Doktor FKM UI Teliti: Determinan Sintas Rawat Inap Pasien Pneumonia di RS dr. Cipto Mangunkusumo pada Masa Pandemi COVID-19

Kamis, 13 Juni 2024, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) melaksanakan sidang terbuka Promosi Doktor Epidemiologi dengan promovendus atas nama Hadiki Habib di Ruang Promosi Doktor. Sidang ini dipimpin oleh Prof. Dr. Dra. Evi Martha, M.Kes dengan Promotor Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., serta Ko-promotor Prof. Dr. Besral, S.K.M., M.Sc., M.App.Sc dan Prof. Dr. dr. C. Martin Rumende, Sp.PD, KP. Bertindak sebagai penguji dalam sidang terbuka promosi doktor ini antara lain Dr. dr. Tri Martani, Sp.THT-KL(K), M.A.R.S.; Dr. dr. Soroy Lardo, Sp.PD, KPTI., FINASIM.; Mayjen TNI (Purn) Prof. Dr. Syamsul Maarif, M.Si.; dan   dr. Syahrizal Syarif, M.P.H., Ph.D. Hadiki mempertahankan disertasi berjudul “Determinan Sintas Rawat Inap Pasien Pneumonia di RS dr. Cipto Mangunkusumo pada Masa Pandemi COVID-19”.

Hadiki membuka pemaparan ringkasan disertasinya dengan mengangkat situasi rawat inap dan kematian di rumah sakit karena pneumonia meningkat pada saat pandemi COVID-19, baik karena COVID-19 maupun patogen lain dan perlu diidentifikasi faktor-faktor risikonya. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis secara bersamaan hubungan berbagai determinan biologi, gaya hidup, lingkungan dan pelayanan kesehatan terhadap sintas rawat inap pasien pneumonia pada masa pandemi COVID-19 serta menganalisis dinamika berbagai determinan untuk menjaga sintas rawat inap tersebut dari perspektif ketahanan rumah sakit.

Penelitian ini menggunakan desain campuran. Pertama, dilakukan studi kuantitatif kohort retrospektif menggunakan analisis regresi cox, analisis interaksi dilakukan dengan metode stratifikasi dan multiplikasi. Data subjek penelitian diambil secara sampling acak sederhana dari rekam medis pasien pneumonia yang dirawat pada masa pandemi COVID-19 pada Mei 2020 – Desember 2021 di RS dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Kedua, dilakukan studi kualitatif sequential explanatory dengan desain studi kasus. Informasi dikumpulkan melalui wawancara mendalam bersama enam orang informan untuk menjelaskan dinamika determinan kesehatan dengan sintas rawat inap dari perspektif ketahanan rumah sakit.

Terdapat 1945 subjek pneumonia dengan insiden kematian saat rawat inap sebesar 34,1%. Determinan yang berhubungan dengan peningkatan risiko kematian adalah kondisi awal pneumonia berat, skor CCI ≥2, komplikasi ≥2, intubasi, dan lama tunggu di IGD ≥8 jam, tren kematian rawat inap meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Risiko kematian lebih rendah ada pada subjek dengan infeksi utama organ selain paru, subjek yang mendapat perawatan intensif, terapi antikoagulan, dan terapi steroid pada pneumonia non-COVID-19 kondisi berat. Pada subjek pneumonia COVID-19, risiko kematian selama rawat inap lebih rendah jika mendapatkan antibiotik empiris, terapi antikoagulan, dan terapi antivirus. Steroid, terapi plasma konvalesens, dan terapi anti interleukin-6 menurunkan risiko kematian rawat inap pada pneumonia COVID-19 berat. Ketangguhan rumah sakit terjaga dengan adanya kebijakan zonasi, penerapan prinsip mitigasi risiko, dan modulasi layanan sesuai azas proporsionalitas, jejaring rumah sakit membantu mengurangi beban finansial melalui pemberian donasi atau hibah. Kerentanan rumah sakit antara lain kerapuhan infrastruktur, kecepatan kembali ke layanan reguler lebih lambat, rasa takut tenaga kesehatan dan triase pra-rumah sakit belum berjalan. Tidak terdapat interaksi antara variabel etiologi pneumonia dengan fase lonjakan kasus, dan tidak terdapat interaksi antara variabel etiologi pneumonia dengan lama tunggu di IGD

Berdasarkan temuan tersebut, Hadiki menyarankan pada pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar pada saat terjadi wabah atau epidemi, diperlukan kebijakan agar indikator klinis penyakit penyebab wabah dan indikator klinis penyakit non wabah dilaporkan secara proporsional. Kebijakan kecepatan peningkatan kapasitas layanan terkait wabah harus disertai dengan kebijakan pengembalian layanan reguler rumah sakit segera setelah terjadi penurunan kasus terkait wabah, dan memasukkan penilaian performa IGD sebagai bahan evaluasi ketahanan rumah sakit menghadapi berbagai bencana (multihazard). Saran kepada dinas kesehatan adalah menerapkan triase pra-rumah sakit untuk rujukan kasus wabah dan melakukan monitoring secara proporsional indikator klinis kasus terkait wabah dan non-wabah. Saran kepada rumah sakit adalah meningkatkan kapasitas tim IGD dalam mengelola pneumonia dalam hal menilai tingkat keparahan, menggunakan skor CCI, mengidentifikasi komplikasi, kolaborasi tatalaksana defenitif di IGD. Rumah sakit juga diharapkan memiliki kemampuan modulasi layanan pada saat terjadi lonjakan kasus, dan membuat pelaporan dinamis yang menggambarkan aliran pasien di rumah sakit seperti lama tunggu di IGD, dan akses ke pelayanan intensif.

Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Hadiki berhasil dinyatakan lulus sebagai Doktor dalam bidang Epidemiologi sebagai lulusan S3 Epidemiologi tahun 2024 ke-3, lulusan S3 Epidemiologi ke-107, dan lulusan S3 FKM UI ke-401. (Promovendus)