Kampanye kesadaran akan kesehatan mental semakin sering digaungkan oleh masyarakat saat ini. Para mahasiswa pun turut mengambil peran dalam mengkampanyekan hal tersebut. Mahasiswa peserta Mata Kuliah Organisasi Pembelajar dan Berpikir Sistem (OPBS) Kelas D Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Workshop dan Mini Talkshow Mental Health. Mengangkat tema Mindspark Empower Your Mental Health workshop dan mini talkshow ini diselenggarakan pada 25 Oktober 2024 sebagai upaya memberikan awareness akan pentingnya kesehatan mental di kalangan mahasiswa.
Sekretaris Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UI, Dr. Puput Oktamianti menyampaikan dukungan dan harapannya dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. “Kegiatan ini dapat menjadi perhatian kita bersama dalam menjaga mental health. Tidak dipungkiri bahwa situasi saat ini berhadapan dengan tantangan yang berat terutama dalam menghadapi masalah kesehatan mental. Tentu hal ini menjadi bentuk perhatian kita bersama dengan saling membantu agar tetap mampu menjalani kehidupan kampus dengan rasa bahagia dan sehat. FKM UI sendiri juga sudah memiliki Badan Konseling Mahasiswa sebagai sarana bagi teman-teman mahasiswa yang membutuhkan bantuan atau sekadar cerita. Jadi, silakan sampaikan permasalahan yang mengganggu teman-teman melalui badan konseling mahasiswa tersebut,” tutur Dr. Puput dalam memberikan sambutan.
OPBS Kelas D yang beranggotakan mahasiswa Program Studi Sarjana Kesehatan Masyarakat 2024 mengusung topik coping mechanism yaitu cara atau taktik seseorang dalam menghadapi situasi yang membuatnya merasa stres atau tertekan. Hal ini disampaikan pula oleh Farikha selaku Project Officer kegiatan tersebut, “Semoga acara ini dapat membantu teman-teman semua. Sesuai temanya yang bertujuan agar mahasiswa mampu mengelola stresnya dan mampu menjalankan kehidupan kampus dengan baik dan menyenangkan”.
Workshop dan Mini Talkshow Mental Health ini mengundang Agus Setiawan, Koordinator Bidang Sosial Lingkungan BEM UI 2024 menjadi narasumber. Menurut Agus Setiawan, masalah akan terus terjadi dalam kehidupan sehari-hari. “Masalah timbul dari ketidaksesuaian atau harapan kita dalam suatu hal. Sehingga, ketika masalah muncul, resistensi diri kita terganggu dan terjadilah suatu stres tertentu. Untuk itu, coping mechanism menjadi perlu untuk dilakukan,” jelas Agus Setiawan.
Coping mechanism adalah suatu pemikiran atau perilaku adaptif untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan tekanan-tekanan yang dapat menimbulkan masalah psikis hingga psikososial dalam diri seseorang. Agus Setiawan menyampaikan bahwa terdapat dua jenis coping mechanism, yakni berfokus pada masalah (problem focus) dan berfokus pada pengelolaan atau kontrol emosi. “Kedua jenis coping mechanism ini kuncinya ada di self-control. Problem focus dimaksudkan ketika masalah tersebut dapat kita selesaikan melalui akar-akar masalah yang terjadi. Akan tetapi, jika masalah tersebut tidak bisa diselesaikan, maka kita harus fokus pada pengelolaan emosi dan menghadapi tekanannya,” terang Agus.
Seseorang dapat mengetahui jenis coping mechanism yang sesuai salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan apa yang disukainya. “Lakukan apa yang kamu sukai, maka ia akan menjadi coping mechanism. Akan tetapi, perlu diingat juga terkait batasannya. Jangan sampai dengan kesukaan tersebut melalaikan kita dari tanggung jawab sebagaimana yang seharusnya dilakukan,” terang Agus Setiawan.
“Kesehatan yang diprioritaskan terkadang hanya terbatas pada kesehatan fisik. Sehingga kita sering lupa terhadap kesehatan mental, yakni kesehatan yang tidak bisa kita lihat dengan kedua mata, tapi hanya bisa kita rasakan. Padahal, kesehatan mental sangat penting karena akan memengaruhi bagaimana kesejahteraan seseorang dalam menjalankan kehidupan sebagaimana mestinya,” tambah Agus menutup materinya. (ITM)