Doktor FKM UI Teliti: Pola Kegagalan Pertumbuhan Linier pada Masa Baduta Berdasarkan Status Berat dan Panjang Badan Lahir

“Gangguan pertumbuhan linier yang berkontribusi pada tingginya beban stunting di negara berkembang sebagian besar terjadi pada periode konsepsi hingga usia dua tahun. Kegagalan pertumbuhan linier adalah suatu keadaan melambatnya pertambahan tinggi badan anak sehingga anak gagal mencapai potensi pertumbuhan optimalnya,” ujar Dwi Sisca Kumala Putri membuka pemaparan ringkasan disertasi pada sidang terbuka promosi doktor FKM UI.

Sidang terbuka promosi doktor Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) atas nama Dwi Sisca Kumala Putri diselenggarakan pada Selasa, 12 Juli 2022 secara daring melalui platform Zoom Meeting. Dwi mempertahankan disertasi berjudul “Pola Kegagalan Pertumbuhan Linier Pada Masa Baduta Berdasarkan Status Berat dan Panjang Badan Lahir (Analisis Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak di Kota Bogor Tahun 2012-2019)”.

Sidang dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Kusharisupeni, M.Sc., sebagai Ketua Sidang, Prof. dr. Endang L. Achadi, M.P.H., Dr.PH., sebagai Promotor, Prof. Dr. dr. Hartono Gunardi, Sp.A (K)., dan Dr. Yekti Widodo, S.P, M.Kes., sebagai Ko-Promotor. Adapun tim penguji terdiri dari Dr. Abas Basuni Jahari, M.Sc.; Dr. Besral, S.K.M., M.Sc., dan Ir. Ahmad Syafiq, Ph.D.

Tujuan penelitian Dwi adalah untuk menganalisis pola kegagalan pertumbuhan linier baduta berdasarkan berat dan panjang badan lahir. Dengan mengetahui waktu kejadian pertama kali melambatnya pertumbuhan dan besarnya perubahan pencapaian panjang badan sesuai umur pada rentang umur 0-6, 6-12, dan 12-23 bulan berdasarkan status berat dan panjang badan lahir. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain studi kohort prospektif. Penelitian ini menggunakan data Studi Kohor Tumbuh Kembang Anak (kohor TKA), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Hasil penelitian Dwi menunjukkan bahwa separuh anak Small for Gestational Age (SGA) atau bayi kecil untuk masa kehamilan, melambat pertumbuhannya sebelum umur 10 bulan dan separuh anak normal melambat pertumbuhannya sebelum umur 9 bulan. Anak SGA memiliki risiko 10 persen lebih rendah untuk mengalami kejadian pertama kali melambatnya pertumbuhan pada masa baduta setelah dikontrol lama pemberian ASI, namun secara statistik tidak bermakna.

Dwi menyarankan salah satunya kepada Kementerian Kesehatan dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional bahwa periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan periode tepat untuk upaya pencegahan stunting, akan lebih baik jika program pencegahan dimulai lebih dini, yaitu sejak masa prenatal hingga awal masa bayi (500 HPK).

Berdasarkan hasil disertasinya tersebut, Dwi berhasil dinyatakan lulus dan menjadi Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM). Dwi merupakan lulusan S-3 IKM yang ke-266 dan lulusan S-3 di FKM UI yang ke-343. (AHS)