Rabu, 15 Juli 2020, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) kembali mengadakan seminar online seri ke 19 dalam rangka merespon perkembangan pandemi COVID-19. Narasumber yang dihadirkan adalah Prof. dr. Purnawan Junadi, MPH, Ph.D, dosen FKM UI dan Riznawaty Imma Aryanty, Ph.D, RH Program Specialist UNFPA. Webinar ini dimoderatori oleh Doni Hikmat Ramdhan, SKM, MKKK, Ph.D, Manager Riset dan Pengabdian Masyarakat FKM UI.
Pada sambutan Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc, Pj. Dekan FKM UI, menyampaikan bahwa pada masa pandemi COVID-19 ini sangat penting mengutamakan kesehatan masyarakat sehingga perlu mengedepankan pendekatan kesehatan masyarakat yaitu dengan pencegahan dan pengorganisasian masyarakat.
Indikator Pembangunan Manusia Pada Masa Pandemi COVID-19
Pada tahun 2019 Indikator Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia mengalami peningkatan dan setelah ditelusuri terjadi peningkatan IPM selama 10 tahun terakhir. IPM di Indonesia sejauh ini cukup bagus, namun pernah mengalami gangguan pada masa krisis ekonomi tahun 2008 dan masih belum pulih sepenuhnya hingga tahun 2019. Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 muncul dan mengakibatkan IPM kemungkinan akan mengalami penurunan, sehingga Indonesia akan mengalami double burden pada masa mendatang.
Pada masa pandemi telah dilakukan intervensi pada beberapa komponen untuk menanggulagi penyebaran COVID-19, salah satunya adalah pada tingkat sekolah, yang secara langsung mempengaruhi IPM dan angka putus sekolah diperkirakan akan meningkat. Pelayanan kesehatan menjadi lebih banyak yang tutup dan kunjungan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan juga menurun. Perlu diwaspadai terjadinya fenomena gelombang kedua yaitu pasien kondisi penting non-covid akan meningkat dan gelombang 3 yang mungkin akan dirasakan di akhir tahun yaitu peningkatan penyakit kronis serta penyakit mental yang pada masa pandemi ini sangat mengkhawatirkan karena banyak trauma yang dialami sejumlah masyarakat mengenai dampak pandemi yang dialami.
Kesehatan Reproduksi di Masa Pandemi COVID-19
Situasi kesehatan reproduksi sebelum pandemi di Indonesia memiliki angka kematian ibu yang tinggi. Dapat dilihat bahwa ada masalah dalam sistem kesehatan, karena persalinan oleh nakes dan di fasyankes tidak banyak memberikan dampak untuk menurunkan angka kematian ibu. Jumlah kelahiran total yang menurun ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun dampak pandemi COVID-19 berkaitan dengan intervensi pemberlakukan PSBB, maka dengan 6 bulan PSBB diperkirakan 47 perempuan mengalami kesulitan mengakses KB modern dan mengakibatkan 7 juta kehamilan yag tidak diinginkan. Sedangkan kehamilan tidak dinginkan seringkali memiliki dampak negatif bahkan beresiko menigkatkan kematian Ibu.
Dampak pandemi terhadap kespro di Indonesia ditemukan banyak praktik mandiri bidan yang tutup, cakupan pelayanan kesehatan ibu menurun, penurunan pelayanan KB baru, sehingga diperkirakan akan terjadi pertambahan kelahiran tidak diinginkan nantinya. Pelayanan KB pada masa pandemi bukan prioritas pelayanan kesehatan, sehingga perempuan mengalami kesulitan akses ke layanan kontrasepsi dan meningkatkan pemakaian kontrasepsi tradisional. Pola perilaku untuk pelayanan selama kehamilan dan persalinan juga berubah karena sistem kesehatan yang terfokus pada layanan COVID-19. Tenaga kesehatan kemungkinan bergeser untuk menangani COVID-19 dan juga nakes yang memiliki keterbatasan APD untuk melakukan praktik pada masa pandemi.
Rekomendasi yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan komunikasi untuk mencegah miskonsepsi, memastikan pelayanan reproduksi tetap berjalan dan memastikan APD pada nakes tersedia, memastikan ketersediaan alokon dan komoditas esensial kesehatan reproduksi, pengembangan inovasi telemedicine/telehealth yang pada masa pandemi dapat menjadi pilihan yang aman untuk tetap mengakses pelayanan kesehatan, dan penyebaran pesan secara luas pada masyarakat untuk menunda kehamilan dan tetap menggunakan KB pada masa pandemi COVID-19 (USW).