Eduard Jan Beck, Ph. D MBBS, FAFPHM, FFPH, FRCP, menjadi pembicara di The 3rd Faculty of Public Health UI Science Festival 2019

Senin, 9 September 2019, dilaksanakan plenary session dengan tema “Emerging Infectious Diseases” yang dimoderatori oleh Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo, SK.M, M.Sc., di Aula A Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI). Topik yang diangkat bertujuan untuk mewujudkan SDG Goal 3: Good Health and Well-being for People dengan memanfaatkan peran teknologi digital. Eduard Jan Beck, Ph. D MBBS, FAFPHM, FFPH, FRCP,  dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, United Kingdom, menjadi pembicara dalam plenary session 2 The 3rd Faculty of Public Health UI Science Festival 2019 dengan judul The Digital Transition and SDG’s.

Di dalam plenary dipaparkan bahwa Global HIV Respon “Ending AIDS by 2030” masih menjadi bagian dari SDG’s  untuk menjamin hidup sehat dan kesejahteraam bagi semua.  Cara cepat untuk mengakhiri epidemic AIDS tahun 2020 WHO menggunakan program 90-90-90 treatment dan pada tahun 2030 menggunakan program 95-95-95 treatment. Kemudian perlu adanya  pengembangan teknologi untuk pengumpulkan informansi orang yang terinfeksi HIV dari berbagai sumber yang berbeda Sehingga dibutuhkan National Health Identifier (NHID) yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional.  Pengembangan teknologi ini dapat meningkatkan pengumpulan dari berbagai tipe informasi dan berpotensi untuk dianalisis secara aktual.

Keuntungan transformasi digital yaitu memberi kesempatan untuk mengumpulkan dan menganalisis data dalam jumlah yang besar dari dataset yang berbeda-beda. Selain itu, untuk mengembangkan catatan medis secara longitudinal di dalam sektor kesehatan dan dapat menggunakan informasi kesehatan perseorangan untuk pengembangan kebijakan dan implementasi di tingkat lokal, sub-nasional, nasional, regional, dan global juga menjadi keuntungan lain dari transformasi digital.

“ If confidentiality and security issues not addressed this will deter people who need services to access to them or if they use them they may access them at a late stage, and policymakers will not be able to ‘know their country’s epidemic, their response, and resources required’ which is likely prevent the development of effective and efficient health responses”

Namun, Beck mengungkapkan pula kerugian dari pengembangan teknologi yaitu informasi kesehatan persorangan dapat digunakan untuk memberi stigma dan membeda-bedakan individu maupun komunitas etnis atau budaya yang berbeda. Oleh karena itu dibutuhkan perlindungan yang menjamin keamanan informasi kesehatan perseorangan di fasilitas kesehatan maupun institusi pencatatan nasional.