Bahas Isu Transformasi Sistem Kesehatan, Webinar S2 KARS FKM UI Angkat Topik Smart Hospital

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, rumah sakit di Indonesia berjumlah 3136. Pelayanan di rumah sakit telah memasuki era dimana segala jenis pelayanan mulai diintegrasikan dengan teknologi atau sistem informasi yang canggih dan terpadu. Perkembangan pelayanan di rumah sakit harus diikuti dengan digitalisasi pelayanan kesehatan sesuai dengan perkembangan teknologi kesehatan yang sejalan dengan upaya menciptakan smart hospital. “Dengan adanya smart hospital diharapkan pelayanan menjadi lebih optimal, efektif dan efisien. Kementerian kesehatan sudah mengembangkan beberapa digitalisasi salah satunya melalui aplikasi SATUSEHAT, telemedicine, rekam medik elektronik, dan sistem rujukan berbasis kompetensi.  Semua itu dilakukan agar masyarakat mendapatkan kemudahan akses dan kualitas layanan kesehatan yang berstadar nasional bahkan internasional,” tutur Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, drg. Yuli Astuti S., M.Kes., pada opening speechnya dalam acara Webinar “One Step Closer to Smart Hospital” Sabtu, 18 November 2023 yang diselenggarakan oleh Program Studi Magister Kajian Administrasi Rumah Sakit (KARS) Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI).

Webinar ini juga menghadirkan Direktur Utama BPJS, Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, Sc.Ph.D., sebagai keynote speaker untuk berbicara mengenai “Digitalisasi Layanan BPJS Kesehatan dalam Mendukung Pengembangan Ekosistem Smart Hospital”.

BPJS Kesehatan sebagai badan hukum publik yang berada langsung di bawah presiden Republik Indonesia memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada November 2023, jumlah peserta JKN sudah mencapai 256 juta jiwa atau 95,71% dari total jumlah penduduk Indonesia. Dengan cakupan angka yang begitu besar, BPJS Kesehatan membutuhkan sistem terintegrasi untuk seluruh layanannya. ”BPJS Kesehatan berkomitmen untuk menghadirkan ekosistem yang mendukung Smart Hospital. Saat ini kami sudah menggunakan teknologi dalam layanan BPJS, seperti teleconsultation services, biometric fingerprint, integrated SEP, integrated queuing system, serta informasi ketersediaan tempat tidur dan kamar operasi yang sudah bisa diakses pelanggan secara digital,” tutur Prof. Ali Ghufron. BPJS Kesehatan juga sudah memiliki aplikasi MobileJKN dengan berbagai fitur yang dapat memudahkan masyarakat untuk mengakses pelayanan BPJS.

Webinar dari Prodi Magister KARS FKM UI ini juga menyelenggarakan diskusi dengan 4 panelis. Prof. Dr. -Ing Eko Supriyanto, P.H. Eng, Presiden Indonesia Association of Hospital Engineering (AHE), sebagai panelis pertama dengan mengangkat tema “Getting to Know Smart Hospital – Preparing Ourselves for Smart Hospital”. ”Smart hospital didefinisikan sebagai rumah sakit yang selamat, bermutu, aman, ramah sosial dan lingkungan, dan terjangkau yang diimplementasikan melalui transformasi digital,” ujar Prof. Eko. Smart hospital terdiri dari beberapa komponen yang smart, seperti bangunan rumah, prasarana elektrikal dan mekanikal, infokom (sensor, internet of things (IoT), server, software, dan lain-lain), alat kesehatan, 7S (struktur, strategi, sistem manajemen, skill, staf, style kepemimpinan, dan shared value), serta Balance Score Card (BSC) untuk keuangan, pelanggan, proses bisnis, dan sumber daya manusia. Terdapat beberapa persyaratan teknis implementasi smart hospital yang harus dimiliki rumah sakit, mulai dari sistem kelistrikan hingga sistem manajemen rumah sakit.

Lebih lanjut, dr. Agus Mutamakin, M.Sc selaku Kompartemen dan Pusat Data Informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) memaparkan materi mengenai “Tantangan Saat Melakukan Perubahan Menuju Smart Hospital”. Menurut dr. Agus, tantangan akan selalu ada ketika ingin melakukan perubahan besar, termasuk dalam perubahan menuju smart hospital. ”Ada 6 tantangan yang sedang kita hadapi, yaitu ketersediaan dan keandalan teknologi, biaya implementasi, keamanan dan privasi data, integrasi teknologi, manajemen perubahan, serta pelatihan dan adaptasi staf,” terang dr. Agus.

“Hingga tahun 2022, tercatat 10 kementerian dan lembaga pemerintah pernah mengalami peretasan. Hal ini harus menjadi perhatian karena keamanan siber telah menjadi gudang senjata dalam konflik geopolitik. Serangan dari siber ini bisa sangat canggih dan dilakukan terus-menerus,” tutur Ardi Sutedja K., S.H., MBA., Kepala Indonesia Cyber Security Forum (ICSF) dalam materi diskusinya yang berjudul “Ancaman Gangguan Siber: Taksonomi pada Industri Healthcare”. Untuk itu, dibutuhkan keamanan siber yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk melindungi dan menghindari ancaman kejahatan siber. Dibutuhkan pula ketahanan siber yang mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memitigasi kerusakan dan melanjutkannya setelah sistem atau data disusupi. Strategi keamanan siber dirancang untuk meminimalisasi risiko terjadinya serangan, sedangkan ketahanan siber dirancang untuk minimalisasi dampaknya. Dalam konteks smart hospital, data electronic medical record (EMR) menjadi sesuatu yang harus diperhatikan keamanannya.

Julian Petrescu, MBA., Senior Engineer Intersystem, menjelaskan “Revolutionizing Healthcare: Artificial Intelligence Use Cases in Hospitals” dimana dikatakan bahwa data pelayanan kesehatan terdiri dari 3 pilar, yaitu EMR, interoperabilitas, serta standar dan data coding. Dengan semakin berkembangnya artificial intelligence (AI), data kesehatan kini dapat dianalisis dan dibuat model dalam skala besar. ”AI mengubah sistem rekam medis elektronik yang tadinya pasif, kini menjadi sistem penghasil informasi aktif yang dapat ditindaklanjuti serta mengungkapkan pola tersembunyi tentang pasien atau populasi. Implementasi nyata dari penggunaan AI ini adalah platform SATUSEHAT yang mengintegrasikan sistem informasi kesehatan di Indonesia,” ujar Julian. Menurutnya, transformasi digital ini juga dipengaruhi oleh pandemi COVID-19 yang menuntut perkembangan teknologi secara global.

Webinar yang dihadiri oleh lebih dari 300 partisipan ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa kesehatan sehingga nantinya dapat mewujudkan rumah sakit Indonesia yang mampu bersaing secara global. (WR)

Leave a Reply