Doktor FKM UI Teliti: Determinan Kelahiran Risiko Tinggi di Indonesia: Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017

Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI), Jumat (30/07/2021), menggelar sidang promosi doktor atas nama Risma Mulia secara virtual. Bertindak sebagai Promotor, Prof. dr. Budi Utomo, M.Ph., Ph.D., dengan ko-promotor Dr. Wendy Hartanto, MA. Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Sabarinah, M.Sc., dengan tim penguji terdiri dari dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D.; dr. Kemal N. Siregar, SKM, MA., Ph.D.; Dra. Omas Bulan Samosir, Ph.D.; Dra. Augustina Situmorang, MA., Ph.D., dan Dr. Sudibyo Alimoeso, MA. Promovendus mempertahankan disertasi berjudul “Determinan Kelahiran Risiko Tinggi di Indonesia: Analisis Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017”.

Kelahiran risiko tinggi masih menjadi masalah utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Konsekuensi kelahiran berisiko menjadi salah satu penyumbang terbesar kematian ibu dan anak (Shukla et al., 2020). Berdasarkan data World Health Organization (WHO) sebanyak 295.000 kematian ibu selama tahun 2017 atau 810 perempuan hamil dan melahirkan meninggal setiap harinya. Diperkirakan 94% kematian terjadi di negara berpendapatan menengah ke bawah dan 86% kematian berada di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Perempuan usia 10-14 tahun memiliki peluang paling besar mengalami komplikasi dan kematian dibandingkan dengan perempuan lebih tua (WHO, 2020).

Di Indonesia angka kematian ibu dan anak masih relatif tinggi. Rasio kematian maternal dilaporkan meningkat dari sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 359 pada tahun 2012 (BKKBN et al., 2002/03; 2012). Angka kematian balita menurun dari 46 per 1.000 pada tahun 2002 menjadi 32 pada tahun 2017. Selanjutnya, angka kematian bayi menurun nyata dari 35 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi 24 pada tahun 2017 (BKKBN et al., 2002-03; 2018). Walaupun menurun, angka kematian balita dan bayi ini masih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Sementara itu, angka kelahiran risiko tinggi naik dari 29,1% pada tahun 2012 menjadi 29,7% pada tahun 2017. Diperkirakan 21% kelahiran risiko tinggi tunggal dan 9% kelahiran risiko tinggi ganda (BKKBN et al., 2018; 2012).

Dari penelitian Risma menyimpulkan bahwa proporsi kelahiran terlalu muda 8,2%, kelahiran terlalu tua 18,6%, kelahiran terlalu dekat 5,3%, kelahiran terlalu banyak 11,4%, kehamilan tidak diinginkan sebesar 8,2% dan 11,3% kelahiran berisiko (4T dan KTD).

Lebih lanjut, dari peneltian ini juga diperoleh hasil bahwa faktor paling dominan pengaruhnya terhadap kelahiran terlalu muda adalah riwayat KB. Sementara itu, akses informasi KB dari internet sebagai faktor paling berpengaruh terhadap kelahiran terlalu tua. Hasil analisis diperoleh ANC 1-3 dan tidak ANC adalah faktor paling dominan pengaruhnya pada kelahiran terlalu dekat. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kelahiran terlalu banyak adalah wilayah luar Jawa-Bali I dan luar Jawa-Bali II, Paritas 4+ merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kehamilan tidak diinginkan. Faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap kelahiran berisiko (4T dan KTD) adalah akses informasi KB dari internet.

Untuk itu, peneliti menyimpulkan bahwa diperlukan program intervensi dengan meningkatkan pelayanan KB berkualitas dan akses metode alat/cara KB modern yang menjangkau semua perempuan usia reproduksi di seluruh wilayah Indonesia untuk mencegah kelahiran risiko tinggi. Meningkatkan penyebarluasan informasi KB melalui TV dan internet dan mendorong pemeriksaan ANC berkualitas bagi ibu hamil. 

Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Risma Mulia dinyatakan lulus dan memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Risma Mulia dinyatakan sebagai lulusan S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat ke-245 dan lulusan S3 FKM ke-317 dengan prediket sangat memuaskan.