FKM UI SEMOL SERI 15: Percepatan Pencegahan Stunting melalui INI MASA PENTING dan Revitalisasi UKS

Jumat, 22 Juni 2024, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) kembali selenggarakan SEMOL (Seminar Online) pada seri ke-15. Bekerja sama dengan SUN Academia & OP Network Indonesia, SEMOL FKM UI menghadirkan dua pembicara ahli dalam bidang gizi yang membahas upaya pencegahan stunting.

“Seminar online ini diselenggarakan rutin dengan maksud menyampaikan hasil penelitian, kajian, maupun kegiatan pengmas dari para anggota jejaring SUN Academia dan Organisasi Profesi. Melalui kegiatan ini diharapkan dapat saling terinformasi dan bisa menangkap peluang kerja sama serta kolaborasi untuk perbaikan gizi di Indonesia,” tutur Wahyu Kurnia Yusrin Putra, S.K.M., M.K.M., Sekretaris dan Dosen Program Studi Gizi di dalam sambutan yang diberikan.

Kegiatan INI MASA PENTING (Inisiasi Pemetaan Sosial dan Pendampingan Percepatan Pencegahan Stunting) yang diselenggarakan oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia (AIPGI) disampaikan oleh Khoirul Anwar, S.Gz., M.Si. dari Panitia INI MASA PENTING, Universitas Sahid. INI MASA PENTING adalah kegiatan yang diinisiasi AIPGI bersama dosen dan mahasiswa gizi melalui pemetaan dan pendampingan dalam rangka percepatan pencegahan stunting dengan slogan “Cegah Stunting, Anak Cerdas, Ibu Bahagia, Keluarga Sejahtera”.  INI MASA PENTING juga bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Forum Rektor Indonesia (FRI). Tujuan INI MASA PENTING adalah untuk meningkatkan proses konvergensi (terarah, terintegrasi, dan terkoordinasi) dalam percepatan pencegahan stunting di tingkat desa untuk mewujudkan anak cerdas, ibu bahagia, dan keluarga sejahtera.

INI MASA PENTING memiliki kegiatan yang sudah dan sedang dijalankan, diantaranya hibah kompetitif, ditujukan bagi himpunan mahasiswa gizi se-Indonesia untuk melakukan kegiatan pelatihan, edukasi, dan pendampingan pada ibu hamil dan keluarga. Selain itu terdapat juga pemetaan determinan stunting, yaitu kegiatan pengumpulan informasi untuk mengetahui permasalahan, penyebab, dan strategi mencegah stunting pada ibu hamil dan balita. Kegiatan berikutnya adalah pendampingan ibu hamil hingga anak berusia 2 tahun, dilakukan langsung di tingkat desa dan posyandu yang diinisiasi dengan melibatkan program studi atau mahasiswa Gizi AIPGI yang mencakup edukasi, penyuluhan, pelatihan pemberian rujukan, dan pengembangan kewirausahaan terutama bagi perempuan dalam rangka pencegahan stunting. Terakhir adalah kegiatan pengembangan Early Life Nutrition Academy (ERLINA), yaitu bentuk edukasi daring dan luring mengenai gizi dan kesehatan calon pengantin serta ibu hamil.

“Kegiatan INI MASA PENTING dilakukan dari bulan September 2021 sampai Desember 2024 di 101 lokasi pendampingan di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia,” tutur Khoirul Anwar. “Terdapat beberapa indikator yang dimasukkan pada proses pendampingan pada setiap tahunnya serta fokus pada target sasaran yang ditujukan. Sehingga, hal yang dilakukan mengacu pada indikator-indikator Percepatan Penurunan Stunting Nasional pada ibu hamil, bayi dan balita, remaja dan calon pengantin, serta keluarga,” tambahnya.

Pemaparan kedua disampaikan oleh Vilda Ana Veria Setyawati, S.Gz., M.Gizi, Dosen Universitas Dian Nuswantoro, dengan topik Peran Revitalisasi UKS dalam Penanggulangan Stunting Sejak Remaja Usia Sekolah. “Menilik Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, remaja putri menjadi salah satu sasaran intervensi stunting namun sering dilupakan,” tutur Vilda Ana. “Jika dilihat dari siklus permasalahannya, stunting memiliki permasalahan melingkar yang dimulai dari seorang remaja putri.  Sehingga, siklus ini yang seharusnya dicegah.”

Vilda Ana menjelaskan bahwa remaja putri hanya mendapatkan 1 porsi dari upaya spesifik percepatan penanganan stunting di Indonesia, yakni mengkonsumsi TTD (Tablet Tambah Darah). Dikatakan pula bahwa terdapat intervensi gizi lainnya yang seharusnya didapatkan oleh remaja putri selain konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD), yakni Posyandu Remaja dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). UKS bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Peningkatan peran UKS menjadi penting karena sebagian besar kegiatan yang dilakukan oleh remaja adalah di sekolah. “Hal yang harus direvitalisasi ialah dengan mengembalikan Trias UKS, yakni Pendidikan Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, dan Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat,” terang Vilda Rena.

Sasaran pembinaan UKS yang utama adalah peserta didik. Adapun kader kesehatan sekolah adalah peserta didik yang dipilih oleh guru untuk ikut melakukan usaha pelayanan kesehatan kepada diri sendiri, teman, dan warga sekolah di lingkungan satuan pendidikan. Upaya keterlibatan peserta didik dalam program gizi di sekolah menjadi faktor penting untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku.

“Revitalisasi UKS secara tidak langsung berperan penting dalam mencegah stunting di masa depan. Produk revitalisasi UKS adalah perbaikan gizi dan penanaman pola hidup sehat bagi remaja putri yang diharapkan akan menetap di siklus hidup selanjutnya (calon pengantin dan ibu). Guru, orang tua, dan murid perlu berkolaborasi agar UKS menjalankan Trias UKS dan Kader Kesehatan wajib ada di setiap sekolah” pungkas Vilda Rena. (ITM)