Doktor FKM UI Teliti: Pengembangan Modul Dan Modifikasi Skor Modified Cheklist For Autism in Toddlers (M-Chat) dan Penerapan Terapi Pijat Pada Anak Risiko Gangguan Spektrum Autisme

Pada Rabu, 5 Januari 2022, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan sidang terbuka Promosi Doktor atas nama Andy Martahan Andreas yang dilaksanakan secara virtual. Sidang terbuka ini diketuai oleh Prof. Dr. dr. Rini Sekartni, Sp.A,(K). Bertindak sebagai Promotor adalah Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita, M.P.H., didampingi dengan dua kopromotor yakni Prof. Dr. dr. Angela B.M. Tulaar, SpKFR(K) dan Dr. dr. Helda, M.Kes. Adapun tim penguji terdiri dari Prof. Sri Hartati R. Suradijono, M.A., Ph.D., Psikolog; Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, SpKJ(K); Dr. Yusuf Kristianto, DDS, M.M., M.H.A., M.Kes.; Dr. Ratna Darjanti Haryadi, dr., SpKFR (K); serta Dr. dr. Martira Maddeppungeng, SpA(K).

Promovendus mempertahankan disertasinya yang berjudul “Pengembangan Modul Dan Modifikasi Skor Modified  Cheklist For Autism in Toddlers (M-Chat) dan Penerapan Terapi Pijat Pada Anak Risiko Gangguan Spektrum Autisme”. Promovendus memaparkan bahwa penelitian ini berangkat dari masih kurangnya pemberian terapi pijat anak risiko gangguan spektrum autisme dan instrumen yang tepat untuk mengetahui perubahan skor M-Chat dan status risiko gangguan spektrum autisme.  Oleh karena itu, pengembangan modul terapi pijat pada anak risiko gangguan spektrum autisme dan modifikasi skor M-Chat serta penerapan TPGSA pada anak risiko gangguan spektrum autisme penting dilakukan.  

Lebih lanjut, promovendus menekankan poin utama kebaruan penelitian (novelty) yang dilakukan yakni pengembangan modul terapi pijat pada anak risiko gangguan spektrum autisme dan modifikasi skor M-Chat. Promovendus melakukan penelitian ini pada tahun 2019-2020.

Pengembangan modul terapi pijat anak risiko gangguan spektrum autisme selanjutnya dinamakan TPGSA. Modul TPGSA dikembangkan untuk tenaga fisioterapis dan orang tua. Modifikasi skor M-Chat adalah modifikasi skor yang dilakukan untuk menganalisis seberapa besar validitas modifikasi skor M-Chat digunakan sebagai instrumen untuk melihat perubahan skor dan status risiko gangguan spektrum autisme. Modul terapi pijat pada anak risiko gangguan spektrum autisme selanjutnya diterapkan oleh Tenaga fisioterapis dan orang tua terhadap anak risiko gangguan spektrum autisme usia 18-36 bulan. Selanjutnya, hasil penerapan TPGSA akan dievaluasi untuk dapat mengetahui dampak atau efek TPGSA terhadap perubahan skor dan status risiko gangguan spektrum autisme.

Hasil penelitian ini menghasilkan produk/luaran berupa Modul TPGSA untuk tenaga fisioterapis dan orang tua yang dilengkapi dengan video TPGSA dan modifikasi skor M-Chat yang memiliki rentang nilai ≤ 24 untuk kategori normal, 25-31.5 untuk kategori risiko autisme dan > 31.5 untuk kategori risiko tinggi. Hasil dari penerapan terapi pijat pada anak risiko gangguan spektrum autism menunjukkan adanya penurunan skor M-Chat pada hari ke 20 sampai ke 40 pemberian terapi pijat dan perubahan status risiko gangguan spektrum autisme dari risiko tinggi menjadi risiko autisme dan normal.

Promovendus menyampaikan harapan dalam saran penelitian bahwa penerapan terapi pijat pada anak risiko gangguan spektrum autisme perlu dilakukan sedini mungkin untuk dapat mencegah anak memiliki risiko gangguan spektrum autisme menjadi lebih berat. Saran untuk pemangku kebijakan agar dapat menggunakan modifikasi skor M-Chat sebagai salah satu instrumen dalam melakukan skrining anak risiko gangguan spektrum autisme dan penerapan TPGSA pada pusat pelayanan kesehatan masyarakat dan rumah sakit dalam upaya mencegah risiko ganggguan spektrum autisme menjadi lebih berat.

Berdasarkan hasil penelitiannya tersebut, Andy Martahan Andreas yang berprofesi sebagai Dosen Jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta III dinyatakan lulus dan berhak memperoleh gelar Doktor dalam bidang Epidemiologi. Andy Martahan Andreas dinyatakan sebagai lulusan S-3 Epidemiologi ke-93 dan lulusan S-3 di FKM UI ke-331.