Depok, 28 Oktober 2025 – Program Studi S3 Epidemiologi Peminatan Epidemiologi Klinik, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), menyelenggarakan sidang terbuka Promosi Doktor Epidemiologi dengan promovendus Yogi Puji Rachmawan. Sidang ini dipimpin oleh Prof dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., dengan Promotor Prof. drg. Nurhayati A. Prihartono, M.P.H., M.Sc., Sc.D., serta Ko-promotor Prof. Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, SpJP(K) dan Dr. dr. Helda, M.Kes. Bertindak sebagai penguji antara lain Prof. Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc.; Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita, M.P.H.; Dr. dr. Habibie Arifianto, SpJP(K), M.Kes., serta dr. Anggoro Budi H., M.Sc., Sp.PD., Ph.D., Sp.JP. Dalam sidang terbuka yang dilakukan secara hybrid di Ruang Promosi Dokor FKM UI, Yogi berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: “Model Prediksi Gagal Jantung pada Usia Muda: Studi Kohort Retrospektif pada 4 Rumah Sakit di Indonesia.”
Yogi membuka paparan disertasinya dengan menyampaikan latar belakang penelitian. Gagal jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, dengan lebih dari 64 juta penderita secara global. Di Indonesia, prevalensi gagal jantung mencapai 5% dan seringkali menyerang pada usia yang lebih muda dibandingkan di negara Eropa dan Amerika. Kondisi ini menyebabkan penurunan kualitas hidup, peningkatan risiko kematian, rehospitalisasi berulang, dan beban biaya kesehatan yang tinggi. “Gagal jantung pada usia muda adalah masalah serius yang selama ini luput dari perhatian. Padahal, faktor risikonya mulai terbentuk sejak usia produktif. Kita perlu pendekatan prediktif agar klinisi dapat bertindak lebih awal,” jelas Yogi saat memaparkan ringkasan disertasinya.
Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif terhadap pasien berusia 18–54 tahun yang berobat di empat rumah sakit rujukan kardiovaskular di Indonesia, yaitu: RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta, RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, RS Universitas Sebelas Maret Solo, dan RSUP H. Adam Malik Medan. Sebanyak 321 pasien tanpa riwayat gagal jantung pada awal penelitian diikuti secara longitudinal sejak 2021 hingga 2024. Analisis dilakukan menggunakan Generalized Linear Model (GLM) Poisson untuk mengidentifikasi faktor risiko signifikan dan menyusun model prediksi serta sistem skor risiko gagal jantung pada usia muda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam 4 tahun pengamatan, sekitar 28,7% pasien mengalami gagal jantung dengan probabilitas survival menurun dari 0,988 menjadi 0,713. Angka insidens tercatat sebesar 9,58 kejadian per 100 orang-tahun. Analisis multivariat mengidentifikasi tiga faktor risiko utama yang berperan signifikan terhadap terjadinya gagal jantung usia muda yaitu: obesitas – meningkatkan risiko 1,87 kali, dislipidemia – meningkatkan risiko 2,58 kali, dan diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) – meningkatkan risiko 2,79 kali terjadinya gagal jantung pada usia muda.
 Berdasarkan temuan tersebut, Yogi menyusun sistem skor IDD (IMT–Dislipidemia–DMT2) sebagai alat prediksi risiko gagal jantung yang mudah, praktis, dan memiliki kemampuan diskriminatif baik (AUC = 0,827). Skor total berkisar antara 0 hingga 13, dengan probabilitas gagal jantung mulai dari 10,3% (skor 0) hingga 76,8% (skor 13). Cut-off skor ≥5 menunjukkan sensitivitas 85,9% dan spesifisitas 75,1% dalam memprediksi gagal jantung di usia muda. Sebagai rekomendasi hasil disertasi ini, Yogi merekomendasikan validasi eksternal skor IDD di populasi yang lebih luas, integrasi biomarker dan pemeriksaan pencitraan untuk meningkatkan akurasi, serta pengembangan aplikasi digital kalkulator risiko yang dapat digunakan oleh dokter umum maupun pasien dalam praktek sehari-hari.
Berdasarkan temuan tersebut, Yogi menyusun sistem skor IDD (IMT–Dislipidemia–DMT2) sebagai alat prediksi risiko gagal jantung yang mudah, praktis, dan memiliki kemampuan diskriminatif baik (AUC = 0,827). Skor total berkisar antara 0 hingga 13, dengan probabilitas gagal jantung mulai dari 10,3% (skor 0) hingga 76,8% (skor 13). Cut-off skor ≥5 menunjukkan sensitivitas 85,9% dan spesifisitas 75,1% dalam memprediksi gagal jantung di usia muda. Sebagai rekomendasi hasil disertasi ini, Yogi merekomendasikan validasi eksternal skor IDD di populasi yang lebih luas, integrasi biomarker dan pemeriksaan pencitraan untuk meningkatkan akurasi, serta pengembangan aplikasi digital kalkulator risiko yang dapat digunakan oleh dokter umum maupun pasien dalam praktek sehari-hari.
“Temuan ini menegaskan bahwa faktor metabolik seperti obesitas, dislipidemia, dan diabetes merupakan faktor risiko penting gagal jantung pada usia muda. Dengan sistem skor IDD, kita bisa melakukan skrining dini di layanan primer hanya dengan pengukuran IMT, pemeriksaan profil lipid, dan status diabetes,” ujar Yogi. Model prediksi ini juga dapat menjadi dasar bagi dokter dan tenaga kesehatan untuk melakukan intervensi preventif lebih awal, program nasional PTM (Penyakit Tidak Menular) dalam menjaring populasi berisiko tinggi, serta bagi peneliti dan pembuat kebijakan untuk mengembangkan strategi deteksi dini dan pencegahan gagal jantung berbasis populasi.
Berdasarkan hasil disertasinya, Yogi Puji Rachmawan berhasil dinyatakan lulus sebagai Doktor dalam bidang Ilmu Epidemiologi dengan yudisium cum laude. Yogi adalah lulusan S3 Epidemilogi yang ke-133 dan lulusan S3 di FKM UI yang ke-479. (promovendus)


