Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (FKM UI) kembali menggelar Seminar Online (Semol) Seri 4 pada Sabtu, 24 Mei 2025, dengan tema “Kesehatan Lansia: Apa Kata Ahli Kesehatan Masyarakat & Klinisi”. Acara yang diselenggarakan secara hybrid di Ruang Promosi Doktor FKM UI dan melalui Zoom ini menghadirkan sejumlah pakar klinis dan kesehatan masyarakat.
Seminar dibuka oleh Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Ventura, dan Administrasi Umum FKM UI, Dr. Milla Herdayati, S.K.M., M.Si. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya pendekatan holistik untuk menghadapi fenomena aging population dan mendorong kolaborasi lintas disiplin demi tercapainya lansia yang sehat dan produktif.
Seminar ini juga merupakan kolaborasi antara Kelompok Studi Kesehatan Reproduksi FKM UI dan alumni FKUI angkatan masuk 1975. Ketua Kelompok Studi Kesehatan Reproduksi FKM UI, Prof. Dr. dr. Sabarinah, M.Sc. menyampaikan bahwa pertemuan ini merupakan wujud persahabatan yang telah terjalin selama lima dekade dan diharapkan menghasilkan dampak nyata dalam pengelolaan kesehatan lansia secara komprehensif. Ditekankan pula oleh Dr. dr. Bambang Trijaya, Sp., MMP., perwakilan FKUI angkatan 1975-1981, bahwa selain bonus demografi, Indonesia juga menghadapi bonus usia, yang jika dikelola dengan baik, dapat menjadi potensi luar biasa.
Dalam sesi materi, Prof. Dr. dr. Bambang Budi Siswanto, Sp.JP(K), FISHR, FAsCC, FAPSC, Guru Besar Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI, mengawali dengan pembahasan tentang pentingnya pencegahan penyakit jantung pada lansia melalui manajemen faktor risiko secara bertahap. Disampaikan bahwa pencegahan penyakit jantung dapat dilakukan untuk kelompok populasi manapun dengan pemberian strategi pencegahan dilakukan secara bertahap dan sesuai stratifikasi faktor risiko. “Kejadian jantung koroner dapat terjadi setidaknya oleh lima faktor, yakni kolesterol, hipertensi, diabetes, obesitas, dan merokok. Faktor risiko tersebut kemudian masih dapat dimodifikasi dalam menjaga kesehatan jantung sampai usia lansia. Salah satunya adalah dengan pendeteksian secara dini melalui skrining kesehatan pada risiko jantung koroner,” terang dr. Bambang. Selain itu, dr. Bambang menjelaskan bahwa dalam mencegah terjadinya jantung koroner dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni menjaga berat badan yang ideal, mengkonsumsi heart-healthy diet, mengelola stres, berhenti merokok, mengelola tekanan darah dan kolesterol, batasi konsumsi alkohol, membuat jadwal tidur yang baik, mengelola diabetes, serta meminum obat sesuai yang diresepkan.
Lebih lanjut, Dr. dr. Bimanesh Sutarjo Sp.PD, KGH, FINASIM, FACN sebagai seorang spesialis penyakit dalam membahas materi berjudul “Mengenal Lebih Dekat Penyakit Ginjal Kronik: Pencegahan dan Penatalaksanaannya”. Dokter Bimanesh mengangkat isu Penyakit Ginjal Kronik (PGK) dan perlunya gaya hidup sehat sejak dini untuk mencegah beban ekonomi dan sosial akibat PGK di usia lanjut. Melalui fakta yang dipaparkan, Penyakit Ginjal Kronik merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Adapun berdasarkan data Riskesdas 2024, kelompok usia di atas 75 tahun memiliki prevalensi PGK sebesar 0,6% lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainnya. “Seiring pertambahan usia, fungsi ginjal mengalami perubahan dan penurunan yang dimulai dari hilangnya nefron, laju saring ginjal yang menurun, gangguan dalam aliran darah ginjal, hingga menurunnya kemampuan auto-regulasi pada ginjal,” tutur dr. Bimanesh. “Tentunya, penyakit Ginjal Kronik memberikan beban tambahan dalam finansial, sosial, dan emosional bagi keluarga. Untuk itu, diperlukan pencegahan Penyakit Ginjal Kronik sebelum mencapai kerusakan hingga terjadinya kematian dengan cara mengubah gaya hidup melalui konsumsi lebih banyak sayur dan mengurangi konsumsi alkohol serta garam,” terang dr. Bimanesh.
