FKM UI Bersama IDLO dan FHUI Gelar Lokakarya Interregional untuk Perkuat Kurikulum Pencegahan Penyakit Tidak Menular secara Interdisipliner

Depok, 7 Mei 2025 – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan International Development Law Organization (IDLO), Fakultas Hukum UI (FH UI), dan Global Center for Legal Innovation on Food Environments, O’Neill Institute Georgetown University, secara resmi membuka rangkaian lokakarya yang bertajuk “Interregional Academic Workshop on Multidisciplinary Teaching of Non-Communicable Diseases (NCD) Prevention”. Lokakarya ini berlangsung selama tiga hari, dari 7 hingga 9 Mei 2025, di kampus RIK UI. Lokakarya diikuti oleh 26 orang akademisi yang berasal dari 9 negara, 4 orang fasilitator dari USA dan Italy serta 2 orang observer dari Global Health Advocacy incubator. Lokakarya ini diselenggarakan dalam konteks kegiatan Global Regulatory and Fiscal Capacity Building Programme (Global Recap) yang diimplementasikan di negara Bangladesh, Ghana, Indonesia, Kenya, Mauritius, Nepal, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, dan Uganda.  

Lokakarya bertujuan memperkuat kapasitas pengajaran dan kolaborasi lintas disiplin dalam pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM/NCD) di setiap negara, khususnya kawasan Afrika dan Asia. Tidak hanya itu, lokakarya tersebut juga menjadi forum strategis untuk mempertemukan para akademisi dari bidang hukum dan kesehatan masyarakat, guna mengintegrasikan topik pencegahan PTM ke dalam kurikulum pendidikan tinggi, mengembangkan metode pengajaran yang interdisipliner, serta meningkatkan relevansi isu PTM di kalangan mahasiswa.

Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., memberikan sambutan secara langsung dan menyampaikan apresiasi kepada IDLO, O’Neill Institute, dan FHUI atas terselenggaranya kegiatan ini. “Terima kasih atas kehadirannya, selamat datang di green campus, Universitas Indonesia,” ujar Prof. Mondastri. “Kegiatan ini merupakan bagian dari interregional academic workshop in multidisciplinary teaching. Seperti yang kita ketahui, untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tidak menular (PTM), peran produksi dan distribusi pangan sangatlah penting. Lokakarya ini juga bertujuan untuk memperkuat kapasitas peserta dalam upaya pencegahan PTM berbasis pendekatan konseptual,” sambungnya. Prof. Mondastri menekankan bahwa kegiatan ini tidak hanya memberikan wawasan, tetapi juga memperkuat kerja sama lintas institusi.

Sementara itu, Dr. Brian Amy Prastyo, S.H., M.L.I., LL.M., Sekretaris Fakultas Hukum UI, yang hadir mewakili Dekan FH UI, menekankan pentingnya pendekatan interdisipliner dalam pendidikan hukum. “Kami sangat mendukung pengembangan metode pengajaran yang menggabungkan aspek hukum dan kesehatan masyarakat, mengingat isu PTM tidak hanya menjadi perhatian nasional, tetapi juga global,” tuturnya.

Associate Director dan Adjunct Professor of Law dari Global Center for Legal Innovation and Food Environments, O’Neill Institute, Ms. Isabel Barbosa, turut menyampaikan pandangannya bahwa isu PTM sangat berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Penguatan dan pengajaran isu PTM dalam dunia kesehatan masyarakat sangat penting, terlebih dengan perspektif kebijakan yang menyertainya,” ujarnya. Ia juga menyampaikan antusiasmenya dapat menjadi bagian dari lokakarya ini. “Saya tidak hanya mendapatkan wawasan baru, tetapi juga banyak belajar mengenai isu PTM. Terima kasih kepada seluruh pihak, khususnya FKM dan FH UI,” tutur Ms. Barbosa.

Bertajuk “From Macro to Micro: Situating NCD Prevention as Part of Public and Global Health” lokakarya hari pertama diisi oleh pembicara dari Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika Barat, dan Afrika Timur. Guru Besar Departemen Gizi FKM UI, Prof. Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D., sebagai salah satu pembicara, menguraikan bahwa Asia Tenggara menghadapi beban ganda penyakit, dengan sistem kesehatan yang belum sepenuhnya siap menangani lonjakan kasus PTM. Perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan perkembangan ekonomi turut menjadi faktor pendorong peningkatan PTM di kawasan ini. Ia menekankan perlunya adaptasi sistem layanan kesehatan primer serta peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam menangani kondisi kronis. “Sistem pelayanan kesehatan primer yang sebelumnya fokus pada penyakit menular kini dituntut untuk beradaptasi menghadapi kondisi kronis, meskipun masih terdapat tantangan dalam hal pelatihan tenaga kesehatan dan infrastruktur,” jelas Prof. Syafiq.

Sementara itu, Dr. Malay Kanti Mridha (Asia) menjelaskan transisi epidemiologi di negara kepulauan kecil (Small Island Developing States/SIDS), seperti Mauritius, yang mengalami penurunan penyakit menular namun peningkatan kasus obesitas, diabetes, dan hipertensi. “Di Mauritius, PTM menyumbang 85% kematian, dengan prevalensi diabetes 22%, hipertensi 30%, dan obesitas 20–25% pada dewasa,” ujarnya. Pemerintah setempat merespons dengan kebijakan seperti sugar tax dan pengembangan wellness centers. Lebih lanjut, Dr. Kasim Abdulai (Afrika Barat) mengungkap wilayahnya juga mengalami lonjakan PTM, termasuk obesitas pada perempuan urban (30–62%), hipertensi (19,3–54,6%), dan diabetes tipe 2 (6,3–10%). Menurut Dr. Kasim, kondisi ini dipengaruhi oleh urbanisasi dan peningkatan usia, yang berdampak pada pola hidup.

Senada dengan itu, Patrick Kere Maelo (Kenya) menambahkan bahwa beban PTM di sub-Sahara Afrika meningkat dari 19% (1990) menjadi 30% (2017). “Pola makan tinggi gula, garam, lemak, serta konsumsi rendah buah dan sayur menjadi faktor utama,” katanya. Ia menekankan pentingnya pendekatan preventif dan multisektor, termasuk pajak minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK), regulasi iklan makanan tidak sehat, serta promosi makanan sehat di sekolah dan tempat kerja.

Selama tiga hari, lokakarya membahas topik penting seputar pengajaran dan kebijakan pencegahan PTM. Hari pertama difokuskan pada eksplorasi metode pengajaran hukum dan kebijakan PTM serta konsep dasar pencegahan. Hari kedua bertema “NCD prevention in practice”, membahas kerangka hukum dan kebijakan, intervensi regulatif, serta pendekatan kontekstual terhadap epidemi industri, disertai latihan penyusunan proposal pengajaran. Hari ketiga, melalui sesi focus group discussion (FGD), peserta merancang dan mempresentasikan proposal kurikulum atau aktivitas pembelajaran yang inovatif sebagai hasil penerapan selama lokakarya.

Diskusi-diskusi tersebut menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dan lintas negara dalam memperkuat kapasitas pencegahan PTM secara berkelanjutan. Bagi FKM UI, lokakarya ini menjadi peluang strategis untuk mendorong lahirnya inovasi dalam pengajaran interdisipliner serta memperluas kolaborasi akademik global, sebagai bagian dari komitmen institusi dalam menghadapi tantangan kesehatan masyarakat di masa depan. (DFD)