dalam agenda-agenda One Health,” tambahnya. Baginya, peran generasi muda sangat penting untuk menjaga keberlanjutan kesehatan masyarakat di masa depan.
Selanjutnya, pengalaman mengesankan dalam bidang akademiknya juga terjadi pada awal 2024, ketika FKM UI memberinya kesempatan untuk mengikuti Short Exchange Mobility Program ke Mahidol University, Thailand. Di sana, Nadhira memupuk rasa percaya diri untuk berkomunikasi dan menjalin kolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai negara. “Program tersebut membuka wawasan saya mengenai dinamika kerja sama internasional di bidang kesehatan masyarakat,” kata Nadhira. Peran dosen juga sangat penting dalam perjalanan akademiknya, terutama Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc., yang memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan luar kampusnya. “Selain itu, saya juga mendapat banyak masukan dari Pak Dien Anshari, Ph.D., yang merupakan alumni ASCEND Leadership Program tahun 2014,” tambah Nadhira. Dr. Dien dan Dr. Miko banyak memberikan motivasi dan saran berharga selama proses persiapannya menuju program ASCEND di Filipina. “Selain itu, dosen-dosen Kesmas dan Epidemiologi FKM UI juga telah banyak berperan dalam memberikan bekal keilmuan dan kemampuan yang menjadikan saya mampu bersaing dengan tenaga professional muda dalam program tersebut,” imbuhnya.
Selama menjalankan berbagai komitmen akademik dan internasional, Nadhira memiliki strategi tersendiri dalam mengatur waktunya. Ia selalu mengecek kesesuaian timeline program dengan jadwal akademiknya sebelum mengambil keputusan. Selain itu, ia selalu berkomunikasi dengan pembimbing akademik dan dosen terkait untuk memastikan segala aktivitasnya tetap terkoordinasi dengan baik. Salah satu tantangan terbesar adalah mengikuti kelas ASCEND Leadership Program yang diadakan pada malam hari karena pengajarnya berbasis di Amerika Serikat. Untuk mengatasi hal ini, Nadhira berusaha menyelesaikan pekerjaan dan tugas akademik pada pagi hingga sore hari agar dapat mengikuti kelas dengan lebih fokus di malam hari. “Dengan persiapan yang matang, semua tanggung jawab dapat terselesaikan dengan baik,” tuturnya.
Bagi Nadhira, momen paling berkesan dalam perjalanan akademik dan kariernya adalah ketika menjalin koneksi dengan individu dari berbagai negara dan latar belakang. “Berdiskusi tentang isu kesehatan yang terjadi di negara lain, memahami permasalahan yang mereka hadapi, serta melihat implementasi solusi yang berbeda di setiap konteks merupakan pengalaman yang sangat berharga dan tidak mudah didapatkan,” ujarnya. Pengalaman lain yang tak kalah menginspirasi adalah kunjungannya ke WHO Western Pacific Region. “Saya memiliki kesempatan duduk bersama dan berdiskusi dengan Saia Ma’u Piukala, Direktur WHO Western Pacific Region, serta jajarannya. Itu adalah pengalaman yang sangat membuka wawasan, menginspirasi, dan membakar semangat saya untuk terus berkontribusi di bidang kesehatan masyarakat,” kenangnya.
Sebagai mahasiswa dan calon tenaga profesional di bidang kesehatan masyarakat, Nadhira menekankan pentingnya membekali diri dengan ilmu dan keterampilan yang relevan dengan perkembangan tantangan kesehatan global. “Jangan takut mengambil peluang untuk mengembangkan diri, baik di bidang akademik maupun non-akademik,” ujarnya. Nadhira juga menyoroti pentingnya memiliki international exposure karena tantangan kesehatan masyarakat sering kali bersifat lintas sektor dan lintas negara. “Kemampuan berkomunikasi, bernegosiasi, dan berkolaborasi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda adalah keunggulan yang akan membantu kita menyelesaikan tantangan kesehatan masyarakat di masa depan,” jelasnya.
Selain pengalaman internasional, Nadhira juga menekankan pentingnya mendekatkan diri kepada masyarakat. “Selalu berusaha untuk melihat permasalahan di akar rumput secara langsung. Dengarkan, pahami, dan pelajari apa yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Kegiatan sosial seperti community service dan community development dapat menjadi awal yang baik untuk memperkuat core competence sebagai mahasiswa kesehatan masyarakat,” tambahnya. Nadhira berharap mahasiswa FKM UI terus terlibat dalam pengembangan diri, baik di tingkat lokal maupun global, serta tetap terhubung dengan realitas permasalahan yang dihadapi masyarakat secara langsung. (DFD)