Doktor FKM UI Teliti: Kadar Timbal Darah dan Hubungannya dengan Intelligence Quotient pada Anak Usia 2 – 9 Tahun

Selasa, 4 Januari 2022, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menggelar sidang Promosi Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) atas nama Rismarini secara virtual. Pada kesempatan tersebut, Prof. Dr. R. Budi Haryanto, S.K.M., M.Kes., M.Sc. bertindak sebagai Promotor, Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita, M.P.H. dan Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp. A. (K) sebagai Ko-promotor. Sidang promosi doktor ini dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita, M.P.H., dengan tim penguji yang diketuai oleh Dr. drg. Ririn Arminsih, M.Kes., dengan anggota tim penguji terdiri dari Prof. Ir. Puji Lestari, Ph.D.; Prof. Dr. Muhayatun, M.T.; dan Dr. Laila Fitria, S.K.M., M.K.M. Promovendus mempertahankan disertasi yang berjudul “Kadar Timbal Darah dan Hubungannya dengan Intelligence Quotient pada Anak Usia 2 – 9 Tahun di Kawasan Penambangan Timah Kabupaten Bangka Barat”.

Promovendus memaparkan masalah lingkungan dimana kadar timbal di dalam air laut di sekitar kawasan penambangan, baik tambang darat maupun lepas pantai, melebihi baku mutu lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah. Sementara itu, berdasarkan data e-PPGBM (Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat) yang dikeluarkan Pemerintah Kabupaten Bangka Barat per April 2019, masih terdapat 25 desa tercatat memiliki kasus stunting tinggi (di atas 20%), yaitu Ibul, Peradong, Simpang Tiga, Tugang Belo Laut, Air Belo, Simpang Gong, Pelangas, Air Nyatoh, Kundi, Air Menduyung, Kayu Arang, Sinar Sari, Kelapa, Air Bulin, Dendang, Pangkal Beras, Tumbak Petar, Limbung, Rukam, Ranggi Asam, Mislak, Air Kuang, Pebuar dan Tanjung Niur. Sebagaimana dikemukakan dalam banyak studi, bahwa paparan timbal dan stunting berhubungan dengan IQ rendah pada anak.

Pada studinya, promovendus menemukan proporsi anak usia 2 – 9 tahun di Kabupaten Bangka Barat yang memiliki kadar timbal darah di atas referensi (> 5 µg/dL) relatif tinggi, yaitu 57,9%, begitu pula dengan proporsi anak dengan IQ rendah yang juga tinggi, yaitu 56,3%. Selain berhubungan dengan kadar timbal darah, IQ rendah pada anak juga berhubungan dengan kadar hemoglobin, lingkar kepala, tingkat pendidikan ibu dan stimulasi yang diberikan.

Temuan utama promovendus yang menjadi kebaruan penelitian yaitu adanya perbedaan nilai batas (cut-point) dari nilai referensi kadar timbal untuk membedakan anak usia 2 – 9 tahun di kawasan penambangan timah Kabupaten Bangka Barat yang mengalami IQ rendah dan IQ normal. Pada cut-point 5,5 µg/dL, kadar timbal darah menunjukkan nilai sensitifitas dan spesifisitas yang paling optimal dalam memprediksi IQ anak, yaitu masing-masing sebesar 62,6% dan 75,9%. Berdasarkan data pada populasi studi, anak usia 2 – 9 tahun di kawasan penambangan timah dengan kadar timbal darah > 5,5 µg/dL memiliki risiko IQ rendah sebesar 1.6 kali dibandingkan yang memiliki kadar timbal darah < 5,5 µg/dL setelah dikontrol oleh variabel kadar hemoglobin, lingkar kepala, pendidikan ibu dan stimulasi. Hubungan ini bermakna secara statistik. Untuk anak di lokasi studi, jika terkonfirmasi kadar timbal darah > 5,5 µg/dL, mengalami anemia sedang, microcephaly, memiliki ibu berpendidikan rendah dan kurang stimulasi, maka probabilitasnya untuk memiliki IQ rendah adalah sebesar 83,7%.

Pada akhir sidang, dewan penguji memutuskan bahwa Rismarini yang berprofesi sebagai Fungsional Sanitarian Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Kelas I Palembang dinyatakan lulus dan memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rismarini menjadi lulusan S-3 Ilmu Kesehatan Masyarakat ke-256 dan lulusan FKM UI ke-330 dengan predikat sangat memuaskan.