Kamis, 16 Juni 2022, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Seminar Online Seri ke-13 yang berjudul “Climate Change: How We Survive, Adapt, and Mitigate”. Seminar ini merupakan respon FKM UI terhadap isu perubahan iklim yang semakin memprihatinkan. Sebagai bentuk sambutan, turut hadir Dekan FKM UI, Prof. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., pada awal acara.
Narasumber pertama berasal dari Institut Pertanian Bogor, Perdinan, Ph.D., MNRE., merupakan dosen di Departemen Geofisika dan Meteorologi. Perdinan menyampaikan materi mengenai kesiapan kita dalam menghadapi perubahan iklim. “Perubahan iklim dan polusi udara itu ancaman yang luar biasa, pertanyaannya apakah Indonesia sudah siap?” ujar Perdinan sebagai pembuka presentasinya. Saat ini, pemerintah telah memiliki rencana untuk menghadapi perubahan iklim. Salah satunya adalah Strategi APIK (Adaptasi Perubahan Iklim Kesehatan) yang digagas oleh Kementerian Kesehatan. Kesiapan ini harus didukung oleh data dan informasi yang memadai serta aksi dari lingkup terbesar hingga terkecil: individu.
Materi selanjutnya membahas peran masyarakat dalam pengelolaan risiko dan mitigasi bencana di Indonesia. Materi ini disampaikan langsung oleh Direktur Pusat Pengurangan Risiko Bencana Universitas Indonesia, Prof. Dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D. “Akibat dari aktivitas kita yang merusak planet ini juga berdampak terhadap kesehatan masyarakat,” Prof. Fatma menyampaikan. Secara garis besar, masyarakat memiliki peran utama dalam mengurangi dampak akibat bencana, dalam hal ini perubahan iklim.
Pemaparan ketiga disampaikan oleh Any Adelina Hutauruk, S.K.M., M.ScPH., selaku Sanitarian Ahli Muda, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI. Materi yang disampaikan berjudul “Dampak Perubahan Iklim terhadap Kesehatan Masyarakat Indonesia”. Secara keseluruhan, Any menyampaikan bagaimana perubahan iklim berdampak terhadap kesehatan di Indonesia, apa saja program kesehatan yang terkait dengan perubahan iklim berbasis masyarakat, serta kerja sama lintas program lintas sektor (LP/LS). Mengutip langsung dari Any, sistem kesehatan yang tahan iklim adalah ketika kita tidak hanya bisa mengantisipasi tapi harus bisa merespon. Tidak selesai dengan merespon namun bagaimana kita mengatasinya dan memulihkan diri.
Materi terakhir berjudul “Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) bagi Masyarakat Pada Kondisi Perubahan Iklim dan Kerentanan Lingkungan” disampaikan oleh Muhammad Olik Abdul Holik, Ak., M.Si. Olik merupakan Direktur Utama PT Tirta Asasta Kota Depok (Perseroda), sebuah BUMD yang menyediakan air minum perpipaan. “Masalah eksisting penyelenggaran SPAM saat ini banyak di area padat, pesisir, rawa, gambut, kapur, dan kering,” papar Olik. Namun, air minum perpipaan yang merupakan konservasi air tanah dengan kualitas teruji dan anti kemarau aman untuk diterapkan di masa depan. Pemerintah diharapakan dapat mendorong agar masyarakat dapat beralih dari air minum non-perpipaan menjadi air minum perpipaan. Pemerintah memiliki peran vital dalam penyelenggaraan SPAM. (BK)