FKM UI Hadirkan Dosen Tamu dari UCSI University pada SEMOL Seri ke-27, Kupas Masalah Obesitas Masa Kini

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan Seminar Online Seri ke-27 bertajuk Public Health Nutrition’s Online Guest Lecturer Series: “Unravelling Current Issues Related to Obesity”. Acara yang diselenggarakan pada 15 November 2024 ini menghadirkan Dr. Satvinder Kaur, Associate Professor dari Department of Food Science and Nutrition, UCSI University, Malaysia, sebagai pembicara utama. Seminar ini dihadiri oleh lebih dari 150 mahasiswa Program Studi Sarjana Gizi, dan Mahasiswa Magister peminatan Gizi Kesmas, dengan dr. Fathimah S. Sigit, Ph.D., Ketua Departemen Gizi FKM UI bertindak sebagai moderator.

Dalam paparannya, Dr. Satvinder Kaur menekankan pentingnya menjaga ritme harian yang konsisten dalam waktu makan dan puasa. Menurutnya, ritme harian yang teratur dapat memperbaiki jalur metabolisme tubuh, meningkatkan ritme sirkadian, dan mendukung efektivitas farmakoterapi, khususnya pada individu yang memiliki gangguan metabolisme seperti obesitas. Lebih lanjut, Dr. Kaur memaparkan bahwa proses metabolisme setelah makan menunjukkan variasi waktu yang signifikan. “Di pagi hari, tubuh cenderung memiliki pengosongan lambung yang lebih cepat, penyerapan usus yang lebih baik, toleransi glukosa yang lebih tinggi, serta pengeluaran energi yang lebih besar atau dikenal dengan istilah Thermic Effect of Food (TEF),” jelas Dr. Kaur. Beberapa faktor yang mendukung tingginya TEF pada pagi hari antara lain adalah kebutuhan energi yang lebih besar pada waktu tersebut, peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, ukuran porsi makan yang lebih besar, serta pengaruh kontrol endogen ritme sirkadian.

Selain itu, waktu makan juga berpengaruh signifikan terhadap metabolisme tubuh dan risiko obesitas. Salah satu temuan penting adalah penurunan berat badan yang signifikan pada individu yang mengonsumsi 50% asupan energi harian saat sarapan disertai porsi makan yang lebih kecil pada malam hari. Pola makan ini juga memberikan rasa kenyang yang lebih besar dibandingkan konsumsi kalori yang lebih besar pada malam hari. Peran ritme sirkadian juga ditemukan memengaruhi Diet-Induced Thermogenesis (DIT) atau pengeluaran energi akibat proses pencernaan makanan. Penelitian menunjukkan bahwa DIT lebih tinggi ketika makanan dikonsumsi pada pagi hari dibandingkan malam hari. Efek ini dipengaruhi oleh sistem sirkadian endogen tubuh dan bukan semata-mata karena faktor perilaku seperti siklus tidur-bangun. Meskipun demikian, misalignment sirkadian jangka pendek tidak memberikan dampak signifikan terhadap DIT, tetapi tetap penting untuk memperhatikan pola waktu makan untuk menjaga keseimbangan metabolisme.

Hasil penelitian lainnya yang dipaparkan Dr. Kaur juga menunjukkan bahwa respons metabolisme seperti kadar glukosa dan insulin lebih tinggi pada malam hari dibandingkan pagi hari. “Hal ini menunjukkan toleransi glukosa dan sensitivitas insulin yang lebih rendah pada malam hari, sehingga konsumsi makanan di waktu larut malam dapat menyebabkan hiperglikemia postprandial,” ujar Dr. Kaur. Fenomena ini semakin diperburuk oleh pola makan yang tidak teratur, gaya hidup modern, dan aktivitas pekerja shift.
Fenomena eating jetlag, yaitu ketidaksesuaian pola makan antara hari kerja dan hari libur, juga berkontribusi pada misalignment internal tubuh. Perbedaan waktu makan ini, terutama saat sarapan, dapat meningkatkan risiko obesitas karena terganggunya ritme metabolisme tubuh. Dengan tren modernisasi yang mengarah pada waktu makan yang semakin larut, risiko gangguan metabolisme menjadi lebih tinggi.

Seminar ini memberikan wawasan penting bagi mahasiswa dan praktisi gizi untuk memahami hubungan erat antara ritme biologis tubuh dan pengelolaan obesitas. Melalui pendekatan berbasis waktu yang tepat, pengelolaan obesitas dapat dilakukan secara lebih efektif, baik melalui intervensi preventif maupun terapeutik. SEMOL seri ke-27 ini merupakan bagian dari upaya FKM UI dalam memperkuat pemahaman mahasiswa tentang isu-isu terkini di bidang gizi kesehatan masyarakat. Melalui kolaborasi dengan akademisi internasional seperti Dr. Satvinder Kaur, seminar ini tidak hanya memperkaya wawasan akademis, tetapi juga memberikan perspektif global dalam pengelolaan tantangan kesehatan masyarakat. (DFD)