Bahas Peningkatan Promosi Kesehatan dan Kekurangan Energi Kronis pada Ibu Hamil, FKM UI Selenggarakan SEMOL Seri 10

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali menggelar SEMOL FKM UI Seri 10 secara daring pada Jumat, 17 Mei 2024. Bekerja sama dengan SUN Academia & OP Network Indonesia, SEMOL FKM UI menghadirkan dua pembicara ahli dalam bidang Gizi dengan pembahasan Promosi Kesehatan dan Kekurangan Energi Kronis pada Ibu Hamil.

“Promosi kesehatan menjadi sangat penting terutama yang dilakukan kader untuk ibu hamil. Hal ini sesuai dengan salah satu program pemerintah, yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang bersumber dari bahan pangan lokal kepada balita dan ibu hamil. 1000 HPK yang menjadi pembahasan lanjut oleh narasumber, merupakan entry point yang sangat baik jika ingin mempercepat penurunan malnutrisi maupun stunting di negara kita,” tutur Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc., Wakil Dekan Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan FKM UI serta Koordinator SUN Academia dan Organisasi Profesi (OP) di dalam sambutannya.

“Promosi Kesehatan melalui Media Edukasi: Peningkatan Pengetahuan Kader tentang PMBA” merupakan topik yang dibawakan oleh Ns. Tuti Asrianti Utami, S.E., M.Kep., Dosen STIK Sint Carolus. Promosi kesehatan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan dalam mendukung Indonesia Sehat. Pelatihan kesehatan untuk kader masyarakat termasuk dalam bentuk intervensi program pencegahan stunting berbasis masyarakat di daerah.

“Berbagai macam pelatihan diberikan mulai dari pemantauan gizi, kesehatan lingkungan, gerakan masyarakat sehat, hingga pengarusutamaan gender. Pelatihan kader masyarakat dilakukan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan tentang PMBA (Pemberian Makan Bayi dan Anak), yaitu pengetahuan pola pemberian makan, pelayanan kesehatan, dan lingkungan keluarga,” tutur Ns. Tuti. “Capaian atau harapan dari promosi kesehatan masyarakat adalah terciptanya suatu perubahan perilaku, yakni ketika kader dengan satuannya mampu memiliki perubahan peningkatan di dalam pengetahuannya tersebut,” terangnya.

“Efektivitas Pendampingan Kader dengan Telekonseling terhadap Ibu Menyusui dan PMBA di Pulau Jawa” merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh Ns. Tuti bersama tim. Penelitian tersebut melaksanakan dan menilai kegiatan konseling yang dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan metode daring dengan gawai. “Hasil penelitian tersebut menemukan adanya hubungan yang sangat efektif antara efektivitas telekonseling terhadap keberhasilan menyusui dan PMBA. Panduan telekonseling yang diberikan telah memberikan manfaat kepada ibu menyusui dan/atau ibu baduta dengan hasil yang dirasakan para informan adalah baik dan tidak menyangka bahwa gadget bisa membantunya,” tutur Ns. Tuti dalam memaparkan hasil data penelitian yang dilakukan.

Topik kedua yang berjudul “Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil” disampaikan oleh Harna, S.Gz., M.Si., Dosen Program Studi Gizi Universitas Esa Unggul. KEK merupakan salah satu masalah yang disebabkan oleh asupan gizi tidak seimbang sehingga menyebabkan kekurangan energi dalam waktu yang cukup lama. “Besaran masalah KEK di Indonesia memang terjadi penurunan. Akan tetapi, penurunan tersebut hanya sebesar 0,4% selama 5 tahun. Hal ini memberi arti bahwa masalah KEK masih menjadi perhatian yang harus ditangani,” tutur Harna.

“Prevalence and Determinant Factors of Chronic Energy Deficiency (CED) in Pregnant Women” merupakan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Harna, S.Gz., M.Si., bersama tim di Puskesmas Parung Panjang. Penelitian tersebut membuktikan bahwa energi dan protein memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian KEK, serta prevalensi usia, paritas, jarak interval, infeksi, dan tingkat pengetahuan menjadi faktor penentu terjadinya KEK pada Ibu Hamil.

“Selain berdampak pada anak atau pada janin yang dikandungnya, KEK akan berdampak pada ibu hamil dengan terjadinya anemia, preeklampsia, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), stunting, dan komplikasi persalinan,” tutur Harna. “Sehingga, pencegahan KEK pada Ibu Hamil sebaiknya dimulai sejak dini, tepatnya sejak tahap remaja putri. Selain itu, pencegahan dapat dilakukan saat konseling CATIN (calon pengantin) dan pemeriksaan ibu hamil secara terintegrasi melalui Pelayanan Antenatal Terpadu, serta dukungan dari berbagai pihak, mulai dari lintas sektor, organisasi profesional, tokoh masyarakat, LSM, hingga institusi lainnya,” terangnya. (ITM)