FKM UI dan RCCC UI Gaungkan Kolaborasi Global Atasi Darurat Kualitas Udara di International Envifair 2025

Depok, 25 September 2025 – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) bersama Research Center for Climate Change (RCCC) UI menggelar International Environmental Health Seminar Envifair 2025 X RCCC UI di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok. Seminar ini mengusung tema “Breathing Clean, Living Green: Achieving Net-Zero Emissions Towards Different Sectors” dan menjadi forum penting untuk mencari solusi atas krisis kualitas udara yang tengah melanda Indonesia.

Acara ini menghadirkan akademisi, praktisi, serta mahasiswa lintas bidang untuk membahas dampak kualitas udara terhadap kesehatan dan lingkungan. Seminar dibuka oleh Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri K. Sudaryo, M.S., D.Sc., yang menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kondisi udara Indonesia.

“Konsentrasi PM 2.5 di perkotaan, khususnya Jabodetabek, mencapai 6–11 kali lebih tinggi dibandingkan batas aman WHO. Hal ini menimbulkan dampak signifikan terhadap kesehatan manusia dan ekosistem,” ujar Prof. Mondastri.

Prof. Mondastri menegaskan, polusi udara bersifat kompleks dan transnasional, salah satunya akibat kabut asap dari kebakaran hutan dan praktik pertanian. “Kelompok rentan paling merasakan dampaknya, dan ini menegaskan perlunya kolaborasi internasional yang mendesak. Seminar ini diharapkan menjadi wadah berbagi wawasan, memperkuat jejaring, serta membangun solusi lintas sektor—lingkungan, kesehatan, ekonomi, hingga energi,” tambahnya.

Lebih lanjut, sesi keynote speech disampaikan oleh Mr. Matthew Perkins dari UN ESCAP, yang menyoroti pendekatan kolaboratif dalam meningkatkan kualitas udara dan mencapai net zero emissions. Ia menekankan, polusi udara terparah terjadi di kota besar dengan faktor urbanisasi sebagai pendorong paparan utama.

Paparan dari para pakar internasional semakin memperkaya diskusi. Prof. Sotiris Vardoulakis (University of Canberra, Australia) mempresentasikan hasil riset HEAL-HAZE dan CANBREATHE tentang asap kebakaran hutan serta dampaknya terhadap kesehatan. Ia menyarankan adaptasi praktis seperti sensor kualitas udara berbiaya rendah dan pemurni udara DIY.

Seminar yang dimoderatori langsung oleh Sifa Fauzia S.K.M., M.K.M., ini dilanjutkan dengan sesi pemaparan oleh Prof. Bin Jalaludin yang menyampaikan Health Effects of Air Pollution from Biomass Burning. Ia menegaskan bahwa polusi udara menjadi faktor risiko kematian global kedua terbesar, dengan kelompok paling rentan adalah anak-anak, lansia, wanita hamil, masyarakat miskin, serta penderita penyakit kronis. Di Indonesia, polusi telah dikaitkan dengan kelahiran prematur, diabetes, PPOK, dan kanker paru.

Sesi kedua menyoroti inovasi energi bersih dan ekonomi hijau. Dr. Gopika Indu menekankan pentingnya adopsi energi surya di pedesaan untuk mengurangi polusi udara dalam ruangan. Sementara itu, Mr. Nyoman Gde Satrya Wibawa (UNEP-FI) membahas implementasi Green Economy dan peran sektor finansial melalui Principles for Responsible Banking (PRB) dalam mendukung target net zero emissions.

Melalui penyelenggaraan seminar internasional ini, FKM UI bersama RCCC UI menegaskan komitmennya dalam memimpin aksi kolektif, memperdalam pemahaman lintas disiplin, serta membangun solusi jangka panjang bagi Indonesia menuju masa depan yang lebih sehat dan hijau. (EAR)