Selasa, 11 Oktober 2022, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) bersama Health Informatics Research Cluster (HIRC) FKM UI menggelar seminar online “SMART Puskesmas: Menuju Digitalisasi Layanan Kesehatan Primer”. Kegiatan yang diselenggarakan secara daring melalui platform Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung di kanal Youtube KS UI ini terbuka untuk umum dan dihadiri oleh 300 partisipan.
Pada dasarnya, Indonesia masih menghadapi tantangan kesehatan dimana sebagian besar kasus kematian pada kelompok usia bayi, anak-anak dan lansia dinilai cukup tinggi. Kasus tersebut sebenarnya dapat dicegah, namun adanya ancaman Triple Burden of Disease serta standar pelayanan minimal (SPM) yang masih jauh dari standar seharusnya masih menjadi faktor penyebab sulitnya pencegahan masalah tersebut. Oleh karena itu, peran dari puskesmas sebagai fasilitas layanan kesehatan primer yang menyesuaikan dengan standar pelayanan minimal serta daya jangkau yang mampu meraih seluruh lapisan masyarakat menjadi sangat penting.
Seminar ini menghadirkan Andri Musrita, S.K.M., M.Epid., dari Direktorat Tata Kelola Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sebagai narasumber yang membahas kebijakan transformasi pelayanan kesehatan primer yang didukung oleh transformasi digital. “Fokus transformasi pelayanan kesehatan primer dimulai dari integrasi pelayanan, mendekatkan layanan kesehatan hingga tingkat desa dan dusun, memperkuat promosi kesehatan dan pencegahan serta resiliensi, dan memperkuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS),” tutur Andri, dalam pemaparannya.
Ketua Akselerasi Puskesmas Indonesia (APKESMI), dr. Trisna Setiawan, M.Kes., pun lebih lanjut memaparkan hasil survei kondisi puskesmas dalam kesiapan transformasi digitalisasi kesehatan. Sebanyak <50% puskesmas belum memiliki akses situs website, sedikit memiliki tenaga khusus pengelola data informasi dan tenaga kesehatan terkadang merangkap sebagai petugas IT. “Rekomendasi yang dibuat antara lain, mengadakan pelatihan digital untuk tenaga kesehatan puskesmas, pembiayaan dibebankan dari APBN dan APBD, dan transformasi digital diharapkan dapat menjadi ruang kemudahan untuk sistem pelaporan dan peningkatan mutu pelayanan,” tambah dr. Trisna, dalam pemaparannya.
Pada kesempatan yang sama Martin Suanta, S.E., M.Si., Direktur Bina Kualitas Pelayanan KB, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) turut membahas bonus demografi yang akan berdampak positif pada saat jumlah penduduk usia produktif yang berkualitas berlimpah, sehingga memacu pertumbuhan ekonomi. Namun, optimalisasi bonus demografi harus didukung dengan pemenuhan kebutuhan gizi, dan penyelesaian masalah stunting.
Lebih lanjut, Prof. Dr. Kemal N. Siregar, S.K.M., M.A.,Ph.D., Ketua HIRC FKM UI, menggagas SmartPuskesmas yang merupakan program pemanfataan Artificial Intelligence (AI) pada seluruh proses kerja puskesmas untuk melayani masyarakat di wilayah kerjanya. “Ini merupakan suatu gagasan yang masih memerlukan pengembangan dan diperlukan perubahan paradigma untuk mewujudkan SmartPuskesmas. Diperlukan pula kolaborasi intersektoral yang masif, dimulai dari pemerintah, akademisi, praktisi dalam kelompok-kelompok organisasi profesi, serta tentunya keterlibatan masyarakat para penerima manfaat,” ujar Prof. Kemal, dalam pemaparannya.
Prof. Kemal pun menambahkan penjelasan mengenai transformasi puskesmas sebagai pendukung gagasan SmartPuskesmas antara lain, meliputi fungsi care of early-stage disease dan pencegahan penyakit, pelayanan aktif mengunjungi penduduk yang masih sehat, personalized care bagi setiap orang pada setiap kelompok usia menurut siklus hidup serta active patient involvement.
SmartPuskesmas diharapkan dapat menjadi solusi untuk memperkuat layanan kesehatan yang lebih terjangkau, bermutu, dan diminati hingga mencapai Universal Health Coverage (UHC) serta Sustainable Development Goals (SDG’s). (AHS)