Data terakhir berdasar Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa sekitar 43% remaja usia 13-15 tahun di Provinsi Banten tergolong pendek dan sangat pendek. Prevalensi ini jauh di atas rata-rata Provinsi Banten yaitu 24,4%. Pendek merupakan status gizi yang disebabkan karena kurangnya asupan zat gizi dalam waktu yang lama. Sementara itu, berdasar penelitian terserak, hampir separuh dari remaja putri di Kabupaten Lebak mengalami anemia. Mengingat hal tersebut, maka diperlukan upaya untuk memperbaiki masalah gizi remaja, khususnya remaja putri, karena remaja putri adalah calon ibu yang akan menentukan kualitas generasi mendatang. Remaja putri berada pada rentang usia percepatan pertumbuhan, sehingga edukasi gizi pada usia ini diharapkan memberikan hasil yang maksimal terhadap perubahan pola konsumsi dan pada akhirnya pada status gizi dan kesehatannya.
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), yang diwakili oleh Dr. Ir. Diah M. Utari beserta tim yaitu Dr. Ir. Asih Setiarini, Dr. Ir. Trini Sudiarti, Wahyu Kurnia S.K.M., M.K.M.; Latifah, S.Gz, dan beberapa mahasiswa mencoba mengembangkan booklet sebagai bahan edukasi, dan memberikan edukasi gizi terkait anemia dan stunting secara langsung bagi remaja putri.
Edukasi gizi berlangsung pada 27 November 2023 untuk semua remaja putri murid SMPN 3 Kalanganyar, Kabupaten Lebak. Menampilkan beberapa materi antara lain pertumbuhan remaja, kebutuhan gizi remaja, gejala, dampak dan pencegahan anemia dan kurang energi kronis (KEK) bagi remaja serta dampak anemia dan KEK pada ibu hamil dan bayinya.
Selama proses edukasi, dilakukan tanya jawab pada para remaja putri. Dari tanya jawab tersebut diperoleh data hanya sepertiga siswa yang rutin sarapan sebelum berangkat sekolah dengan alasan tidak sempat, malas, dan tidak biasa. Selain itu asupan pangan hewani tidak dikonsumsi setiap kali makan. Edukasi Prinsip Gizi Seimbang diberikan agar siswi menyadari dampak kekurangan dan pentingnya konsumsi gizi seimbang saat remaja. Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak secara rutin memberikan TTD (Tablet Tambah Darah) seminggu sekali pada sekolah, namun tidak semua siswi mau mengonsumsi TTD yang diberikan dengan alasan rasa dan bau TTD yang tidak enak, tidak merasa perlu dan efek samping yang timbul seperti tinja berwana hitam dan konstipasi. Oleh karena itu dalam edukasi ini juga dijelaskan bahwa efek yang timbul setelah minum TTD tidak berbahaya dan TTD wajib diminum karena mempunyai efek jangka panjang yang sangat baik. Para siswi diminta untuk memerhatikan asupannya karena saat ini mereka masih berada pada masa pertumbuhan cepat. Konsumsi yang seimbang dan beragam akan mencegah mereka dari anemia dan KEK, sehingga jika suatu saat menikah dan hamil, status gizi dan kesehatan mereka pada kondisi yang optimal dan dapat melahirkan bayi yang sehat serta tumbuh menjadi anak yang cerdas. Stunting, jika tidak ditangani sejak dini, akan berdampak lintas generasi, sehingga dikhawatirkan generasi emas di tahun 2045 tidak dapat tercapai.
Kegiatan edukasi gizi diawali dengan pre–test dan diakhiri dengan post–test terkait materi yang diberikan. Kegiatan edukasi dinilai berhasil karena terdapat kenaikan skor nilai pengetahuan gizi sebesar 52%. Edukasi ini pertama kali dilakukan di SMPN 3 Kalanganyar, sehingga antusiasme siswi sangat tinggi saat kegiatan berlangsung.
Kegiatan edukasi gizi ini disambut baik oleh Camat Kalanganyar, Bayu Hadiyana T., S.IP., M.Si., yang menyatakan bahwa penanganan stunting seharusnya tidak hanya fokus pada balita saja, namun harus sejak dini khususnya pada remaja putri, karena mereka harus memahami pola makan bergizi seimbang dan cara pencegahan anemia serta KEK. Kepala Sekolah SMPN 3 Kalanganyar Uus Sukmana, M.Pd., juga sangat antusias dengan kegiatan ini agar para siswa selalu minum TTD yang diberikan dan memperbaiki pola makannya.