“Mayoritas kandidiasis invasif pada pasien sakit kritis berkembang setelah masuk ke unit perawatan intensif. Penyebab paling umum dari penyakit jamur invasif adalah candida yang merupakan organisme komensal dalam tubuh manusia tetapi dapat berubah menjadi patogen,” tutur Rudyanto Sedono dalam paparan disertasinya yang berjudul “Faktor Risiko dan Pengembangan Sistem Skoring untuk Diagnosis dan Efektivitas Biaya Penanganan Pasien Kandidiasis Invasif” pada sidang terbuka promosi doktor Epidemiologi Rabu, 5 Juli 2023.
Lebih lanjut, Rudyanto menyebutkan bahwa infeksi candida diawali dengan peningkatan kolonisasi, perubahan bentuk dan produksi enzim yang merusak mukosa inang sehingga candida dapat masuk ke jaringan tubuh atau pembuluh darah. Penelitian yang dilakukan Rudyanto adalah studi observasional prospektif pasien sakit kritis yang dirawat di ruang intensif. Pengambilan sampel berupa darah, swab ketiak dan swab dubur diambil pada hari pertama, kelima, dan kesembilan. Sementara data rekam medis dan biaya medis langsung dikumpulkan dari hari pertama penelitian hingga akhir penelitian.
Sebanyak 142 subjek direkrut dan 115 subjek dianalisis dalam penelitian ini. Analisis multivariat mengidentifikasi usia > 60 tahun, nutrisi parenteral ≥7 har, CVC ≥ 10 hari, kortikosteroid, PCT hari ke-5, perubahan morfologi axilla dan swab rektal, dan perubahan morfologi serta peningkatan koloni candida swab rektal hari ke-9 sebagai faktor risiko independen kandidiasis invasif. Faktor risiko kemudian dapat digunakan sebagai determinan sistem skoring berdasarkan RS tipe A dengan atau tanpa pemeriksaan mikologi dan RS tipe C. Pemberian obat antijamur disebutkan lebih cost effective dibandingkan dengan tidak diberikan obat antijamur.
“Sistem skoring dari faktor risiko dapat memprediksi kejadian kandidiasis invasif yang dapat dicegah (atau diturunkan risikonya) dengan antijamur secara efektif dan cost effective,” terang Rudyanto memaparkan hasil penelitiannya. Penelitian ini memberikan data dasar untuk epidemiologi dan perkiraan waktu terjadinya perubahan candida albicans komensal menjadi patogen. Luaran dari penelitian ini adalah modeling prediksi terjadinya kandidiasis invasif yang dapat dipergunakan oleh dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan dengan keterbatasan pemeriksaan laboratorium untuk candida. Pemodelan tersebut juga diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kewaspadaan dini terjadinya kandidiasis invasif. Kewaspadaan dini dapat menjadi pertimbangan penatalaksanaan secara dini dan tepat sehingga dapat menurunkan angka mortalitas, morbiditas dan biaya perawatan.
Pada sidang terbuka promosi doktor yang dilaksanakan di Ruang Promosi Doktor FKM UI ini, bertindak sebagai Ketua Sidang adalah Prof. dr. Amal Chalik Sjaaf, S.K.M., Dr.PH.; Promotor, Prof. dr. Asri C. Adisasmita, M.P.H., M.Phil., Ph.D.; Ko-Promotor, Prof. Dr. dr. Made Wiryana, Sp.An-TI., Subsp.T.I. (K)., Subsp.An.O.(K)., dan Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita, M.P.H.; serta tim penguji yang terdiri dari Prof. Dr. dr. Retno Wahyuningsih, M.S., SpParK.; dr. Bachti Alisjahbana, Sp.PD., K-PTI., Ph.D.; dr. Anis Karuniawati, Ph.D., Sp.MK(K).; Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, M.Sc., dan dr. Syahrizal Syarif, M.P.H., Ph.D.
Berdasarkan hasil sidang tersebut, Rudyanto Sedono yang merupakan dosen di Departemen Anestesi dan Terapi Intensif FK UI ini berhasil dinyatakan sebagai Doktor dalam bidang Epidemiologi dan menjadi lulusan S3 Epidemiologi ke-102 dan lulusan S3 FKM UI ke-367.