FKM UI Tambah Jumlah Guru Besar dengan Dikukuhkannya Prof. Ririn Arminsih, Prof. Ahmad Syafiq, dan Prof. Tris Eryando

Pada Sabtu, 16 November 2024, Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan tiga Guru Besar Tetap dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) di Balai Sidang UI Kampus Depok. Tiga Guru Besar tersebut adalah Prof. Dr. drg. Ririn Arminsih Wulandari, M.Kes., yang dikukuhkan sebagai Guru Besar dengan ranting ilmu/kepakaran Epidemiologi Kesehatan Lingkungan, Prof. Ir. Ahmad Syafiq, M.Sc., Ph.D., yang dikukuhkan sebagai Guru Besar dengan ranting ilmu/kepakaran Metodologi Gizi, dan Prof. Dr. Drs. Tris Eryando, M.A., Guru Besar yang dikukuhkan sebagai Guru Besar dengan ranting ilmu/kepakaran Biostatistik Spasial.

Dalam pidato pengukuhannya, berjudul “Higiene dan Sanitasi Makanan sebagai Pilar Keamanan Makanan Nasional,” Prof. Ririn menekankan pentingnya kualitas dan keamanan pangan untuk mencegah risiko kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh makanan. Prof. Ririn menjelaskan bahwa higiene dan sanitasi makanan harus menjadi dasar operasional di berbagai industri pangan, seperti restoran dan katering, dan mengacu pada regulasi yang ada, termasuk Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2023.

Prof. Ririn juga menyampaikan perlunya kebijakan yang lebih kuat dalam bidang sanitasi pangan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, ketahanan pangan, dan gizi. Kejadian insiden pangan yang tidak terkendali, menurutnya, dapat menimbulkan masalah skala internasional. Oleh karena itu, ia menyoroti pentingnya peran tenaga kesehatan lingkungan yang terlatih dalam mengawasi standar higiene dan sanitasi di tempat pengolahan pangan, serta implementasi sistem keamanan pangan seperti Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Keterlibatan mahasiswa kesehatan lingkungan juga dianggap sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan tenaga di lapangan dan membantu Dinas Kesehatan dalam penilaian Tempat Pengolahan Pangan (TPP).

Selain itu, Prof. Ririn mengaitkan pentingnya sanitasi pangan dengan program pemerintah “Makan Bergizi Gratis” yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia, terutama dalam mengatasi masalah stunting. “Program ini membutuhkan pengawasan ketat terhadap keamanan pangan agar makanan yang disediakan aman untuk dikonsumsi,” tutur Porf. Ririn. Prof. Ririn menegaskan bahwa sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, tenaga kesehatan lingkungan, dan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan ketahanan pangan yang aman, bergizi, dan berkelanjutan di seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Sementara itu, dalam pidato pengukuhannya, Prof. Syafiq menyampaikan topik mengenai pendekatan gizi kesehatan masyarakat di Indonesia. Dalam pidatonya, Prof. Syafiq memaparkan dominasi pendekatan klinik dan kuratif dalam penanganan masalah gizi, seperti stunting, yang lebih fokus pada pemulihan daripada pencegahan.

Prof. Syafiq mengusulkan bahwa untuk menghadapi tantangan gizi di Indonesia, diperlukan pendekatan yang lebih luas dan melibatkan disiplin ilmu lain, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Giessen (2005). Dalam pidatonya, Prof. Syafiq memperkenalkan konsep Gizi Kesehatan Masyarakat, yang bertujuan untuk memfokuskan pada pencegahan dan penyebab dasar masalah gizi. Prof. Syafiq menyarankan agar program-program kesehatan masyarakat diperkuat dengan prinsip-prinsip yang lebih komprehensif, serta memberikan contoh penerapan analisis kapital dan kapasitas dalam upaya penurunan stunting di Indonesia.

Selain itu, Prof. Syafiq juga menyoroti sejumlah tantangan dalam kebijakan dan program gizi nasional, termasuk kesetaraan dan keadilan gizi, keterjaminan pangan, serta masalah gizi terkait perubahan iklim dan lingkungan. Prof. Syafiq menekankan pentingnya memperkaya keilmuan gizi dengan pendekatan sosial dan perilaku agar program-program gizi menjadi lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan.
Di sisi lain, Prof. Dr. Drs. Tris Eryando, M.A., menyampaikan pidato pengukuhan berjudul “Analisis Spasial untuk Optimalisasi Pemanfaatan Data dari Berbagai Sumber untuk Mendukung Keputusan”. Prof. Tris menjelaskan bagaimana analisis spasial dapat mengungkap pola distribusi masalah kesehatan dengan mempertimbangkan informasi geografis, seperti yang dilakukan oleh Dr. John Snow dalam menelusuri penyebaran kolera di London.

Prof. Tris menekankan bahwa masalah kesehatan masyarakat sangat kompleks dan membutuhkan data dari berbagai sumber, baik dari layanan kesehatan maupun masyarakat. Ia menyebutkan pentingnya pengelolaan data yang berasal dari berbagai tingkat sistem kesehatan, mulai dari Puskesmas hingga rumah sakit. “Tantangan yang sering muncul adalah penggabungan data dari berbagai sumber yang memiliki variabilitas dalam metode pengumpulan dan waktu, yang dapat memengaruhi kualitas dan akurasi data. Untuk itu, analisis spasial menjadi solusi untuk mengelola dan menganalisis data secara lebih akurat dengan mempertimbangkan variabel geografis yang relevan,” terang Prof. Tris dalam pidatonya.

Lebih lanjut, Prof. Tris menjelaskan bahwa kualitas data yang baik sangat penting dalam pengambilan keputusan kesehatan yang tepat. Prof. Tris optimis bahwa dengan berkembangnya teknologi dan analisis spasial, data kesehatan dapat dianalisis secara lebih mendalam dan spesifik untuk wilayah tertentu. Hal ini akan membantu dalam merumuskan kebijakan dan intervensi yang lebih tepat sasaran. Prof. Tris terus aktif melakukan penelitian di bidang ini dan berharap metode analisis spasial dapat semakin dioptimalkan untuk mendukung kebijakan kesehatan yang berbasis data yang akurat dan valid.

Ketiga Guru Besar Tetap FKM UI ini secara berurutan menjadi Guru Besar ke-33, 34, dan 35 yang dikukuhkan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2024. (wrk)