Teliti Kualitas Hidup Penderita Skizofrenia di Gorontalo, Sirajuddien Bialangi Raih Gelar Doktor FKM UI

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali melahirkan seorang doktor dari Program Studi S3 Epidemiologi melalui sidang terbuka promosi doktor yang berlangsung pada Selasa, 1 Juli 2025 di Ruang Promosi Doktor, Gedung G FKM UI. Dalam kesempatan ini, Sirajuddien Bialangi mempertahankan disertasinya yang berjudul “Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Orang dengan Skizofrenia (ODS) di Kota Gorontalo”.

Penelitian ini berangkat dari perhatian terhadap skizofrenia, gangguan mental serius yang memengaruhi fungsi kognitif secara kompleks. Saat ini, sekitar 24 juta orang di dunia mengalami skizofrenia. Di Indonesia, prevalensinya mencapai 6,7 per 100 rumah tangga. Khusus di Provinsi Gorontalo, ditemukan prevalensi sangat tinggi, yakni sebesar 80,4% dari 260 ODS yang terdata. Tingkat kesembuhan yang rendah menjadikan isu ini mendapat sorotan baik dari masyarakat maupun pemerintah.

Melalui pendekatan cross-sectional dan systematic review, Sirajuddien mengidentifikasi empat faktor utama yang berpengaruh terhadap kualitas hidup ODS, yakni status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan hubungan keluarga. Penelitian ini juga memperkenalkan inovasi dalam penggunaan instrumen WHOQOL-BREF dengan metode new scoring untuk mengukur kualitas hidup ODS secara lebih akurat di Indonesia.

Data yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner menunjukkan bahwa sebagian besar responden ODS berusia 36–40 tahun, laki-laki, belum menikah, tamat SLTA/sederajat, tidak bekerja, dan tidak memiliki pendapatan. Secara bivariat, faktor status pernikahan, pendidikan, dan pendapatan berhubungan signifikan dengan kualitas hidup ODS. Sementara itu, analisis multivariat menunjukkan bahwa pendapatan merupakan faktor dominan yang meningkatkan risiko kualitas hidup buruk hingga 4,66 kali. Hasil akhir menunjukkan bahwa 48% ODS di Gorontalo berada pada kategori kualitas hidup yang buruk.

Dalam disertasinya, Sirajuddien merekomendasikan kepada Kementerian Kesehatan untuk menyediakan layanan skrining kesehatan jiwa secara gratis dan memperluas layanan kesehatan yang inklusif dan berbasis kebutuhan masyarakat. Untuk Kementerian Sosial, ia menyarankan agar ODS diberdayakan melalui dukungan ekonomi dan pelatihan kewirausahaan guna meningkatkan pendapatan dan kemandirian.

Promotor Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc., menyampaikan apresiasinya atas kerja keras promovendus. “Tantangan dalam penelitian saudara sangat besar karena harus membedakan batas normalitas berpikir yang secara langsung dirasakan oleh ODS. Untuk itu, selamat atas gelar saudara, karena akhir perjuangan ini menjadi titik awal perjalanan karier berikutnya,” ujarnya.

Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. Besral, S.K.M., M.Sc. sebagai ketua sidang dan Dr. dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc. sebagai Promotor serta dr. Syahrizal Syarif, M.P.H., Ph.D., dan Dr. dr. Hervita Diatri, Sp.KJ(K) , M.Sc, Sp.Ok., sebagai Ko-promotor. Tim penguji dalam sidang yakni  Prof. Dr. dra. Evi Martha, M.Kes.; Dr. dr. Helda, M.Kes.; dan dr. Soewarta Kosen, M.P.H., Dr.PH.

Melalui sidang ini, Sirajuddien Bialangi resmi dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Ia menjadi lulusan ke-15 Program Doktor Epidemiologi tahun 2025, lulusan ke-130 Program Doktor Epidemiologi, dan lulusan ke-468 Program Doktor di FKM UI. (ITM)