Depok, 20 November 2025 – Stunting masih menjadi salah satu persoalan gizi yang perlu mendapat perhatian di Kota Depok. Persoalan ini mendorong perlunya peningkatan literasi gizi di tengah masyarakat, termasuk melalui peran pemuka agama yang memiliki kedekatan dan pengaruh kuat di komunitas.
Menjawab kebutuhan tersebut, Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) melaksanakan Program Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat bertema “Penguatan Peran Pemuka Agama sebagai Agen Perubahan dalam Peningkatan Literasi Stunting” pada 20 November 2025, bertempat di Kantor Kelurahan Mampang, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.
Diikuti oleh 29 pemuka agama dari berbagai tempat ibadah di wilayah Kelurahan Mampang, pemberdayaan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pemuka agama sebagai panutan masyarakat, sehingga mampu menyampaikan pesan-pesan kesehatan terutama terkait pemahaman tentang stunting dan pentingnya gizi seimbang pada keluarga.
Ketua tim pengabdi, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc., menyampaikan bahwa peningkatan pemahaman mengenai stunting pada balita bagi para pemuka agama sangatlah penting, karena pengetahuan tersebut dapat dijadikan materi dalam ceramah keagamaan dan diteruskan kepada masyarakat secara lebih luas. Selain itu, Asih juga menyoroti pentingnya penerapan gizi seimbang dalam keluarga sebagai langkah kunci untuk mencegah stunting, terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan, periode di mana kebutuhan gizi anak harus dipenuhi secara optimal.
Pengabdian kepada masyarakat ini disambut sangat baik oleh masyarakat Mampang. Lurah Mampang, Darmawansyah, S.E., menegaskan bahwa Pemkot Depok setiap tahun menjalankan program penurunan stunting sesuai amanat pemerintah pusat, dan kegiatan ini menjadi bagian penting dalam upaya tersebut. Menurut Darmawan, pelibatan tokoh agama merupakan langkah inovatif karena mereka dapat menjadi penyebar pesan gizi yang efektif kepada jamaah, sehingga mendorong penanganan stunting lebih luas. Darmawan berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut secara berkesinambungan demi mewujudkan generasi muda yang sehat dan berdaya saing.
Sejalan dengan hal tersebut, Ketua MUI Kelurahan Mampang, Ustadz Jayudi, S.Ag., turut memberikan tanggapan mengenai pentingnya edukasi gizi terkait stunting bagi masyarakat. “Edukasi gizi memiliki peranan penting dalam mencegah stunting, terutama bagi para orang tua agar memahami pemenuhan gizi sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun”. Jayudi menegaskan bahwa tokoh agama memiliki tanggung jawab moral untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada jamaah sebagai bagian dari dakwah. Ia mengapresiasi kegiatan ini karena memberikan wawasan baru mengenai stunting dan gizi seimbang, dan menyatakan komitmennya untuk meneruskan informasi ini kepada masyarakat melalui kegiatan keagamaan.
Perwakilan pemuka agama dari DKM Baitussalam, Ustadz Haryanto, juga menyampaikan kesan positif terhadap kegiatan edukasi gizi yang berlangsung. Ia mengaku mendapatkan wawasan baru mengenai pentingnya gizi seimbang dan bagaimana kebutuhan gizi dalam makanan harus dipenuhi secara tepat. Menurutnya, materi yang disampaikan sangat dibutuhkan masyarakat, terlebih mengingat masih adanya kasus stunting di wilayah Mampang. Haryanto menyatakan bahwa penyampaian isu gizi masih jarang dibahas dalam kajian keagamaan. “Untuk saat ini kan kebanyakan penyuluh atau dai, daiyah, jarang sekali fokus pada gizi, jadi masih bersifat umum. Dengan adanya kegiatan ini, insyaAllah bisa tersampaikan, walaupun mungkin tidak seratus persen. Karena memang jarang yang menyentuh area ini, tidak seperti di posyandu. Tapi dengan pemahaman ini, kita bisa mulai menyebarkan informasi tentang stunting, dan gizi seimbang,” tuturnya.
Sebagai masukan, Haryanto berharap kegiatan serupa dapat dilakukan secara berkala, misalnya setiap tiga atau enam bulan sekali, agar dampaknya lebih berkelanjutan. Ia juga menyarankan agar edukasi gizi dapat diperluas tidak hanya di tingkat kelurahan, tetapi juga menjangkau komunitas lain seperti organisasi kemasyarakatan atau kelompok relawan, sehingga kolaborasi lintas komunitas dapat memperkuat upaya pencegahan stunting secara lebih luas.
Melalui inisiatif pemberdayaan pemuka agama sebagai agen perubahan, FKM UI sekali lagi menegaskan kontribusinya dalam memperkuat ketahanan kesehatan masyarakat, khususnya dalam pencegahan stunting di tingkat komunitas. Program ini tidak hanya menghadirkan edukasi yang berdampak nyata, tetapi juga menunjukkan komitmen FKM UI dalam menghadirkan solusi yang Unggul dan Impactful, sejalan dengan semangat FKM UI Berjiwa Luhur dan Berkinerja Unggul. Dengan kolaborasi berkelanjutan bersama pemuka agama, pemerintah daerah, dan masyarakat, FKM UI terus berupaya menghadirkan inovasi yang memperkuat kualitas hidup keluarga Indonesia menuju masa depan yang lebih sehat dan berdaya. (Gizi)

