Depok, 23 November 2025 – Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menerima kunjungan dari JP Thermetrics, perusahaan asal Jepang, dalam rangka penjajakan kerja sama pengembangan sensor thermal untuk pemantauan kondisi fisiologis tubuh manusia, khususnya terkait risiko pajanan suhu ekstrem di lingkungan kerja. Pertemuan yang berlangsung secara luring di ruang rapat Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FKM UI ini menjadi bagian dari upaya eksplorasi potensi riset bersama serta pengembangan teknologi pemantauan risiko kerja yang inovatif dan berbasis bukti ilmiah.
Pertemuan tersebut mencakup eksplorasi pilot project di laboratorium maupun di industri. Pada pertemuan ini, dari Jepang hadir Mitsuhiro Oketani, Representative Director and President JP Thermetrics; Donny Ham, Industrial Testing Manager, PT Dynatech International; serta Pandega, Sales PT. Galleon. Sedangkan, dari pihak FKM UI, hadir Prof. Dr. Indri Hapsari Susilowati, S.K.M., M.K.K.K., Manajer Kerja Sama, Hubungan Alumni, dan Ventura; Dr. Eng. Stevan Deby Anbiya Muhamad Sunarno, S.K.M., M.K.K.K., Sekretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat; serta Farah perwakilan dari Laboratorium K3 FKM UI.
Pertemuan diawali dengan pemaparan dari delegasi Jepang yang menjelaskan perkembangan teknologi hasil kolaborasi sebelumnya dengan perusahaan Gram Cooperation, yang kini telah berintegrasi ke dalam JPK Maastricht. “Pada tahun 2023, Gram Cooperation menjadi perusahaan yang dapat berdiri penuh. Kemudian tim kami bergabung dan menjadi bagian dari perusahaan yang kini terintegrasi dalam Gram Cooperation,” jelas Mitsuhiro Oketani.
Selanjutnya, delegasi memperkenalkan berbagai perangkat sensor fisiologis yang dirancang untuk menganalisis respons tubuh pekerja terhadap kondisi suhu ekstrem (panas dan dingin) maupun beban aktivitas fisik. Teknologi ini mampu merekam berbagai parameter melalui sistem multi-channel (8 channel) yang dapat digunakan pada beragam eksperimen laboratorium dan lingkungan kerja. Beberapa perangkat yang diperkenalkan meliputi Low Temperature & High Temperature Sensor, Humidity Sensor, Environmental Thermal Sensor, Water Thermal Sensor, Skin Temperature Sensor, Rectal Temperature Sensor, Tympanic Temperature Sensor. “Sensor-sensor ini dirancang secara akurat, dapat di custom sesuai kebutuhan, dan dapat melakukan perekaman data dalam interval milliseconds,” tambah Oketani.
Dari pihak FKM UI, tim Departemen K3 menyampaikan bahwa penelitian terkait pajanan suhu ekstrem selama ini masih lebih banyak berfokus pada pengukuran lingkungan, sementara data fisiologis pekerja belum banyak diteliti. “Selama ini pajanan suhu ekstrem, khususnya panas lebih sering dilihat dari kondisi lingkungannya saja, belum banyak mengukur kondisi tubuh pekerja. Padahal informasi seperti kenaikan core body temperature atau skin temperature sangat penting,” ujar Dr. Stevan. Diskusi juga menyoroti kebutuhan perangkat yang bersifat wireless agar lebih mudah digunakan di lapangan. “Implementasi di lapangan juga akan menemui sedikit hambatan jika masih menggunakan kabel. Akan lebih baik jika sistemnya wireless,” tambah Farah.
Menanggapi hal tersebut, delegasi Jepang menyampaikan kesiapan mereka untuk menyesuaikan sensor sesuai kebutuhan riset maupun kondisi penggunaan di lapangan. “Perangkat ini dapat digunakan untuk berbagai jenis eksperimen, dan sensor dapat dikustomisasi sesuai permintaan,” ujar perwakilan delegasi Jepang.
Melalui kunjungan dan dialog teknologi ini, FKM UI dan JP Thermetrics diharapkan dapat mengembangkan langkah konkret menuju kerja sama internasional dalam penguatan kapasitas akademik, inovasi riset, serta pengembangan fasilitas laboratorium K3.

