Pada Selasa, 19 Januari 2021, Program Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menyelengarakan sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Duta Liana, dr, MARS, FISQua yang dilaksanakan secara virtual. Promotor pada sidang terbuka ini adalah Prof. dra. Fatma Lestari, M.Si., Ph.D., dengan dua kopromotor yaitu Dr. dr. Sutoto, M.Kes, FISQua dan Dr. Robiana Modjo, SKM, M.Kes. Adapun tim penguji diketuai oleh Prof. Dr. dr. Anhari Achadi, SKM, Sc.D dengan empat orang anggota adalah dr. Adang Bachtiar, MPH, D.Sc; Dr. Besral, SKM, M.Sc; Doni Hikmat Ramdhan, SKM, M.K.K.K, Ph.D dan Dr. dra. Emma Rachmawati, M.Kes.
Disertasi Duta Liana yang diangkat dalam sidang terbuka ini berjudul “Model DUTA-RS (Dewasakan Upaya Tatanan Akreditasi Rumah Sakit) untuk kematangan Budaya Keselamatan”. Tujuan disertasi untuk menunjukkan suatu pembaharuan (novelty) berupa instrumen yaitu:
- Instrumen DUTA-RS untuk mengukur kematangan budaya keselamatan rumah sakit yang lebih komprehensif meliputi mutu rumah sakit, keselamatan pasien, keselamatan dan kesehatan pekerja dengan 5 (lima) tingkat kematangan budaya keselamatan yaitu patologi, reaktif, birokratif, proaktif dan generatif.
- Website DUTA-RS sebagai bentuk digitalisasi dari instrumen DUTA-RS, berisi 1118 elemen penilaian dari SNARS (Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit) edisi 1 yang telah dikelompokkan menjadi 4 (empat) variabel dengan 15 indikator yaitu iklim keselamatan (6 indikator), situasional/sistem manajemen keselamatan (3 indikator), perilaku keselamatan (3 indikator), kematangan budaya keselamatan (3 indikator) dapat dimanfaatkan oleh RS umtuk melakukan self assessment dalam mengukur kematangan budaya keselamatan rumah sakit dan melakukan perbaikan menuju tingkat kematangan yang lebih baik dengan melihat saran perbaikan yang ada pada dashboard web
Penelitian Kematangan budaya keselamatan jarang dilakukan pada layanan kesehatan dan hanya berfokus pada pasien dengan menggunakan instrumen MaPSaF (Mancheser Patient Safety Framework). Sehingga penelitian yang dilakukan dokter Duta ini lebih bersifat komprehensif yaitu tidak hanya berfokus pada keselamatan pasien saja tetapi juga meliputi mutu RS, keselamatan dan kesehatan pekerja. Dengan menggunakan instrumen DUTA-RS ini menjadi peluang untuk perkembangan ilmu pengetahuan yang manfaatnya akan dirasakan tidak hanya oleh rumah sakit namun juga pasien, keluarga pasien, pengunjung rumah sakit, masyarakat, Komisi Akreditasi Rumah Sakit bahkan pemerintah.
Desain penelitian ini menggunakan model cross-sectional, menggunakan data sekunder akreditasi dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) periode 2018-2019 sebanyak 708 RS dan data primer dari tiga RS kelas A, B, C sebagai post hoc evaluation untuk validasi hasil data sekunder berupa kuesioner, focus Group Discussion (FGD) dan wawancara mendalam (WM). Analisis data menggunakan metode univariat dan multivariat.
Hasil penelitian antara lain menunjukkan adanya kematangan budaya keselamatan terbanyak berada pada tingkat proaktif (57,6%), rumah sakit dengan kelulusan akreditasi “paripurna” menunjukkan tingkat kematangan budaya keselamatan berada pada tingkat proaktif (50,8%) dan generatif (48,7%), variabel yang berpengaruh pada kematangan budaya keselamatan adalah situasional, sedangkan indikator terkuat adalah kepemimpinan, manajemen risiko, dan kepatuhan. Website DUTA-RS sebagai bentuk digialisasi dari instrumen DUTA-RS pada era digitalisasi 4.0 bersifat efektif, efisien, memiliki utilitas yang cepat, dapat digunakan berulang, aman, menjaga kerahasiaan, mudah dipelajari, dan mudah untuk diingat. Manual book berupa video cara penggunaanya juga telah disiapkan saat mengunduh website DUTA-RS. Website DUTA-RS memunculkan dashboard yang bermanfaat bagi rumah sakit meliputi tingkat kematangan budaya keselamatan, nilai rata-rata indikator, indikator terlemah setiap variabel, dan saran perbaikan. Hasil pengukuran tersebut dapat diunduh berbentuk Microsoft excel untuk ditindaklanjuti sebagai upaya perbaikan.
Manfaat dari pembaharuan berupa instrumen DUTA-RS dilaksanakan melalui kolaborasi dengan 5 (lima) stakeholder sesuai model Penta Helix dengan kegiatan yaitu :
- Kegiatan publikasi ilmiah dan melakukan penelitian selanjutnya untuk pengembangan Model DUTA-RS melalui pendekatan website DUTA-RS karena peran akademisi sebagai konseptor dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
- Kolaborasi dengan sektor swasta yang bersifat enabler (mendukung) seperti KARS dalam hal pengembangan teknologi informasi seperti bridging website DUTA-RS dengan sistem informasi KARS (SIKARS) yang berguna untuk mekanisme benchmarking antar rumah sakit yang berskala nasional dan pemutakhiran instrument/website DUTA- RS serta kebutuhan dalam survei akreditasi rumah sakit.
- Kolaborasi dengan komunitas yang mewadahi rumah sakit seperti PERSI, IRSJAM, ARSSI, ARSADA yang berperan sebagai akselerator untuk pemanfaatan website DUTA-RS di seluruh rumah sakit dan memberi masukan untuk pemutakhiran website DUTA-RS.
- Advokasi kepada Pemerintah Pusat dan Daerah agar melakukan:
- Peran Pemerintah sebagai regulator untuk melaklukan pemutakhiran regulasi terkait mutu RS dan keselamatan baik keselamatan pasien , keselamatan dan kesehatan pekerja misal melakukan Policy Evaluation terhadap PMK No.66/2016 tentang keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) untuk menyesuaikan atau mengantisipasi perkembangan kondisi rumah sakit saat ini dan kedepan agar implementasi K3RS lebih optimaldilaksanakan oleh RS, misal dalam menghadapi kondisi pandemi COVID-19.
- Peran Pemerintah sebagai kontroler dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan akreditasi yang perlu dilakun berkesinambungan untuk menjaga mutui dan keselamatanbaik keselamatan pasien dan pekerja RS khususnya tenaga Kesehatan. Mendukung RS agar lulus akreditasi tingkat paripurna karena ada hubungan asosiasi antara tingkat kelulusan akreditasi dengan kematangan budaya keselamatan rumah sakit.
- Kolaborasi dengan media massa yang berfungsi sebagai expander dalam mensosialisasikan pentingnya sistem pelayanan rumah sakit yang bermutu baik dan aman dan bagaimana masyarakat dapat berperan dalam “speak up” sebagai bentuk partisipasi dalam menunjang terwujudnya sistem pelayanan yang bermutu baik dan aman tersebut sehingga citra RS akan lebih baik lagi.
Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Duta Liana berhasil dinyatakan lulus dalam waktu 5 semester dan mendapatkan gelar Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan predikat cumlaude. Duta Liana adalah lulusan S3 IKM ke-235 dan S3 di FKM UI yang ke-305.