Pada Senin, 26 Juli 2021 Program Studi S3 Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) melaksanakan sidang terbuka Promosi Doktor Epidemiologi dengan promovendus Andree Kurniawan secara metode daring. Sidang ini dilakukan dalam rangka memperoleh gelar Doktor Epidemiologi dengan judul disertasi yaitu “Pengaruh Sarkopenia terhadap Toksisitas Kemoterapi dan Kualitas Hidup pada Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi”. Sidang ini dipimpin oleh Prof. drg. Nurhayati A.P., MPH, M.Sc. Sc.D dengan Promotor Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita Hatma, MPH dan Ko-promotor Prof. dr. Asri C. Adisasmita, MPH, M.Phill, Ph.D., dan Dr. dr. Sonar Soni Panigoro, SpB(K)Onk., M.Epid, MARS. Bertindak sebagai penguji dalam sidang terbuka promosi doktor ini antara lain Dr. dr. Noorwati Sutandyo, Sp.PD-KHOM; Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, M.Sc. MS, Sp.GK; Dr. dr. Tirza Z. Tamin, Sp.KFR(K); Dr. dr. Rachmat Sumantri, Sp.PD-KHOM, dan dr. Dwi Savitri Rivami, M.Sc., Ph.D.
Dari hasil disertasinya, Andree Kurniawan melaporkan peran sarkopenia pada kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Sarkopenia adalah sindroma yang terdiri dari penurunan massa otot dan kekuatan otot atau berkurangnya performa fisik. Sarkopenia yang umumnya merupakan sindroma pada pasien usia lanjut yang terjadi bersamaan dengan proses menua, dapat juga secara sekunder terjadi pada pasien kanker, khususnya yang diteliti pada disertasi ini adalah pasien kanker payudara yang merupakan kanker payudara terbanyak pada perempuan. Adanya sarkopenia pada pasien kanker payudara masih kurang disadari oleh dokter ahli onkologi. Pada saat sebelum menjalani kemoterapi, sebanyak 42 dari 128 subjek pasien kanker payudara telah mengalami penurunan massa otot dan kekuatan otot, berdasarkan pemeriksaan dengan menggunakan bio-impedans analysis (BIA) untuk massa otot dan dinamometer ”JAMAR” untuk kekuatan otot. Pasien kanker payudara stadium awal yang umumnya dengan status nutrisi baik atau gemuk, juga dilaporkan telah terdapat sarkopenia pada 17 dari 42 subyek sarkopenia. Penurunan massa otot tersebut akan memberikan risiko toksisitas kemoterapi gastrointestinal (mual, muntah, diare, konstipasi) dan hematologi (anemia, leukopenia dan trombositopenia), seiring dengan pemberian kemoterapi 3 siklus pertama.
Toksisitas kemoterapi yang terjadi pada subjek sarkopenia dibuktikan berhubungan dengan penurunan skor kualitas hidup pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Hal ini akan berdampak pada gangguan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Domain kualitas hidup, seperti hilangnya nafsu makan, konstipasi, dan masalah finansial terdampak akibat toksisitas pada pasien kanker payudara dengan sarkopenia. Selain itu, sebagian pasien kanker payudara tanpa sarkopenia saat awal dapat mengalami kondisi penurunan massa otot dan sarkopenia setelah menjalani 3 siklus kemoterapi. Hal ini tentunya akan berdampak pada toksisitas kemoterapi untuk siklus berikutnya dan penurunan kualitas hidup. Hal ini tentu akan memperberat penurunan kualitas hidup yang telah terjadi saat pasien kanker payudara terdiagnosis.
Dari hasil disertasi ini, Andree Kurniawan menyarankan untuk melakukan penapisan massa otot, kekuatan otot, sarkopenia sebelum dan selama menjalani kemoterapi. ”Bila ditemukan penurunan massa dan kekuatan otot atau sarkopenia, pasien kanker payudara disarankan untuk mendapatkan konsultasi dengan dokter ahli rehabilitasi medik dan kedokteran fisik dan dokter ahli gizi untuk mendapatkan tata laksana paripurna bersama dengan dokter ahli onkologi”, terang Andree.
Lebih lanjut, Andree menyebutkan bahwa pemberian asupan protein yang cukup secara kuantitas dan kualitas, beserta latihan fisik resitensi dan evaluasi paripurna masalah gangguan fungsi yang ada pada pasien kanker payudara akan memberikan manfaat yang baik untuk pencegahan sarkopenia. Dengan adanya tata laksana ini diharapkan kejadian toksisitas kemoterapi berkurang, penundaan atau pengurangan dosis kemoterapi dapat berkurang, sehingga kesintasan menjadi lebih baik, dan tentunya kualitas hidup pasien kanker payudara menjadi lebih baik lagi. Diharapkan pengenalan akan sarkopenia pada kanker khususnya kanker payudara diikutsertakan dalam modul pendidikan untuk dokter umum dan dokter ahli onkologi. Dengan demikian peneliti berharap para dokter yang menangani kanker dapat secara dini mengenali adanya sarkopenia dan melakukan tata laksana bersama dengan dokter ahli gizi dan rehabilitasi medik dan kedokteran fisik.
Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Andree Kurniawan berhasil dinyatakan sebagai doktor dalam bidang Epidemiologi dengan yudisium sangat memuaskan. Andree Kurniawan yang merupakan seorang dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan berhasil menjadi lulusan S3 Epidemiologi FKM UI yang ke-89 dan lulusan S3 di FKM UI yang ke-312.