Doktor FKM UI Teliti Efisiensi Belanja Kesehatan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

Besarnya anggaran kesehatan belum tentu menjamin masyarakat menjadi lebih sehat. Inilah salah satu kesimpulan penting dari disertasi Kurnia Sari, mahasiswa Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), yang telah berhasil meraih gelar doktor pada 21 Juni 2025 setelah meneliti efisiensi belanja kesehatan pemerintah di 492 kabupaten/kota di Indonesia.

Berjudul “Efisiensi Belanja Kesehatan Pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia”, penelitian Kurnia Sari menggunakan analisis efisiensi teknis relatif dengan pendekatan parametrik dan non parametrik yaitu Two-stage Data Envelopment Analysis dengan bootstrapping dan Stochastic Frontier Analysis). Kurnia Sari menganalisis hubungan antara belanja pemerintah, jumlah dokter, dan akses pelayanan kesehatan terhadap capaian umur harapan hidup. Hasilnya menunjukkan skor efisiensi teknis yang bervariasi signifikan, mulai dari 0,37 hingga mendekati 1. Artinya, ada daerah yang mampu mengelola anggaran dengan sangat optimal, namun tak sedikit pula yang masih jauh dari efisien meskipun belanja kesehatannya tinggi.

Studi ini mengungkap bahwa daerah-daerah di Jawa Tengah seperti Rembang, Demak, dan Salatiga termasuk yang paling efisien. Sebaliknya, sejumlah daerah di Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara berada di posisi sebaliknya. Temuan ini tak serta-merta menyalahkan pengelolaan anggaran semata, karena banyak dari daerah tersebut menghadapi tantangan struktural seperti kemiskinan, akses terbatas, dan risiko bencana yang tinggi.

Namun yang menarik, ada pula daerah dengan kondisi geografis dan fiskal yang baik, tetapi tetap menunjukkan skor efisiensi rendah. Hal ini menandakan bahwa permasalahan bukan hanya soal keterbatasan, tapi juga soal tata kelola, perencanaan, dan manajemen belanja yang kurang optimal. Kurnia Sari menyebut daerah seperti Kota Palopo, Kotamobagu, dan Jayapura sebagai contoh wilayah yang secara teori seharusnya efisien, namun tidak demikian dalam kenyataannya.

Berangkat dari temuan ini, Kurnia merekomendasikan agar pemerintah tidak hanya fokus pada peningkatan anggaran, tetapi juga memperbaiki manajemen keuangan publik, mendorong perencanaan berbasis kinerja, serta mendistribusikan SDM kesehatan secara lebih adil. Ia juga menekankan pentingnya mempertimbangkan konteks lokal dalam evaluasi kinerja daerah agar tidak menciptakan ketimpangan baru.

Prof. Budi Hidayat, S.K.M., MMPM., Ph.D., dalam sambutannya menyatakan sering kali ada mispersepsi bahwa efisiensi dipahami sebagai penghematan anggaran. Dalam disertasinya, Dr. Sari telah menekankan bahwa efisiensi bukan sekadar dilihat dari penghematan belanja kesehatan, tetapi memaksimalkan dampak kesehatan dari setiap rupiah yang dibelanjakan.

Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Kurnia Sari berhasil dinyatakan lulus sebagai Doktor dalam Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat yang ke-350 dan merupakan lulusan S3 di FKM UI secara keseluruhan yang ke-456.

Sidang ini diketuai oleh Prof. Dr. Ede Darmawan, S.K.M., M.D.M., dengan promotor Prof. Budi Hidayat, S.K.M., MPPM., Ph.D., Kopromotor Prof. dr. Amal Chalik. Sjaaf, S.K.M., Dr.PH dan Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, M.Sc., serta tim penguji yang terdiri dari Prastuti Soewondo, S.E., M.P.H., Ph.D.; Khoirunurrofik, S.Si, IMRI., M.P.M, M.A., Ph.D.; Dr. Eko Setyo Pambudi, M.K.M., dan Pungkas Bahjuri Ali, S.TP, MS, Ph.D. (promovendus/wrk)