Jumat, 3 Januari 2025, Program Studi Doktor Epidemiologi Peminatan Epidemiologi Komunitas, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) melaksanakan sidang terbuka Promosi Doktor Epidemiologi dengan promovendus Ika Dewi Subandiyah. Sidang ini dipimpin oleh Prof. Dr. Besral, S.K.M., M.Sc., dengan Promotor Prof. drg. Nurhayati Adnan, M.P.H., M.Sc., Sc.D., dan Ko-promotor Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita Hatma, M.P.H., serta Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A(K). Bertindak sebagai penguji dalam sidang terbuka promosi doktor ini antara lain Dr. dr. Titis Prawitasari, SpA(K); Dr. Nining Mularsih, S.K.M., M.Epid.; Dr. drg. Siti Nuranisah, M.P.H., serta Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc. Ika Dewi Subandiyah mempertahankan disertasi berjudul “Suplementasi Vitamin D dan Seng serta Konseling Diet untuk Pencegahan Infeksi TBC pada Balita Kontak Serumah TBC Paru Terkonfirmasi Bakteriologis di DKI Jakarta”.
Infeksi TBC di Indonesia masih tinggi, terbukti bahwa jumlah penderita TBC di Indonesia masuk sebagai peringkat tertinggi ke-2 di dunia dan 11% kasus TBC ini terjadi pada anak. Balita kontak serumah merupakan kelompok resiko tinggi untuk terinfeksi TBC mengingat lemahnya imunitas. Nutrisi baik makro maupun mikro memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan imunitas balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian suplementasi berupa vitamin D dan seng serta konseling diet terhadap pencegahan infeksi TBC pada balita kontak serumah.
Penelitian dilakukan dengan metode quasi eksperimen pada balita kelompok serumah penderita TBC paru terkonfirmasi bakteriologis yang belum terinfeksi atau sakit TBC di 25 Kecamatan di Provinsi DKI Jakarta. Balita yang menjadi sampel berjumlah 260 yang selanjutnya akan dibagi menjadi dua kelompok yakni kelompok yang mendapatkan intervensi berupa suplemen vitamin D dan seng serta konseling diet, dan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi, suplemen diberikan setiap hari dengan dosis untuk usia <12 bulan yakni vitamin D 400 IU/hari dan seng 10mg/hari, sedangkan pada balita usia 12-60 bulan mendapatkan dosis vitamin D 600 IU/hari dan seng 20mg/hari. Konseling diet dengan metode recall 24 jam diberikan setiap bulan pada orang tua balita.
Infeksi TBC merupakan sebuah kondisi dimana balita sudah terpapar dan sudah memunculkan reaksi melawan bakteri penyebab TBC namun belum bergejala sakit TBC. Untuk membuktikan infeksi TBC ini menggunakan tes tuberkulin. Jika seorang balita terinfeksi TBC besar kemungkinan balita tersebut akan menjadi sakit TBC. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mencegah infeksi TBC ini.
Hasil penelitian dari Ika Dewi Subandiyah, menemukan adanya penurunan infeksi TBC sebesar 78% pada balita yang diberikan suplemen dan konseling. Insiden infeksi TBC pada balita kontak serumah yang diberikan intervensi sebesar 5%, sedangkan pada balita kontrol 23%. Suplementasi vitamin D dan seng meningkatkan konsumsi vitamin D dan seng yang memiliki peran penting dalam imunitas yakni produksi sel kekebalan tubuh (lymfosit T), mengurangi peradangan dan meningkatkan kemampuan membunuh bakteri oleh sel. Pada balita yang mendapatkan suplementasi, rerata konsumsi vitamin D nya sebanyak 14,9 mcg dan rerata konsumsi Seng sebesar 18.2 mg. Pada balita yang terinfeksi TBC, konsumsi vitamin D dan seng lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak terinfeksi.
Berdasarkan temuan tersebut, Ika Dewi menyarankan pada Kementerian Kesehatan untuk mendorong adanya penelitian multicenter untuk mengkaji efektivitas suplementasi vitamin D dan Seng dalam pencegahan infeksi TBC pada balita. Sedangkan untuk Dinas Kesehatan DKI Jakarta agar melakukan kajian kebijakan untuk memasukkan suplementasi vitamin D dan seng serta konseling diet dalam pencegahan infeksi TBC di wilayah DKI Jakarta. Selain itu, meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan investigasi kontak yakni sebuah kegiatan untuk melakukan skrining TBC pada seluruh kontak serumah kasus TBC juga diperlukan, sehingga semua kontak bisa diketahui kondisi kesehatannya, dan jika ada yang menderita TBC segera mendapatkan pengobatan. Pemerintah juga perlu melakukan monitoring terhadap imunisasi BCG pada bayi baru lahir dan memastikan 100% bayi yang baru lahir mendapatkan imunisasi BCG.
Berdasarkan hasil disertasinya, Ika secara resmi dinyatakan sebagai Doktor dalam Bidang Ilmu Epidemiologi. Ika merupakan lulusan S3 Epidemiologi Tahun 2025 ke-1, dan lulusan S3 di FKM UI ke-438. (Promovendus)