Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonsia (UI) menyelenggarakan Hybrid General Lecture yang membahas topik “Social and Behavioural Insights in Immunizations and Infectious Disease” pada 30 April 2024. Menghadirkan Professor Julie Anne Leask dari School of Public Health, Faculty of Medicine and Health, University of Sydney, kuliah umum ini diikuti oleh mahasiswa dan dosen FKM UI.
Topik kuliah umum menyoroti pentingnya memahami faktor-faktor sosial dan perilaku yang memengaruhi keputusan individu dalam menerima atau tidak menerima vaksinasi. Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri K. Sudaryo, M.S., D.Sc., hadir memberikan dukungan dan sambutannya. Hadirnya Profesor Mondastri tidak hanya menegaskan komitmen FKM UI dalam mendukung kegiatan-kegiatan ilmiah berkualitas, tetapi juga menambahkan dimensi penting dalam konteks lokal terhadap pentingnya wawasan sosial dan perilaku dalam upaya pencegahan penyakit menular melalui imunisasi.
Pada sambutannya, Prof. Mondastri menyatakan dukungannya terhadap segala upaya yang bertujuan untuk meningkatkan angka kesehatan baik di Indonesia maupun lingkup global, serta pentingnya kolaborasi riset antara para peneliti di seluruh dunia untuk mencapai tujuan tersebut. “Tantangan kesehatan modern memerlukan solusi yang terbentuk melalui kerja sama lintas sektor. FKM UI senantiasa mendukung upaya positif demi mencapai tujuan kita bersama, seperti menurunkan angka kasus penyakit melalui program vaksinasi,” ujar Prof. Mondastri.
Profesor Julie Anne memaparkan tentang penggunaan ilmu sosial untuk meningkatkan penerimaan vaksin dan proses yang terkait. Fokus pemaparannya adalah bagaimana memberdayakan masyarakat untuk membuat keputusan yang berkualitas, menyoroti pentingnya ilmu sosial dalam program-program imunisasi, dan mengintegrasikan keahlian ilmu sosial dalam pengambilan keputusan.
Ia juga menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan vaksin, melalui beberapa aspek. Pertama, dari segi berpikir dan perasaan, faktor-faktor seperti risiko penyakit yang dirasakan dan keyakinan terhadap vaksin (termasuk manfaat yang dirasakan, keamanan, dan kepercayaan) memainkan peran penting. Selanjutnya, dalam proses sosial, norma-norma sosial (termasuk dukungan dari keluarga dan pemimpin agama) serta rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan dan kesetaraan gender juga memiliki pengaruh yang signifikan. Aspek-aspek tersebut berkontribusi pada motivasi individu untuk menerima vaksin yang direkomendasikan. Pada akhirnya, keputusan masyarakat dalam menerima vaksin dipengaruhi juga oleh faktor-faktor praktis seperti ketersediaan, keterjangkauan, kemudahan akses, dan kualitas layanan. Dalam usaha memperkuat penerimaan vaksin, Profesor Julia menekankan pentingnya tahapan-tahapan seperti merencanakan setiap proses dengan sederhana dan sistematis, serta melibatkan masyarakat dalam kegiatan sosialisasi dan edukasi.
Tidak hanya itu, kasus pandemi juga telah membawa perubahan signifikan dan menimbulkan evaluasi mendalam terhadap berbagai aspek kesehatan masyarakat, termasuk cakupan vaksinasi pada anak-anak. Selama periode ini, terjadi penurunan cakupan vaksinasi pada anak-anak. “Faktor-faktor yang beragam menyebabkan beberapa anak tidak mendapatkan vaksinasi yang memadai. Oleh karena itu, pendekatan yang efektif dalam mengatasi masalah ini dimulai dengan mendengarkan masyarakat dan melakukan penelitian untuk memahami akar permasalahan,” ujar Profesor Julie Anne. Langkah-langkah selanjutnya adalah menemukan solusi yang sesuai dengan permasalahan yang teridentifikasi dan melakukan evaluasi berkelanjutan terhadap upaya-upaya yang dilakukan. “Dengan memahami alasan di balik ketidakvaksinan dan mengidentifikasi strategi untuk meningkatkan penerimaan vaksin, tentunya kita dapat merancang intervensi yang lebih efektif dalam memperkuat program imunisasi,” pungkas Prof. Julie Anne. (DFD)