Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali mengadakan kuliah tamu dengan mengundang Prof. Dr. Orawan Kaewboonchoo dari Faculty of Public Health Mahidol University, Thailand sebagai pembicara dalam “Phthalate Exposure and Health” yang berlangsung pada 2 Mei 2024 di Ruang Promosi Doktor FKM UI. Kuliah tamu ini masuk ke dalam SEMOL FKM UI Seri 8.
“Topik Phthalate menjadi penting mengingat telah banyaknya paparan yang ditimbulkan pada kesehatan di masyarakat. Terlebih, paparan yang ditimbulkan menjadi dampak berupa penyakit tidak menular. Oleh karena itu, topik ini menjadi menarik karena masih adanya masalah yang belum terselesaikan. Sehingga, Prof. Orawan akan memberikan dan menerangkan secara rinci mengenai Phthalate dengan semangat pengetahuan baru untuk kita semua,” tutur Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., dalam sambutannya.
Phthalate adalah sekelompok bahan kimia yang berasal dari reaksi phthalic anhydride dengan alkohol yang menjadi polutan. Bahan kimia tersebut terkandung pada material bangunan, produk perawatan pribadi seperti kosmetik, parfum, sampo, dan lotion, kemasan makanan, dan debu yang membuat produk bertahan lama. Phthalate menjadi perhatian karena sering dijumpai pada bahan kimia di setiap rumah.
“Polutan menjadi hal yang sering dijumpai pada setiap rumah. Polutan merupakan bahan kimia atau material yang dapat memberikan dampak kerusakan pada lingkungan. Dengan banyak polutan yang ditemukan, tidak dipungkiri bahwa terdapat dampak buruk yang akan berimbas pada kesehatan setiap orang,” tutur Dr. Orawan.
Phthalate dapat diklasifikasikan menjadi Low Molecular Weight (LMW) dan High Molecular Weight (HMW). Phthalate dengan Low Molecular Weight (LMW) atau berat molekul rendah biasa ditemukan pada produk perawatan pribadi, pelarut dan zat aditif dalam perangkat medis dan kosmetik, serta pada produk PVC termasuk perlengkapan medis, perekat, cat, dan tinta. Adapun Phthalate dengan High Molecular Weight (HMW) atau berat molekul tinggi biasa digunakan pada plasticizer atau zat aditif yang ditambahkan pada proses pembuatan plastik pada industri. Adapun Phthalate dengan HMW dapat ditemukan pada beberapa produk rumah tangga seperti furnitur hingga mainan anak.
“Phthalate sangat dekat dengan kita. Phthalate tidak terikat secara kimiawi pada produk, namun mudah dilepaskan ke lingkungan tempat tinggal atau rumah. Debu menjadi salah satu partikel yang dapat diabsorpsi ke dalam tubuh melalui rute pemaparannya. Sehingga, ketika sudah masuk dan berada di dalam paru-paru, maka akan menimbulkan paparan yang sangat buruk,” tutur Dr. Orawan.
Paparan yang ditimbulkan oleh Phthalate dapat terjadi melalui mulut, kulit hingga pernapasan. Adapun pernapasan menjadi rute paparan yang berisiko tinggi untuk dapat terjadi. Sistem endokrin, reproduksi, respirasi, hingga kardiovaskular akan terdampak akibat Phthalate yang mengganggu kesehatan. Terlebih, risiko tinggi akan terjadi jika berkenaan dengan kehamilan seorang ibu hingga menyebabkan terjadinya fetal disorders atau gangguan pada janin yang terpapar Phthalate.
“Terlalu banyak risiko kesehatan yang terjadi jika terpapar oleh Phthalate. Dalam kehidupan, menghindari seluruh pajanannya menjadi hal yang tidak mungkin terjadi,” tutur Dr. Orawan. “Akan tetapi, tetap ada hal yang bisa kita lakukan untuk menguranginya, yaitu dengan membaca label produk, memberikan dukungan pada perusahaan yang memproduksi bahan tanpa Phthalate, dan menghindari produk yang bertuliskan kode nomor 3. Kemudian, dengan meningkatkan fungsi ventilasi, membersihkan rumah dari debu, serta sering mencuci tangan menjadi bentuk pencegahan yang dapat dilakukan dengan mudah,” pungkas Dr. Orawan. (ITM)