Sebagai salah satu departemen di FKM UI yang memiliki fokus melindungi kesehatan masyarakat dan ekosistem, Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), yang diwakili oleh Dr. drg. Ririn Arminsih Wulandari, M.Kes., selaku Ketua Departemen, aktif berkiprah dengan menjadi pemateri pada Penyuluhan Higiene Sanitasi Pangan yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit (RS) Universitas Indonesia (UI). Diselenggarakan pada Rabu, 21 September 2022 di Auditorium RSUI, acara ini diselenggrakan untuk menyemarakkan Hari Kesehatan Lingkungan Sedunia.
Pada pemaparannya, Dr. Ririn membahas mengenai kontaminasi makanan, higiene dan sanitasi makanan, pengaruh makanan yang terkontaminasi terhadap kesehatan, serta upaya pencegahan kontaminasi makanan. “Intinya adalah kebersihan. Kebersihan dan pengetahuan kita dalam memilih bahan baku makanan,” Dr. Ririn menjelaskan. Terdapat 3 (tiga) faktor yang harus diperhatikan dalam sanitasi makanan, yaitu faktor fisik, faktor kimia, dan faktor mikrobiologi. Pada praktiknya, penjamah makanan, mulai dari pembuatan hingga penyajian, sangat berpengaruh terhadap sanitasi ini. Selain penjamah makanan, terdapat 3 (tiga) hal lain yang juga berpengaruh: bahan baku makanan, peralatan masak makanan dan minuman, serta fasilitas.
“Efek makanan terhadap kesehatan itu sangat besar. Terdapat banyak penyakit yang disebabkan oleh tidak higienisnya makanan yang dikonsumsi,” ungkap Dr. Ririn. Untuk mencegah terjadinya penyakit akibat makanan (foodborne disease) upaya pencegahan menyeluruh harus dilakukan. “Harus ada pemisahan letak penyimpanan bahan baku baru dengan produk yang selesai diolah, tempat penyimpanan dan pengolahan bahan pangan harus jauh dari tempat yang sekiranya dapat mengontaminasi,” tambah Dr. Ririn.
Selain Dr. Ririn, turut hadir Sanitarian Ahli Muda Dinas Kesehatan Kota Depok, Yulia Fitria Ningrum, S.K.M., M.K.M., untuk menyampaikan mengenai kantin sehat dan perizinannya. Jawa Barat merupakan provinsi dengan kasus keracunan pangan yang cukup tinggi, yaitu 1164. Angka ini mengantarkan Jawa Barat sebagai peringkat 2 (dua) jumlah kasus keracunan pangan tertinggi di Indonesia. “Isu keamanan pangan biasanya ada 5 (lima), yaitu higiene sanitasi; pemakaian bahan tambahan pangan berbahaya; keracunan pangan, cemaran fisik, kimia, biologi, dan allergen; serta pemakaian gula garam lemak yang berlebih,” ujar Yulia. Selain mengenai kantin sehat, Yulia juga memberikan informasi mengenai Sertifikasi Higiene Sanitasi pangan dan Sertifikasi Laik Higiene.
Penyuluhan yang dihadiri oleh sekitar 50 orang peserta ini diharapkan menjadi salah satu upaya promotif dan preventif kepada masyarakat luas, khususnya pedagang makanan di sekitar RSUI, dalam upaya pencegahan foodborne disease. (BK)