Di lain sisi, Prof. Dr. dr. Budi Iman Santoso, SpOG, Supsp Urogin RE, MPH. sebagai Ahli Uroginekologi menyampaikan materi yang berjudul “Tetap Nyaman, Tetap Percaya Diri: Merawat Kesehatan Intim di Usia Emas”. Prof. Dr. dr. Budi Iman Santoso mengulas pentingnya menjaga kesehatan intim lansia demi kualitas hidup yang lebih baik. Dalam pemaparannya, Prof. Budi menyampaikan bahwa perubahan yang dirasakan oleh tubuh seiring bertambahnya usia bukan menjadi sebuah indikasi untuk menyerah, tetapi menunjukkan untuk lebih mencintai tubuh terutama pada bagian intim yang kerap kali tidak dibahas namun ternyata sangat penting. “Kesehatan intim penting untuk memberikan pencegahan terhadap kejadian infeksi di saluran kemih, kemudian menjaga kenyamanan saat buang air kecil, serta mencegah terjadinya operasi besar di usia senja,” tutur Prof. Budi menyampaikan pentingnya menjaga kesehatan intim. Terlebih, dipaparkan pula bahwa terdapat masalah umum yang sering kali dihadapi oleh para lansia terutama wanita mengenai permasalahan kesehatan intim, yakni mengompol saat batuk atau tertawa (inkontinensia), rasa tidak nyaman saat buang air kecil (anyang-anyangan), rahim terasa turun (prolaps), dan retensi urin. “Usia boleh bertambah, tapi kualitas hidup tak boleh turun. Tubuh kita telah menemani puluhan tahun, maka kini saatnya kita merawatnya dengan cinta,” tutup Prof. Budi dengan pesan pengingatnya.
“Pencegahan dan Penanganan Demensia” menjadi pembahasan keempat yang disampaikan oleh dr. Wanarani Alwin Mufti, SpKFR(K). selaku Kepala Divisi Geriatri Departemen Rehabilitasi Medik RSCM. Dokter Wanarani menekankan pencegahan demensia dengan gaya hidup aktif dan kesadaran kognitif. Demensia merupakan suatu sindrom yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif di luar dari penuaan biologis. Gejala pada demensia dapat terlihat dengan adanya gangguan kognisi yang berkaitan dengan gangguan memori serta gangguan non-kognisi yang berkaitan dengan psikologis.
Terakhir, Prof. Dr. dr. Sudijanto Kamso, S.K.M., Guru Besar Departemen Biostatistika dan Kependudukan FKM UI membahas urgensi penyiapan SDM kesehatan lansia dan memperkenalkan Program Magister Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Lansia sebagai komitmen FKM UI mendukung successful aging di Indonesia. Successful Aging merupakan sebutan bagi para lansia yang masih memiliki kesehatan fisik dan mental, kognitif, sosialisasi, produktivitas, serta keuangan yang baik. Kendati demikian, Indonesia masih memerlukan antisipasi dalam meningkatkan jumlah tenaga kesehatan lansia. Kolaborasi dengan berbagai instansi, hingga penyesuaian dengan rencana pemerintah di bidang ketenagaan lansia dalam menghadapi successful aging yang didambakan masyarakat amat perlu untuk dilakukan. Untuk itu, sebagai Fakultas Kesehatan Masyarakat tertua di Indonesia, FKM UI berkomitmen dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan lansia dengan pembukaan Program Magister Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Kesehatan Lansia.
Melalui diskusi lintas perspektif ini, FKM UI tidak hanya membuktikan peran akademisi dalam merespons tantangan kesehatan lansia, tetapi juga memperkuat sinergi antara dunia pendidikan dan praktisi untuk menciptakan ekosistem lansia yang sehat, mandiri, dan bermanfaat hingga akhir hayat. (ITM)