Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menggelar sidang terbuka Promosi Doktor dengan promovendus Erika Yulita Ichwan pada Kamis, 4 Juli 2024. Pada sidang tersebut, Erika berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Model Struktural Perilaku Seksual Berisiko dengan Pendekatan Developmental Assets pada Remaja di DKI Jakarta”. Sidang yang diketuai oleh Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, M.Sc., ini diadakan di Ruang Promosi Doktor, Gedung G FKM UI. Sidang dihadiri Dr. Dian Ayubi, S.K.M., M.QIH., selaku Promotor serta Dr. dra. Rita Damayanti, MSPH., selaku Kopromotor.
Erika memaparkan bahwa remaja merupakan aset bagi pembangunan bangsa. Perubahan fisik dan biologis, termasuk berkembangnya ciri-ciri seksual sekunder dan perubahan hormonal pada organ-organ seksual, menyebabkan ketidaksiapan remaja dalam menghadapi dampak perilaku seksual yang mereka lakukan. Hal ini memengaruhi kualitas kehidupan remaja selanjutnya. Untuk mengatasi permasalahan sosial akibat perilaku seksual pada remaja, diperlukan faktor protektif untuk mengontrol dan mencegah perilaku seksual melalui developmental assets yang dimiliki remaja. Penelitian disertasi Erika bertujuan untuk mengembangkan model pencegahan perilaku seksual remaja dengan pendekatan developmental assets pada remaja di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Promovendus melakukan pengumpulan data pada 1048 remaja SMA usia 17-19 di DKI Jakarta secara purposive sampling, menggunakan Developmental Asset Profile (DAP) Questionnaire yang telah diadaptasi.
Penelitian disertasi tersebut menemukan masih terdapat sebanyak 4,2% remaja dengan perilaku seksual pranikah berisiko. Dari tujuh komponen yang mendukung aset perkembangan remaja di DKI Jakarta 3 aset yaitu dukungan dan harapan dari keluarga; penggunaan waktu yang konstruktif dalam komunitas; dan batasan serta harapan di sekolah merupakan aset eksternal. Sementara 4 aset lainya yait, kompetensi sosial; nilai-nilai positif; identitas pribadi; dan komitmen terhadap pembelajaran merupakan aset internal. Variabel yang berhubungan langsung dengan perilaku seksual adalah self-efficacy, dukungan dan harapan keluarga, serta identitas pribadi dengan nilai SRMR estimated model 0,073 (perfect fit). Model struktural yang didapatkan tidak menunjukkan bahwa developmental assets memiliki pengaruh besar sebagai faktor protektif terhadap perilaku seksual remaja secara keseluruhan. Namun, aset eksternal seperti dukungan keluarga dan lingkungan berpengaruh signifikan terhadap aset internal, hal ini menunjukkan bahwa kepribadian remaja banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal yang dapat melindungi mereka dari perilaku seksual berisiko secara tidak langsung.
Oleh karena itu, implementasi program pendidikan seksual diperlukan dengan memperkuat kolaborasi antar lembaga; dan penguatan aset eksternal maupun internal untuk mendukung perkembangan remaja yang sehat dengan pendekatan yang mengintegrasikan dukungan keluarga, lingkungan sekolah, dan kegiatan komunitas. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk memahami lebih dalam jalur tidak langsung ini dan mengembangkan intervensi yang efektif. Promovendus juga merekomendasikan untuk pemerintah, spesifik kepada Direktorat Bina Ketahanan Remaja, BKKBN, untuk senantiasa mengupayakan pendidikan seksual yang komprehensif dan mengimplementasikan program pendidikan seksual di sekolah yang mencakup risiko kehamilan, penyakit menular seksual, dan keterampilan menolak permintaan seksual, serta penggunaan modul Adolescent Reproductive Health yang dimiliki BKKBN. Rekomendasi untuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah melakukan monitoring dan evaluasi serta pelatihan tahunan untuk guru tentang pendidikan seksual komprehensif. Pemerintah daerah DKI Jakarta, dalam hal ini, dapat memperkuat program remaja berbasis komunitas, yang mencakup klub remaja, kegiatan sukarela, dan proyek pengembangan remaja di komunitas.
Melalui hasil diskusi Ketua Sidang, Promotor, Kopromotor, serta Tim Penguji yang terdiri dari Dr. Martya Rahmaniati Makful, S.Si., M.Si.; Dr. Lucia Retno Mursitolaksmi, M.Si., M.Sp.Ed.; Prof. Irwanto, Ph.D.; Dr. Maria Gayatri, S.Si, MAPS.; dan Dr. Indra Supradewi, S.K.M., M.K.M., diputuskan bahwa Erika Yulita Ichwan lulus sebagai Doktor bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dan meraih predikat Sangat Memuaskan dengan IPK 3,89. Erika, sosok intelektual yang lahir di Bengkulu dan berprofesi sebagai Wakil Direktur II Bidang Keuangan, Kepegawaian, dan Umum di Poltekkes Kemenkes Jakarta III ini mendapat dukungan penuh dari orang tua, suami, serta ketiga anaknya dalam menyelesaikan studi doktoralnya di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. (DFD)