Doktor FKM UI Teliti: Keterkaitan Program Prolanis dan Posbindu PTM terhadap hipertensi terkontrol di Provinsi Jambi

Senin, 26 Juli 2021, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) menyelanggarakan sidang promosi doktor atas nama Hendriyanto. Sidang dipimpin oleh Pj. Dekan FKM UI, Prof. Dr. dr. Sabarinah, M.Sc., dengan promotor Prof. dr. Meiwita Budiharsana, MPA., Ph.D. dan ko-promotor Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, M.S. Beserta tim penguji yang diketuai oleh Dr. Pujiyanto, SKM, M.Kes., dan anggota yang terdiri dari Prof. Dr. dr. Julianty Pradono, MS., Sp.OK; Dr. dr.Trihono, M.Sc.; Dr. dra. Rita Damayanti, MSPH; Dr. dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS serta Dr. Besral, S.KM., M.Sc. Promovendus mempertahankan disertasi yang berjudul “Keterkaitan Program Prolanis dan Posbindu PTM terhadap hipertensi terkontrol di Provinsi Jambi”.

Program pengendalian penyakit kronis (Prolanis) dan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) penyakit tidak menular (PTM) merupakan dua program yang berupaya untuk mengendalikan hipertensi di kalangan masyarakat Indonesia. Dalam implementasinya kedua program ini terlihat tidak saling terkoordinasi antara satu dan lainnya, baik BPJS Kesehatan dan Kementerian Kesehatan RI.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Hendriyanto ini bertujuan untuk melihat keterkaitan prolanis dan Posbindu PTM terhadap hipertensi terkontrol di Provinsi Jambi. Hasil penelitian memperlihatkan proporsi hipertensi terkontrol pada kedua kelompok ini masih tergolong rendah yaitu 18% pada prolanis dan 10 % pada kelompok posbindu PTM, sedangkan kontrol hanya 9%. Kondisi tersebut dimungkinkan berkontribusi terhadap turunnya kinerja program PTM menurut Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM). Dari hasil analisis multilevel yang dilakukan peneliti terbukti bahwa level individu lebih dominan mempengaruhi tekanan darah yang terkontrol dibandingkan level kelompok. Keunggulan prolanis terlihat pada variabel yang bersifat individu, artinya individu yang ada di kelompok prolanis lebih efektif dibandingkan posbindu PTM. Sedangkan posbindu PTM memiliki pengaruh lebih besar secara statistik pada level kelompok dibandingkan prolanis. Kondisi ini memberi peluang besar untuk melakukan integrasi program prolanis dan posbindu PTM agar lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil analisis data, maka peneliti memberikan beberapa saran kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan terkontrolnya tekanan darah pasien. Pihak-pihak tersebut adalah pengelola posbindu PTM dan prolanis puskesmas, dinas kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dan BPJS Kesehatan.

Pengelola posbindu PTM dan prolanis puskesmas sebagai pengelola program dapat memberikan edukasi dan penyuluhan kepada peserta kelompok yang berisikan informasi antara lain tentang deteksi dini (Early Detection), perilaku dan gaya hidup yang sehat, model pengobatan dan atau tempat layanan kesehatan.

Sementara Dinas Kesehatan antara lain perlu memaksimalkan outreach kunjungan pada sasaran posbindu PTM yang masih sulit dijangkau terutama golongan masyarakat miskin/tidak mampu. Kementerian Kesehatan sebagai pihak pembuat kebijakan sebaiknya mengintegrasikan kebijakan Posbindu PTM dengan prolanis dengan mengedepankan kelebihan masing – masing program dan meminimalisir efek kelemahan program. Sedangkan BPJS Kesehatan perlu mengintegrasikan sistem P-Care dengan data dan infromasi yang ada di Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat sehingga upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.

Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Hendriyanto berhasil dinyatakan lulus dan menjadi Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Hendriyanto adalah lulusan S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI yang ke-241 dan lulusan S3 di FKM UI yang ke-311.