Seminar Online FKM UI Seri ke-6: Bedah Sistem Penanggulangan Bencana Terpadu untuk Indonesia Tangguh

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali menyelenggarakan Seminar Online FKM UI Seri ke-6 dengan tema “Bersama Hadapi Bencana”. Kegiatan ini disusun oleh mahasiswa Program Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FKM UI sebagai bagian dari tugas mata kuliah Kesehatan Lingkungan Bencana dan Tanggap Darurat, dan dilaksanakan melalui platform Zoom Meeting. Fitri Kurniasari, S.K.M., M.K.K.K., Ph.D., Sekretaris Departemen Kesehatan Lingkungan, secara khusus memandu seminar ini dengan mengangkat peran strategis sektor perusahaan dalam sistem pentahelix—yakni sinergi antara unsur pemerintah, akademisi, komunitas, media, dan dunia usaha—dalam upaya mitigasi dan respons tanggap darurat bencana.

Prof. Drs. Bambang Wispriyono, Apt., Ph.D., Guru Besar Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI, yang juga merupakan dosen pengampu mata kuliah Kesehatan Lingkungan Bencana dan Tanggap Darurat, menyampaikan bahwa seminar ini merupakan wujud aktualisasi pembelajaran yang diharapkan dapat mendorong mahasiswa program magister untuk menjawab tantangan secara konstruktif dan positif. “Seminar ini dilakukan agar mahasiswa tidak hanya belajar mengenai materi akademik, tetapi juga mengembangkan keterampilan manajerial dan kepemimpinan melalui penyelenggaraan seminar ini,” tutur Prof. Bambang. Seminar ini pun tercatat sukses menarik perhatian lebih dari 300 peserta dari berbagai kalangan. Hal ini, menurutnya, mencerminkan kuatnya jiwa kepemimpinan dan kemampuan panitia dalam mengelola sebuah kegiatan berskala nasional.

Sementra itu, Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKM UI, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc., menekankan bahwa seminar ini menjadi sangat relevan, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat risiko bencana tertinggi di dunia.  “Dalam situasi seperti ini, dibutuhkan sinergi yang kuat dalam penanggulangan bencana, yang melibatkan seluruh unsur pentahelix,” ujar Dr. Asih. Ia menilai bahwa kegiatan ini mencerminkan peran institusi akademik dalam mendorong integrasi keilmuan dan memperluas wawasan peserta dalam merespons situasi kedaruratan, terutama dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan sistem kesehatan nasional. Dr. Asih menyampaikan apresiasi kepada mahasiswa Magister K3 FKM UI angkatan 2025 atas dedikasi tinggi dalam menyelenggarakan seminar ini.

Indonesia memiliki kerentanan geografis karena berada di Kawasan ring of fire dan pertemuan tiga lempeng tektonik besar, sehingga rawan terhadap gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, dan bencana hidrometeorologi. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Raditya Jati, S.Si., M.Si., Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, dalam paparannya.  “Setiap tahun, sekitar 90% bencana yang terjadi di Indonesia didominasi oleh bahaya hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, cuaca ekstrem, dan kebakaran hutan,” jelasnya.

Dr. Raditya Jati menegaskan pentingnya Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (Renas PB) 2025–2029 sebagai pedoman strategis bagi seluruh pemangku kepentingan dalam menghadapi tantangan kebencanaan, serta memperkenalkan aplikasi Inarisk Personal yang memberikan informasi risiko bencana secara real-time kepada masyarakat. Lebih jauh, Dr. Raditya menggarisbawahi perlunya ketangguhan berkelanjutan (sustainable resilience) yang mengintegrasikan manajemen risiko bencana dengan isu perubahan iklim dan pembangunan, serta mendorong kolaborasi lintas sektor demi mewujudkan pembangunan berkelanjutan. “Untuk mewujudkan ketangguhan terhadap bencana dan iklim demi pembangunan berkelanjutan, kita perlu keluar dari zona nyaman dan memperluas kolaborasi lintas sektor serta lintas latar belakang,” tutur Dr. Raditya.

Melengkapi perspektif kebijakan nasional, Dr. Renauld Koswiranagara, Field Emergency Medicine & Rescue Trainer dari berbagai organisasi kemanusiaan, membawakan materi tentang sistem manajemen penanggulangan bencana terpadu. Memiliki pengalaman luas di lapangan, Dr. Renauld menekankan bahwa bencana alam ataupun buatan manusia telah memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Bahkan kejadian bencana besar terjadi hampir setiap hari dan membutuhkan respon cepat serta sistem manajemen terpadu. “Bencana besar terjadi hampir setiap hari di dunia, dan bencana yang membutuhkan bantuan internasional terjadi setidaknya sekali dalam sepekan,” ujarnya.

Ia menyoroti kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, lansia, penyandang disabilitas, serta minoritas yang paling terdampak dalam situasi darurat. Pada kasus Mass Casualty Incident (MCI), 75–85% korban meninggal dunia terjadi dalam 20 menit pertama, sehingga kecepatan dan koordinasi tim sangat menentukan. Sepuluh prioritas utama fase darurat, meliputi penilaian awal, penanganan kesehatan darurat, pemenuhan pangan dan sanitasi, imunisasi, penyediaan tempat tinggal, pengendalian penyakit, surveilans, penguatan SDM, dan koordinasi lintas sektor. Paparan ini menegaskan pentingnya kesiapsiagaan multidisiplin dan pendekatan terpadu dalam menghadapi bencana secara holistik.

Seminar ini tidak hanya memperkuat integrasi ilmu dari berbagai sektor melalui pendekatan pentahelix, tetapi juga menjadi wujud nyata pengembangan kapasitas mahasiswa Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FKM UI dalam menghadirkan solusi strategis berbasis keilmuan Kesehatan Lingkungan dan K3. (DFD)