Doktor FKM UI Telitii: Pengembangan Instrumen Indikator Kinerja Penanganan Limbah Medis di Puskesmas Kota Bandung

Kamis, 14 Januari 2021, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) menggelar sidang Promosi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat atas nama Irmawartini secara virtual. Bertindak sebagai Promotor adalah Drs. Bambang Wispriyono, Apt, Ph.D dengan ko promotor Dr. drg. Ririn Arminsih, M.Kes dan Prof. Dr. dr I Made Djaja, SKM, M.Sc. Sidang dipimpin oleh Dekan FKM UI, Prof. Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc dengan tim penguji terdiri dari Dr. Drs. Tris Eryando, MA; Dr. Dian Ayubi, SKM, MQIH; Dr. Budi Hartono, S.Si, MKM; Prof. Dr. Dede Anwar Musadad, SKM, dan Dr. Elanda Fikri, SKM, M.Kes. Dalam kesempatan tersebut, promovendus mempertahankan disertasi berjudul “Pengembangan    Instrumen    Indikator Kinerja Penanganan Limbah Medis di Puskesmas Kota Bandung.”

Promovendus memaparkan bahwa limbah medis termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dihasilkan fasilitas pelayanan kesehatan dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan juga mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Diperkirakan timbulan limbah medis adalah 1 – 2% dari timbulan limbah secara keseluruhan. Di Indonesia, timbulan limbah medis dari puskesmas dan rumah sakit adalah sekitar 296,86 ton perhari. Puskesmas dengan jumlah total 10.134 puskesmas menghasilkan limbah medis sekitar 0,67% atau 1,997 ton per hari. Kapasitas fasilitas pengolahan limbah medis seluruh Indonesia adalah 314,29 ton per hari. Promovendus juga memaparkan meskipun kapasitas pengolahan limbah medis melebihi dari jumlah limbah medis yang ditimbulkan, namun masih banyak ditemukan limbah medis di lingkungan atau pada tempat yang tidak seharusnya. Sepanjang tahun 2014 – 2018 ditemukan 65 kasus tentang limbah medis dimana 25 kasus terjadi di Jawa Barat. Masalah penanganan limbah medis di puskesmas antara lain tidak ada peraturan/ pedoman/SOP, Sumber Daya Manusia tidak terlatih, tidak ada pemilahan limbah, minim fasilitas, minim anggaran,  kerjasama dengan pihak ketiga tidak  tuntas,  tidak menggunakan alat pelindung diri dan limbah medis di buang sembarangan. Menurut promovendus, masalah penanganan limbah di puskesmas berkaitan dengan kinerja yang perlu dimonitoring dan dievaluasi. Untuk itu harus ada instrumen yang berisi indikator-indikator kinerja penanganan limbah medis di puskesmas.yang dikembangkan dengan pendekatan sistem input, proses dan output.

Hasil penelitian Irmawartini menemukan 20 indikator kinerja penanganan limbah medis. Indikator-indikator tersebut digunakan untuk membangun instrumen penilaian kinerja. Instrumen yang dihasilkan memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas. Kualitas instrumen cukup baik dan ada keterkaitan antara input, proses dan output. Dibuktikan berdasarkan uji statistik terdapat hubungan yang kuat dan signifikan dengan korelasi positif antara input, proses dan output. Kinerja penanganan limbah medis di puskesmas Kota Bandung paling banyak berada pada kategori cukup (60,0%). Penelitian juga menemukan bahwa jumlah limbah medis yang dikelola puskesmas terbanyak terdapat pada puskesmas dengan kriteria: kinerja penanganan limbah medis baik, puskesmas dengan akreditasi utama dan madya dan pada puskesmas dengan layanan PONED. Aspek keuangan, penyimpanan dan layanan PONED berpengaruh signifikan terhadap jumlah limbah medis yang dikelola. Instrumen yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk monitoring dan evaluasi penanganan limbah medis serta menjadi bagian dalam penilaian akreditasi puskesmas.

Pada akhir sidang dewan penguji memutuskan bahwa Irmawartini yang berprofesi sebagai dosen di Politeknik Kementerian Kesehatan Bandung dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude dan memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Irmawartini dinyatakan sebagai lulusan S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat ke 231 dan lulusan FKM UI ke 301.