Doktor FKM UI Teliti Metode Skoring UTAMI sebagai Prediksi Acute Respiratory Distress Syndrome ICU Berbasis Foto Toraks dan Faktor Risiko Pasien Pneumonia COVID-19

Salah satu komplikasi serius yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi pada saat pandemi COVID-19 adalah terjadinya Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), yang bahkan pernah mencapai tingkat fatalitas sebesar 50-60% pada pasien yang dirawat. Pasien yang mengalami progresivitas pneumonia dengan perburukan dan gangguan pernafasan berat memerlukan perawatan intensif dan ventilator, dan menyebabkan terjadinya krisis kapasitas ruang ICU serta keterbatasan fasilitas ventilator di seluruh dunia (WHO, 2022; Irwandy, 2020). Pada kondisi itu dirasakan pentingnya diagnosis dini resiko ARDS yang membutuhkan penanganan ICU sehingga dapat dilakukan intervensi lebih cepat. Krisis ruang ICU dan ventilator juga terjadi di Indonesia, khususnya pada puncak gelombang kedua kasus COVID-19 di tahun 2021.

Para ahli memperkirakan perluasan pneumonia pada COVID-19 berhubungan dengan perburukan klinis dan status ARDS. Upaya untuk mendeteksi dini dan memprediksi perburukan pneumonia menggunakan skoring foto toraks dipelopori oleh Borghesi dengan Brixia Score. Sedangkan Utami Purbasari, melakukan penelitian yang bertujuan menggunakan skoring foto toraks untuk memprediksi resiko ARDS yang membutuhkan penanganan ICU berdasarkan kriteria Berlin pada ARDS. Penelitian ini ia tuangkan dalam disertasi berjudul “Metode Skoring UTAMI sebagai Prediksi ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) ICU Berbasis Foto Toraks dan Faktor Risiko Pasien Pneumonia COVID-19: Studi Komparasi Terhadap Kriteria Berlin” yang dipertahankan dalam sidang terbuka promosi doktor Epidemiologi pada Selasa, 16 Januari 2023.

Pada penggunaan Metode UTAMI (Universal Thorax ARDS Measurement Index) ditemukan bahwa metode skoring UTAMI dapat menjadi alat diagnostik untuk memprediksi kondisi ARDS yang membutuhkan perawatan ICU dan memiliki sensitifitas sebesar 84%, dan nilai Area Under the Curve (AUC) 0,825, menggantikan pemeriksaan PaO2FiO2 yang berdasarkan analisa gas darah.

Selain itu, penelitian ini juga menemukan model skoring yang dapat memprediksi resiko tinggi terjadinya ARDS yang membutuhkan ICU berdasarkan faktor-faktor prediktor komorbid CAD, Saturasi Oksigen dan nilai C-Reactive Protein (CRP).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode UTAMI dapat digunakan untuk memprediksi tingkat ARDS pada pasien dengan nilai AUC O,796. Sedangkan model dengan nilai AUC terbaik adalah 0,8125 menggunakan nilai PaO2FiO2 kriteria Berlin dengan faktor prediktornya adalah kadar neutrofil, CRP, D-dimer, saturasi, dan respiratory rate. Apabila kedua model dibandingkan, didapatkan faktor prediktor CRP, dan saturasi oksigen merupakan faktor penting yang ada di kedua model. “Model final prediktor ARDS dengan metode skoring UTAMI dapat menjadi alternatif untuk mendiagnosis dan memprediksi ARDS ICU terutama di RS dengan keterbatasan sarana dan prasarana karena lebih mudah dan efisien. Selain itu hasil uji pada aplikasi model skoring kedua metode menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang tidak terlalu berbeda,” terang Utami.

Penelitian ini memberikan kontribusi penting dalam pengembangan strategi manajemen tatalaksana dan mendiagnosis cepat ARDS. Selain itu sangat penting terutama dalam menghadapi kondisi keterbatasan sumber daya kesehatan selama pandemi.

Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Utami Purbasari berhasil dinyatakan lulus sebagai Doktor dalam bidang ilmu Epidemiologi. Utami adalah lulusan S3 Epidemiologi tahun 2024 yang ke-2, lulusan S3 Epidemiologi yang ke-106 dan lulusan S3 IKM yang ke-397.

Sidang terbuka promosi doktor ini dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita, M.P.H., sebagai Ketua Sidang, dengan Prof. drg. Nurhayati Adnan Prihartono, M.P.H., M.Sc., Sc.D., sebagai Promotor dan dr. Budhi Antariksa, Ph.D., Spesialis Pulmonology Konsultan Asma PPOK serta Dr. dr. Helda, M.Kes., sebagai Ko-Promotor. Tim penguji terdiri dari Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo, S.K.M., M.Sc.; Dr. dr. Yohanes Wolter Hendrik George, Spesialis Anestesi Konsultan ICU, Dr. dr. Rusli Mulyadi, SpRad(K) Thorax; serta Dr. dr. Rahmad Mulyadi, SpRad(K) Intervensi.