Doktor FKM UI Ungkap Stres Psikososial Ibu Hamil Terbukti Turunkan Berat Lahir Bayi Cukup Bulan

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan sidang terbuka promosi doktor Epidemiologi dengan kekhususan Epidemiologi Komunitas dengan promovendus Jumriani Ashar pada Kamis, 26 Juni 2025 di Ruang Promosi Doktor FKM UI. Jumriani Anshar berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Hubungan Dinamika Stress Psikososial Ibu Sehat Selama Kehamilan dengan Berat Lahir Bayi Cukup Bulan (Studi Longitudinal Ibu Hamil di Kota Makassar)”. Penelitian yang dilakukannya menunjukkan bahwa stres psikososial yang berlangsung secara persisten selama masa kehamilan berhubungan signifikan dengan penurunan berat lahir bayi cukup bulan. Sidang promosi ini dipimpin oleh Dr. Sherly Saragih Turnip, S.Psi., M.Phill., Ph.D., Psikolog, selaku Ketua Penguji sekaligus Ketua Sidang.

Penelitian Jumriani dilatarbelakangi oleh tingginya prevalensi gangguan jiwa global maupun nasional. Menurut laporan WHO (2022), prevalensi gangguan jiwa secara global mencapai 13 persen, dengan depresi dan kecemasan sebagai dua jenis gangguan utama. Di Indonesia, prevalensi depresi nasional tercatat sebesar 6,1 persen, sedangkan di Sulawesi Selatan angkanya lebih tinggi, yakni 7,8 persen. Stres psikososial selama kehamilan menjadi salah satu faktor yang diduga memengaruhi berat lahir bayi. Secara biologis, stres dapat memicu peningkatan hormon kortisol melalui aktivasi sumbu HPA (hipotalamus-hipofisis-adrenal).

Kadar kortisol yang meningkat, terutama pada trimester ketiga kehamilan, berisiko mengganggu aliran darah ke janin dan berujung pada rendahnya berat lahir. Namun, sebagian besar studi sebelumnya hanya mengukur stres pada satu titik waktu, serta jarang mengombinasikan pengukuran psikososial dan biomarker kortisol secara longitudinal. Disertasi ini mencoba menjawab celah tersebut dengan mengintegrasikan pendekatan psikososial dan biologis selama kehamilan.

Dari hasil penelitiannya, sebanyak 36,52% ibu hamil mengalami stres psikososial persisten sepanjang masa kehamilan. Sementara itu, stres psikososial kategori sedang hingga berat ditemukan pada 43,26% ibu hamil di trimester pertama, menurun menjadi 35,96% pada trimester kedua, dan kembali meningkat menjadi 43,82% di trimester ketiga. Secara fisiologis, kadar kortisol ibu hamil mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, yakni dengan nilai rata-rata sebesar 7,13 ng/mL pada trimester pertama, 9,15 ng/mL pada trimester kedua, dan 11,79 ng/mL pada trimester ketiga.

Kadar kortisol yang tinggi tersebut berhubungan negatif dengan berat lahir bayi. Penelitian ini juga menunjukkan adanya hubungan signifikan antara dinamika stres psikososial persisten dengan penurunan berat lahir bayi cukup bulan. Ibu yang mengalami stres psikososial sedang hingga berat sejak trimester pertama menunjukkan kecenderungan melahirkan bayi dengan berat yang lebih rendah secara signifikan. Rata-rata penurunan berat lahir bayi cukup bulan pada kelompok ini tercatat sebesar 144,459 gram di trimester pertama (p = 0,040), 188,261 gram di trimester kedua (p = 0,004), dan 215,665 gram di trimester ketiga (p = 0,002). Temuan ini mengindikasikan adanya pola dose-response, di mana peningkatan frekuensi dan keberlangsungan stres selama kehamilan berkorelasi dengan semakin besar penurunan berat lahir.

“Faktor lain yang memengaruhi berat lahir bayi cukup bulan antara lain adalah persepsi ibu terhadap dukungan suami, pertambahan berat badan selama kehamilan, hipertensi dalam kehamilan, serta kelengkapan pemeriksaan antenatal care (ANC),” jelas Promovenda. Dengan demikian, temuan dalam penelitian ini menegaskan bahwa stres psikososial bukan hanya berdampak pada kesehatan mental ibu, tetapi juga membawa konsekuensi serius bagi kesehatan janin yang dikandungnya.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Promovenda merekomendasikan perlunya skrining stres psikososial sebagai bagian dari pelayanan standar antenatal care di seluruh puskesmas, yang disertai dengan penyediaan layanan konseling bagi ibu hamil yang teridentifikasi mengalami stres berat. Selain itu, pelayanan ANC perlu diperkuat dengan menekankan pentingnya pemeriksaan 10T, khususnya deteksi dini terhadap hipertensi, anemia, dan masalah psikososial. Dukungan tambahan berbasis komunitas juga penting untuk diberikan kepada ibu hamil dengan risiko tinggi.

Ia juga menyarankan pengembangan sistem pemantauan berbasis data untuk mengevaluasi cakupan pemeriksaan ANC dan tingkat kejadian stres psikososial pada ibu hamil. “Data ini nantinya dapat diintegrasikan ke dalam sistem surveilans kesehatan ibu dan anak untuk mendukung perencanaan intervensi yang lebih efektif,” ujar Jumriani. Sebagai bagian dari upaya preventif, penyediaan alat ukur yang valid seperti Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS), serta pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam identifikasi dan intervensi dini terhadap stres psikososial ibu hamil juga dinilai sangat penting. “Kerja sama dengan Asosiasi Psikologi Klinis Indonesia dapat memperkuat upaya implementasi kebijakan ini di lapangan,” sambungnya.

Berdasarkan Keputusan Ketua Sidang Promosi Doktor, Jumriani dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude dan meraih IPK 3,96. Ia tercatat sebagai lulusan ke-14 dari Program S3 Epidemiologi FKM UI pada tahun 2025, lulusan ke-129 dari program doktor Epidemiologi FKM UI secara keseluruhan, serta merupakan lulusan Doktor FKM UI yang ke-462. Selama menyusun disertasinya, Jumriani dibimbing oleh promotor Prof. dr. Asri C. Adisasmita, M.P.H., M.Phil., Ph.D., serta dua ko-promotor yakni Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo, S.K.M., M.Sc., dan Dr. dr. Farid Husin, Sp.OG(K), M.Kes., MH.Kes.

Bertindak sebagai penguji, yaitu Prof. Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, M.Sc.; Dr. Trisari Anggondowati, S.K.M., M.Epid., Ph.D.; Dr. Indra Fajarwati Ibnu, S.K.M., M.A.; dan Dr. Ansariadi, S.K.M., M.Sc.PH., Ph.D. Sebagai pusat keunggulan dalam bidang epidemiologi komunitas, FKM UI terus melahirkan lulusan doktor yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berkontribusi nyata dalam perumusan kebijakan kesehatan di tingkat nasional maupun daerah. (DFD)