Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Human Factors Indonesia (HFI) menyelenggarakan kuliah umum bertajuk “Human Factors: Concept and Practice” pada Jumat, 16 Mei 2025. Bertempat di Aula Gedung G FKM UI, kegiatan ini menjadi ruang diskusi lintas sektor yang membahas peran krusial faktor manusia dalam menciptakan sistem kerja yang sehat, aman, dan berkelanjutan. Dihadiri oleh mahasiswa Sarjana, Pascasarjana FKM UI, Alumni FKM UI, dan juga Anggota HFI kuliah umum ini dipandu oleh Dr. Mufti Wirawan, S.Psi., M.K.K.K., Dosen Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FKM UI sekaligus Sekretaris HFI.
Melalui sambutannya, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc., Dekan FKM UI, menekankan pentingnya faktor manusia untuk memastikan tenaga kerja tetap sehat dan selamat, khususnya di sektor industri berisiko tinggi. “Perancangan sistem kerja yang mempertimbangkan aspek manusia menjadi kunci dalam peningkatan keselamatan kerja. Ini sejalan dengan pendekatan keselamatan modern, yang tidak hanya menyalahkan individu, tetapi memahami konteks sistem secara holistik,” ujar Prof. Mondastri. Ia juga menyampaikan harapannya agar kuliah umum ini dapat membuka wawasan mahasiswa FKM UI mengenai pentingnya implementasi human factors dalam dunia kerja.
Selanjutnya, Capt. Nurcahyo Utomo, Dipl.TSI., Ketua Human Factors Indonesia (HFI), turut memberikan sambutan dan memperkenalkan HFI sebagai komunitas lintas bidang yang bersifat kolaboratif. HFI melibatkan praktisi dan pakar dari berbagai sektor, mulai dari sektor kesehatan, industri pertambangan, minyak dan gas, pelayaran, termasuk juga sektor penerbangan. “Tujuan kami adalah menerapkan prinsip human factors untuk meningkatkan keselamatan, efisiensi, dan kinerja di berbagai industri,” jelas Capt. Nurcahyo. Ia juga menyampaikan apresiasi atas kolaborasi yang terjalin dengan FKM UI dan berharap kerja sama ini terus berlanjut untuk mendorong pengembangan riset dan pendidikan human factors di Indonesia.
Materi pertama dalam kuliah umum ini disampaikan oleh drg. Baiduri Widanarko, M.K.K.K., Ph.D., Ketua Departemen K3 FKM UI, dengan judul “Beyond Technology: Human Factors in High Risk Industries.” Dalam paparannya, Dr. Baiduri menekankan bahwa keselamatan kerja tidak hanya dapat dicapai melalui teknologi, tetapi juga memerlukan intervensi pada aspek teknis, sistem, dan budaya.
Dalam aspek teknis mencakup rekayasa teknologi, peralatan kerja, serta kepatuhan terhadap standar keselamatan. Dari segi sistem, penting untuk mengintegrasikan HSE ke dalam proses manajemen melalui sertifikasi, pengembangan kompetensi, dan penilaian risiko. Sementara dari aspek budaya, diperlukan perhatian terhadap perilaku, kepemimpinan, akuntabilitas, dan sikap kerja yang menjadikan Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan (HSE) sebagai pusat nilai bahkan profit center.
Dr. Baiduri juga menyoroti tantangan modern seperti kelelahan kerja, stres, beban berlebih, dan rasa aman semu (complacency). Ia menyampaikan bahwa gangguan tidur, lembur berkepanjangan, dan faktor gaya hidup seperti merokok turut memengaruhi ketahanan kerja dan produktivitas. Lebih lanjut, Dr. Baiduri menyinggung adanya evolusi dalam cara berpikir masyarakat global. Kompleksitas tantangan global mendorong perlunya pendekatan berpikir sistem (thinking in systems). Dalam konteks ini, peran disiplin dan profesi Human Factors menjadi sangat strategis.
“Human factors is not just about humans in the system, it’s about designing systems that are humane. When we think in systems, we build sustainable health and safety,” ungkap Dr. Baiduri menutup presentasinya.
Informasi tersebut sejalan dengan materi yang dipaparkan oleh Capt. Nurcahyo Utomo, Dipl.TSI, pada sesi kedua. Melalui topik “Human Factors Application in Aviation Industry”, Capt. Nurcahyo mengajak peserta untuk melihat bagaimana prinsip-prinsip human factors diterapkan secara konkret dalam industri penerbangan — salah satu sektor yang paling mengedepankan keselamatan dan presisi operasional.
Ia menyampaikan bahwa Human Factors Indonesia (HFI) memiliki visi menjadi organisasi profesi yang kompeten dan terpercaya dalam bidang faktor manusia serta memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Misinya mencakup penerapan ilmu Human Factors di berbagai industri, pengembangan riset aplikatif, dan pengakuan human factors sebagai profesi nasional. Lebih lanjut, Capt. Nurcahyo menggambarkan evolusi pemikiran keselamatan dalam dunia industri, khususnya penerbangan. Dimulai dari era technology agent pada 1950-an, kemudian bergeser ke human factors age di tahun 1970-an, masuk ke organization age pada 1990-an, dan akhirnya menuju system-wide era di dekade 2010-an. Pergeseran ini menunjukkan bahwa keselamatan bukan hanya tanggung jawab individu atau teknologi, melainkan hasil dari interaksi kompleks seluruh elemen dalam sistem.
Salah satu poin penting yang disampaikan adalah peran International Civil Aviation Organization (ICAO) dalam menetapkan standar keselamatan penerbangan global. Meskipun bukan lembaga regulator, ICAO menerbitkan SARPs (Standards and Recommended Practices) dalam bentuk Annexes, serta berbagai dokumen dan surat edaran yang menjadi rujukan penting negara-negara anggotanya. Prinsip utamanya adalah bahwa investigasi kecelakaan tidak ditujukan untuk mencari kesalahan atau menyalahkan individu, melainkan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
“Fokus pada keselamatan adalah kunci,” tegas Capt. Nurcahyo. Setiap isu keselamatan yang teridentifikasi harus dipertimbangkan secara menyeluruh dalam pengambilan keputusan dan perancangan sistem kerja, terutama di industri berisiko tinggi seperti penerbangan. Perpaduan perspektif akademis dan praktik industri yang dibagikan oleh para narasumber menunjukkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata soal prosedur teknis, tetapi juga tentang bagaimana kita merancang sistem yang memahami dan menghargai keterbatasan serta potensi manusia. (DFD)