Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali berbangga dengan pencapaian yang telah diraih oleh mahasiswanya. Amira Puji Hastuti, Morin Kristiani, dan Thrasya Varelie, tiga mahasiswi dari Program Studi S1 Gizi 2023, telah berhasil meraih juara 1 kategori paper di ajang Public Health International Competition (PHIC) 2024 pada 13 Oktober 2024. Mengusung tema “Navigating the Transformational Healthcare Landscape in the Era of Society 5.0: Challenges, Opportunities, and Innovations”, PHIC 2024 diselenggarakan oleh BEM FKM Universitas Airlangga yang merupakan agenda kegiatan tahunan.
Topik yang dibawakan Amira bersama tim adalah strategi pencegahan Monkeypox di Indonesia. Pemilihan topik tersebut didasarkan pada perspektif evaluasi penanganan COVID-19 yang terjadi di Indonesia sebelumnya. “Indonesia masih kurang siap untuk bisa menghadapi COVID-19. Sebelum akhirnya masuk menjadi pandemi, terlihat banyak orang yang meremehkan, menganggap COVID-19 adalah hal yang remeh-temeh, dan dengan gampang menyebut dirinya kebal terhadap virusnya,” ujar Amira terkait kejadian pandemi COVID-19 di Indonesia. “Ketika COVID-19 akhirnya datang menjadi pandemi, sektor public health hingga fasilitas kesehatan di Indonesia ternyata tidak siap untuk menanggulanginya”, tambahnya.
Monkeypox (cacar monyet) merupakan salah satu penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia. Akan tetapi, penyakit ini juga mampu menyebar dari manusia ke manusia sehingga menjadikannya sebagai salah satu wabah atau darurat kesehatan global yang telah disampaikan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2022. “Walaupun saat ini transmisinya tidak separah COVID-19, kita tidak bisa meremehkannya. Di Indonesia, belum banyak dikabarkan terkait penelitian terhadap vaksin dan bentuk monitoring terhadap kasus yang terjadi. Maka dari itu, perlu upaya strategi penanggulangan terhadap Monkeypox. Salah satu caranya adalah menilik strategi dari negara-negara yang sudah menerapkan,” terang Amira.
Saat ini, Malaysia, Thailand, dan Singapura menjadi negara yang telah menyiapkan strategi pencegahan terhadap Monkeypox. Selain letak geografis yang berdekatan, Amira bersama tim menjadikan ketiga negara tersebut sebagai acuan dengan mengkaji literatur hingga pemberlakuan riset dalam pengembangan program pencegahan, lantaran memiliki karakteristik sosial-budaya yang masih serupa dengan Indonesia.
Dalam pembahasannya, terdapat beragam rekomendasi strategi yang diberikan oleh Amira bersama tim, salah satu yang paling disoroti ialah edukasi dan training bagi tenaga kesehatan dalam menghadapi kasus Monkeypox. “Training yang diberikan tidak hanya menjelaskan informasi, namun juga mengajarkan para tenaga kesehatan untuk bisa mengintervensi dan mengedukasi pasien tanpa menstigmatisasi. Hal ini dilakukan karena sebanyak 80% kejadian kasus Monkeypox terjadi akibat perilaku homoseksual. Jadi, jika para pasien malu, takut, hingga pada akhirnya tidak mau melaporkan sakitnya, penularan akan lebih mudah dan semakin sulit untuk bisa mendeteksi kejadiannya. Sehingga, strategi ini diharapkan bisa mencegah penularan semakin menyebar dan tidak terkendali,” tutup Amira.
Didampingi oleh dr. Fathimah Sulistyowati Sigit, M.Res., Ph.D., Dosen Departemen Gizi FKM UI, sebagai pembimbing, Amira bersama tim mampu menyabet medali emas pada PHIC 2024. Sebagai team leader, Amira menyebutkan bahwa keinginannya untuk dapat membagikan ilmu yang telah dimilikinya kepada masyarakat menjadi motivasi terbesar untuk dapat mengikuti berbagai kompetisi kepenulisan.