Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menggelar Sidang Promosi Doktor yang berlangsung di Ruang Promosi Doktor Gedung G FKM UI pada Sabtu, 11 Januari 2025. Sidang ini dipimpin oleh Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., selaku Ketua Sidang sekaligus anggota tim penguji. Promovendus Yanti Harjono Hadiwiardjo, mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, mempresentasikan disertasinya yang berjudul “Efektivitas dan Evaluasi Ekonomi Terapi Tawa pada Depresi Lanjut Usia di Panti Wredha Tahun 2024.” Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas terapi tawa dalam menurunkan tingkat depresi dan meningkatkan kualitas hidup lansia, sekaligus mengukur aspek ekonominya.
Lansia, yang didefinisikan sebagai individu berusia 65 tahun ke atas, terbagi menjadi dua kelompok, yaitu lansia awal (65–74 tahun) dan lansia akhir (di atas 75 tahun). Kelompok ini rentan menghadapi berbagai tantangan kesehatan akibat perubahan progresif pada struktur biologis, psikologis, dan sosial seiring proses penuaan. Penurunan kondisi anatomis dan fisiologis akibat penuaan sering kali memengaruhi kesehatan fisik, mental, serta sosial individu, sehingga meningkatkan risiko penyakit tidak menular (PTM) pada kelompok usia ini. Promovendus menyampaikan bahwa depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang sering terjadi pada lansia, terutama pada individu berusia di atas 65 tahun. “Kondisi ini tidak hanya memengaruhi fungsi kehidupan sehari-hari tetapi juga secara signifikan menurunkan kualitas hidup mereka,” tutur Yanti.
Dalam penelitiannya, Yanti Harjono Hadiwiardjo menggunakan desain crossover dan metode penelitian true experimental dengan pendekatan time series. Sebanyak 86 subjek penelitian dipilih melalui teknik proportional random sampling dan diacak untuk memastikan validitas hasil. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) dan Older People’s Quality of Life (OPQOL) yang telah dimodifikasi. Analisis data dilakukan menggunakan uji difference-in-difference (DID) serta evaluasi efektivitas biaya dari dua intervensi, yaitu terapi tawa dan terapi puzzle.
Hasil penelitian Promovendus Yanti menunjukkan bahwa terapi tawa memberikan pengaruh signifikan terhadap penurunan tingkat depresi pada awal intervensi sebelum crossover. Namun, setelah crossover, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara terapi tawa dan terapi puzzle, di mana keduanya sama-sama efektif dalam menurunkan tingkat depresi. Hal serupa terjadi pada skor OPQOL, di mana tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua intervensi, yang menunjukkan bahwa baik terapi tawa maupun terapi puzzle sama-sama mampu meningkatkan kualitas hidup lansia. Dari sisi efektivitas biaya, terapi tawa terbukti lebih unggul. “Terapi ini secara signifikan lebih efektif (65,1%) dibandingkan terapi puzzle (37,2%) dalam menurunkan tingkat depresi, dengan biaya tambahan yang relatif kecil, yaitu Rp5.640 per kasus sukses untuk setiap penurunan tingkat depresi sebesar 1%,” jelas Yanti.
Penemuan ini menunjukkan bahwa terapi tawa adalah intervensi yang lebih efektif dan efisien dalam meningkatkan kesehatan mental lansia dibandingkan terapi puzzle. Biaya yang dikeluarkan sepadan dengan manfaat yang diperoleh, menjadikan terapi tawa solusi inovatif yang dapat diimplementasikan secara luas di fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya panti wredha. Langkah-langkah utama dalam implementasi program meliputi pelaksanaan terapi tawa selama 8 minggu dengan jadwal rutin. Sesi-sesi ini akan melibatkan staf panti wredha serta terapis atau fasilitator yang telah mendapatkan pelatihan khusus mengenai terapi tawa. Pendampingan secara konsisten akan menjadi kunci dalam memastikan keberhasilan program, sekaligus memberikan dukungan emosional dan sosial bagi lansia yang mengikuti terapi.
Keberhasilan program ini tidak hanya diukur dari penurunan tingkat depresi, tetapi juga dari peningkatan kualitas hidup lansia yang tercermin melalui parameter psikososial. Melalui efektivitas dan efisiensi biaya yang telah dibuktikan melalui penelitian, terapi tawa menjadi solusi yang layak untuk diadopsi secara luas, terutama di fasilitas kesehatan yang melayani populasi lanjut usia.
Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Yanti Harjono Hadiwiardjo dinyatakan lulus dengan Yudisium Sangat Memuaskan, dan meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,84. Ia menjadi lulusan S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) tahun 2025 yang ke-6, lulusan S3 IKM ke-345, dan lulusan S3 FKM UI yang ke-450. Selama penelitian, Yanti Harjono Hadiwiardjo mendapat arahan dari Dr. Dra. Rita Damayanti, MSPH., sebagai Promotor, serta dukungan dari Ko-Promotor Dr. dr. Fidiansyah, Sp.KJ, M.P.H., dan Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, M.Sc. Sidang promosi ini dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc., sebagai Ketua Tim Penguji, dengan anggota tim penguji meliputi Prof. Dr. Ede Surya Darmawan, S.K.M., M.D.M.; Prof. Dr. Besral, S.K.M., M.Sc.; dan Dr. dr. Trihono, M.Sc. (DFD)