Komitmen Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) dalam mencetak ilmuwan unggul kembali diwujudkan lewat Sidang Terbuka Promosi Doktor yang digelar di Aula Gedung G FKM UI. Promovenda Dewa Ayu Putu Mariana Kencanawati mengangkat disertasi yang berjudul “Model Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Sosial Budaya untuk Meningkatkan Penggunaan Kelambu Berinsektisida pada Ibu Hamil di Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya”. Sidang terbuka dipimpin oleh Prof. Dr. dra. Dewi Susanna, M.Kes., selaku Ketua Sidang dan Ketua Dewan Penguji. Promovenda berasal dari Program Studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat dan dinyatakan berhasil mempertahankan disertasinya sehingga lulus menjadi doktor dengan predikat cum laude dan meraih IPK 3,92.
Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2023, Indonesia menyumbang sekitar 88% dari total perkiraan kematian akibat malaria di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2024). Secara nasional, tercatat sebanyak 418.546 kasus malaria dengan angka insidensi (Annual Parasite Incidence/API) sebesar 1,5 per 1.000 penduduk. Sebaran kasus malaria di Indonesia sebagian besar berasal dari wilayah Papua, Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan, serta Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). “Di antara ketiga wilayah tersebut, Pulau Sumba di NTT menjadi salah satu kontributor terbesar, dengan Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) mencatatkan jumlah kasus tertinggi di provinsi tersebut, yakni 2.384 kasus (API: 6,54 per 100 penduduk),” papar Dewa Ayu. Dari jumlah tersebut, sebanyak 50,2% kasus disebabkan oleh Plasmodium falciparum, jenis parasit malaria yang paling mematikan.
Di tengah tingginya beban penyakit ini, Kecamatan Kodi Utara di Kabupaten SBD menjadi perhatian khusus, terutama karena rendahnya pemanfaatan kelambu berinsektisida oleh kelompok rentan seperti ibu hamil. Padahal, penggunaan kelambu merupakan salah satu intervensi sederhana namun efektif dalam mencegah penularan malaria, terutama di wilayah dengan transmisi tinggi seperti Kodi Utara.
Merespons situasi tersebut, Dewa Ayu menyusun disertasinya dengan fokus pada pengembangan model pemberdayaan masyarakat berbasis sosial budaya. Ia merancang pendekatan yang tidak hanya mengandalkan edukasi formal, tetapi juga berpijak pada kearifan lokal serta dinamika sosial di masyarakat. Model ini melibatkan seluruh tingkat komunitas, dari kecamatan, desa, hingga keluarga, sebagai agen perubahan yang aktif dalam mendukung layanan malaria terpadu untuk ibu hamil.
Penelitian ini menggunakan metode campuran (mix method) dengan desain exploratory sequential, dan melibatkan 144 ibu hamil yang dibagi ke dalam kelompok kontrol dan intervensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah intervensi selama dua bulan, terdapat peningkatan pengetahuan ibu hamil sebesar 21,13% dan praktik penggunaan kelambu yang benar sebesar 20,83% pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Namun, perubahan sikap terhadap penggunaan kelambu belum signifikan secara statistik (nilai p: 0,294).
Temuan ini menegaskan bahwa efektivitas intervensi kesehatan tidak hanya ditentukan oleh penyediaan alat atau sarana, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh pemahaman konteks sosial dan budaya masyarakat yang menjadi sasaran program. Dalam hal ini, keberhasilan program tidak lepas dari keterlibatan aktif komunitas yang difasilitasi melalui pendekatan yang menghargai struktur sosial dan nilai-nilai lokal.
Model pemberdayaan yang dikembangkan mengadopsi pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA). Model initerdiri atas tiga komponen utama: tim fasilitator di tingkat kecamatan, tim pelaksana di tingkat desa (terdiri dari supervisor dan pendamping keluarga), serta keluarga sebagai pengawas langsung dalam penggunaan kelambu oleh ibu hamil. Menariknya, disertasi ini juga menemukan bahwa sosok ibu kandung atau ibu mertua memegang peran penting dalam pengambilan keputusan terkait kehamilan, dan bahwa meskipun masyarakat setempat masih berorientasi pada budaya tradisional, tidak ditemukan pandangan negatif terhadap penggunaan kelambu.
Sebagai rekomendasi, promovenda menekankan pentingnya keterlibatan lintas sektor dan lapisan masyarakat dalam strategi pencegahan malaria, khususnya pada ibu hamil, dengan memperhatikan konteks sosial budaya setempat. Ia juga mengusulkan adanya regulasi turunan yang secara teknis mengatur edukasi penggunaan kelambu berinsektisida, terutama dalam rangka distribusi kelambu pada layanan malaria terintegrasi dalam program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di Kabupaten Sumba Barat Daya.
Dewa Ayu Putu Mariana Kencanawati tercatat sebagai doktor ke-15 yang lulus dari Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI pada tahun 2025. Ia juga merupakan doktor ke-354 dari program studi tersebut, sekaligus doktor ke-465 dari seluruh lulusan Program S3 FKM UI. Selama penyusunan disertasinya, promovenda dibimbing oleh Prof. Dr. dra. Evi Martha, M.Kes. sebagai promotor, serta Prof. Dr. dr. Sabarinah, M.Sc. dan Ermi Ndoen, Ph.D. sebagai kopromotor. Dewan penguji sidang promosi doktor terdiri dari Dr. Purwadi Soriadiredja, M.Hum.; Dr. drs. Lukman Hakim, S.K.M., S.H., M.M.; Dr. Indra Supradewi, S.ST., M.K.M.; dan Dr. Bringiwatty Batbual, S.Kep., Ns., M.Sc. (DFD)