Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan SEMOL Seri 9 yang berlangsung di Ruang Promosi Doktor, Gedung G FKM UI pada Sabtu, 4 Mei 2024. Mengusung tema “Academic Exploration: Obesity Management and Nutritional Challenges in Malaysia”, acara ini menghadirkan dua narasumber ahli dari Malaysia yang membahas isu-isu kesehatan terkait obesitas dan nutrisi. Assoc. Prof. Wong Jyh Eiin, Ph.D., dari Universitas Kebangsaan Malaysia membahas tentang manajemen obesitas di Malaysia, sementara Assoc. Prof. Dr. Geeta Appannah, M.Sc., dari Universitas Putra Malaysia membahas tentang masalah nutrisi di negara tersebut. SEMOL Seri 9 diwajibkan bagi semua mahasiswa program studi gizi UI untuk memperluas pemahaman mereka tentang topik-topik penting ini.
Melalui sambutannya, Dr. Ir. Asih Setiarini, MSc. mengungkapkan kekhawatiran terkait dengan fenomena Triple Burden of Malnutrition yang sedang dihadapi Indonesia, mengacu pada kondisi yang terjadi yaitu malnutrisi (undernutrition), kelebihan gizi atau kelebihan berat badan (overnutrition), dan defisiensi mikronutrien (micronutrient deficiency). Masalah yang dihadapi Indonesia kini juga mencakup masalah defisiensi gizi serta tingginya persentase prevalensi obesitas pada anak-anak di bawah umur.
“Tingginya angka obesitas ini menjadi sangat memprihatinkan karena dapat berdampak buruk pada kesehatan generasi muda dan kesejahteraan bangsa,” ujar Dr. Asih. Mengatasi masalah ini, Dr. Asih menyoroti pentingnya untuk belajar dari pengalaman Malaysia, dalam menerapkan strategi pencegahan obesitas yang efektif.
Assoc. Prof. Wong Jyh Eiin, Ph.D., menjelaskan berbagai peluang dan tantangan manajemen obesitas di Malaysia. Menguraikam pendekatan yang telah dilakukan dan strategi yang sedang dikembangkan, Assoc. Prof. Wong Jyh Eiin memberikan wawasan tentang upaya-upaya yang dilakukan di Malaysia untuk mengatasi masalah obesitas. Faktanya, Malaysia juga mengalami perubahan cepat dalam pola gizi akibat perubahan lingkungan dan gaya hidup. Hal ini, menyebabkan kompleksnya masalah gizi yang dialami seperti kekurangan gizi (stunting dan wasting), kekurangan mikronutrien, serta kelebihan gizi (kegemukan dan obesitas). Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang menyeluruh dengan mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan dan perilaku individu.
Implementasi kebijakan gizi melibatkan beberapa sektor dan langkah penting. “Pertama, kita sedang berusaha mendirikan Healthy Central Kitchen di Kyushoku Centre. Selanjutnya, ada upaya untuk membatasi iklan televisi untuk makanan/minuman tinggi lemak atau gula yang menarik bagi anak-anak, serta pencegahan obesitas di pusat kesehatan primer juga sedang diuji coba dalam tahap awal,” ucap Assoc. Prof. Wong. “Selain itu, akan diberlakukan pajak yang lebih tinggi pada minuman manis berpemanis (SSBs) untuk mengurangi konsumsinya. Terakhir, Malaysia juga mendirikan retail outlet sebagai Nutrihub, untuk memberikan akses lebih luas terhadap makanan sehat dan informasi gizi kepada masyarakat”, sambungnya.
Sejalan dengan yang disampaikan Assoc. Prof. Wong, narasumber ahli selanjutnya yakni Assoc. Prof. Dr. Geeta Appannah, M.Sc., dari Universitas Putra Malaysia juga menyampaikan bahwa sekitar 50 persen penduduk Malaysia mempunyai masalah kelebihan berat badan dan obesitas sehingga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. “Data menunjukkan 1 dari 2 orang dewasa mengalami kelebihan berat badan, serta 1 dari 3 anak sekolah dasar dan 1 dari 4 anak sekolah menengah juga mengalami kelebihan berat badan. Hal ini tentu menjadi peringatan serius akan meningkatnya masalah gizi di Malaysia dan perlunya tindakan preventif yang lebih intensif untuk mengatasinya,” ujar Dr. Geeta.
Strategi yang diterapkan Malaysia untuk mengatasi tingginya kasus obesitas melibatkan perubahan sistematis di seluruh peta sistem, intervensi di berbagai tingkat (individu, lokal, nasional), kerja sama lintas disiplin ilmu, serta membuat strategi perencanaan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Strategi ini mencakup langkah-langkah yang komprehensif dan terkoordinasi untuk menghadapi masalah obesitas dengan serius dan efektif.
Belajar dari pengalaman Malaysia yang menerapkan pendekatan holistik dan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan serta intervensi kebijakan yang tepat, diharapkan Indonesia juga dapat mengatasi tantangan gizi yang kompleks ini guna meningkatkan kesehatan masyarakatnya secara keseluruhan. (DFD)