Bahas Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Ibu dan Anak, FKM UI Selenggarakan Round Table Discussion

Perubahan iklim tejadi karena meningkatnya Gas Rumah Kaca yang menyebabkan kenaikan suhu atmosfer bumi. Perubahan iklim ini menyebabkan berbagai dampak negatif berupa kerusakan lingkungan yang memengaruhi kesehatan manusia baik secara langsung, melalui perubahan penyakit dan vector serta perubahan sosial ekonomi karena dampak perubahan iklim ini. Perubahan iklim menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan kematian. Perubahan iklim juga memengaruhi kesehatan reproduksi, kehamilan dan janin dalam kandungan.

Berbagai permasalahan akibat perubahan iklim ini memberikan peringatan akan dampak negatif perubahan iklim yang semakin besar, termasuk dampak pada kesehatan ibu. Perubahan iklim dapat menyebabkan beban penyakit yang besar yang akan membebani kesehatan masyarakat dan sistem pelayanan kesehatan. Indonesia juga mempunyai masalah yang besar dalam kesehatan ibu. Angka kematian ibu yang merupakan indikator kesehatan ini masih menunjukkan angka yang tinggi yaitu 305/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Indikator kesehatan ibu masih memprihatinkan dan masih tertinggal jika dibandingkan dengan kondisi serupa di negara-negara ASEAN.

Melihat kondisi tersebut, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) berkolaborasi dengan Pita Putih Indonesia dan Perkumpulan Budi Kemuliaan menyelenggrakan Round Table Discussion (RTD) membahas dampak perubahan iklim pada kesehatan ibu dan anak pada Kamis, 23 Februari 2023. Dilaksanakan di Ruang Promosi Doktor FKM UI, kegiatan ini dihadiri oleh narasumber yang berasal dari kementerian dan lembaga penentu kebijakan terkait kesehatan ibu dan anak, dan perubahan iklim. RTD bertujuan untuk mengetahui kebijakan pemerintah tentang dampak perubahan iklim pada kesehatan dan kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak; serta menghimpun masukan untuk pengembangan agenda mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di bidang kesehatan dan kesehatan reproduksi.

Hadir membuka RTD adalah Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura dan Administrasi Umum FKM UI, Dr. Milla Herdayati, S.K.M., M.Si. “Isu global warming menjadi isu global yang banyak dibicarakan dimanapun. Dampak global warming bukan hanya berdampak pada kesehatan lingkungan dan bencana tetapi juga berdampak pada kesehatan reproduksi, yaitu pada kehamilan dan bayi yang dilahirkan, contohnya terjadinya abortus dan kelahiran prematur. Kelompok yang paling rentan terkena dampak adalah perempuan, bayi dan anak. Dari RTD ini harapannya dapat diperoleh wawasan tentang dampaknya lebih jauh, kebijakan, serta plan of action yang dapat dirumuskan. Kelompok Studi Kesehatan Reproduksi FKM UI yang diketuai oleh Prof. Dr. dr. Sabarinah, M.Sc., menjadi salah satu pioneer yang akan bersama-sama menindaklanjuti hasil dari RTD ini,” tutur Dr. Milla dalam sambutannya.

Pada diskusi yang dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Sabarinah, M.Sc., sebagai moderator, Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA., dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Republik Indonesia (RI) mengawali materi tentang “Perubahan Iklim di Indonesia, Kelangsungan dan Dampaknya pada Kerusakan Lingkungan dan Bencana”. Doktor Dodo menyampaikan bahwa ada beberapa hal yang dilakukan BMKG dalam penanganan perubahan iklim salah satunya BMKG sudah bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta untuk memetakan hubungan curah hujan dengan tingkat kemungkinan penyebaran penyakit Demam Berdarah untuk memperkirakan kemungkinan kenaikan kasus. Adaptasi yang dilakukan oleh BMKG ini nantinya dapat dilengkapi dengan informasi kesehatan sehingga dapat diterima lebih baik lagi oleh masyarakat.

Guru Besar Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UI, Prof. Dr. Budi Haryanto, S.K.M., M.Kes., M.Sc., melanjutkan pemaparan tentang “Climate Change: Health Impacts and Actions”. Prof. Budi Haryanto

menyebutkan bahwa penyebab terbesar meningkatnya emisi gas karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar yang terus meningkat dan pembakaran hutan. Efek perubahan iklim ini terjadi pada munculnya masalah ekonomi, masyarakat miskin, lingkungan dan kehidupan manusia sebagai dampak hilirnya. “Efek dari meningkatnya emisi gas karbon ini paling terlihat antara lain pada meningkatnya masalah kesehatan seperti malnutrisi, diare, dan malaria disamping dampak lingkungan yang paling nyata yaitu banjir.,” tutur Prof. Budi Haryanto.

Lebih lanjut, Adelina Hutauruk dari Kementerian Kesehatan RI menyampaikan tentang Adaptasi dan Mitigasi dalam Perubahan Iklim. Disebutkan bahwa 90% bencana di Indonesia adalah bencana hidrometeorologis dan penyakit yang disebabkan meningkatnya gas rumah kaca menjadi penyakit nomor dua yang banyak menjangkiti masyarakat Indonesia. “Menanggapi dampak perubahan iklim ini tentu perlu dibangun sistem kesehatan berketahanan lingkungan, sejalan dengan perubahan iklim,” tutur Adelina Hutauruk dari Kementerian Kesehatan RI. Beberapa program kesehatan ibu dan anak yang sejalan dengan penanggulangan dampak perubahan iklim telah diaksanakan untuk program penurunan angka kematian ibu dan kontrol angka kelahiran bayi serta telah dilaksanakan pula program intervensi gizi spesifik dan sensitif peningkatan status gizi dan kesehatan anak.

Pada sesi diskusi, diberikan berbagai tanggapan dari perwakilan berbagai Lembaga seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional RI; Badan Nasional Penanggulangan Bencana RI; Pita Putih Indonesia dan Direktur Sekolah Ilmu Lingkungan UI, Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo, M.Si. Beberapa isu yang disoroti oleh para penanggap ini antara lain bahwa perubahan iklim menimbulkan food insecurity yang akan berdampak buruk pada keperluan asupan gizi bagi ibu hamil dan balita, risiko paparan efek perubahan iklim pada bayi baru lahir yang dapat memengaruhi masa depannya, perlunya early warning system, mitigasi dan adaptasi efek perubahan iklim, komunikasi informasi dan edukasi literasi pada masyarakat, serta perlunya kolaborasi lintas sektor untuk penanganan dampak perubahan iklim terutama pada ibu hamil dan balita.

Penanggulangan perubahan iklim, mitigasi dan adaptasi ini memang harus dilakukan oleh banyak pihak. Selain itu, untuk mengurangi dampaknya juga perlu dibangun kesadaran akan apa yang akan terjadi akibat perubahan iklim ini. Untuk itu, perlu dibangun pemahanan dan komitmen dari semua pihak untuk menghadapi perubahan iklim ini, khususnya dampak terhadap kesehatan dan kesehatan reproduksi yang terkait dengan kualitas hidup manusia di masa datang. (wrk)