FKM UI Terima Kunjungan Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh), Bahas Kolaborasi Keilmuan di Bidang Gizi

Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI) menerima kunjungan dari Koperasi Produsen Anugerah Bumi Hijau (Koprabuh) pada Kamis, 24 April 2025 di Gedung A Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia (RIK UI). Pertemuan ini menandai momen awal penjajakan kerja sama antara lembaga akademik dan koperasi produsen nasional dalam rangka mendukung penguatan aspek edukasi gizi pada program-program berbasis desa, khususnya dalam kerangka keberlanjutan Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang sedang dirintis Koprabuh di Jawa Timur.

Pertemuan dihadiri oleh Dekan FKM UI, Prof. dr. Mondastri Korib Sudaryo, M.S., D.Sc.; Wakil Dekan bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan, Dr. Ir. Asih Setiarini, M.Sc.; dan Prof. Indri Hapsari Susilowati, S.K.M., M.K.K.K., Ph.D., selaku Manajer Kerja Sama, Hubungan Alumni, dan Ventura FKM UI, para pakar di bidang gizi masyarakat dan kebijakan kesehatan, di antaranya; Prof. Dr. Ahmad Syafiq, S.K.M., M.Sc.; Prof. Dr. dr. Sandra Fikawati, M.P.H.; serta dr. Fathimah Sidiq, M.Res., Ph.D. Diskusi berjalan intensif, penuh semangat kolaboratif, serta memunculkan berbagai gagasan dan masukan strategis dari masing-masing pihak.

Dalam sambutannya, Prof. Mondastri menekankan pentingnya pendampingan dari para ahli gizi dalam pelaksanaan program-program yang berkaitan langsung dengan pemenuhan asupan gizi masyarakat. “Keberhasilan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak hanya ditentukan oleh distribusi pangan, tetapi juga oleh kualitas dan keseimbangan gizinya, yang harus disesuaikan dengan kebutuhan kelompok sasaran,” tutur Prof. Mondastri. Karenanya, diperlukan keterlibatan akademisi yang memiliki keahlian di bidang gizi untuk memastikan bahwa intervensi yang dilakukan benar-benar berdampak positif terhadap status gizi masyarakat. “FKM UI sendiri berkenaan dengan ranah keilmuan. Sepanjang tidak keluar dari aturan yang berlaku, FKM UI bersedia untuk berkontribusi pada ranah akademisi seperti kajian atau riset,” tambah Prof. Mondastri.

Koprabuh merupakan koperasi primer lintas provinsi yang berdiri sejak tahun 2006 dan secara resmi memperoleh legalitas pada 4 November 2015. Didirikan oleh para petani pemilik lahan yang berkomitmen pada prinsip keberlanjutan lingkungan, energi terbarukan, dan ketahanan pangan, Koprabuh memiliki visi besar untuk berkontribusi dalam pembangunan nasional berbasis komunitas. “Terinspirasi dari kesepakatan global seperti Kyoto Protocol dan Paris Agreement, Koprabuh memposisikan diri sebagai entitas swasta yang aktif dalam skema Clean Development Mechanism (CDM), mengelola lahan non-hutan dengan pendekatan ramah lingkungan dan berorientasi pada kesejahteraan petani serta pengentasan kemiskinan,” jelas Faizal, perwakilan dari Koprabuh.

Dalam kerangka visi tersebut, Koprabuh mengembangkan program Koprabuh Green Fund, sebuah inisiatif multifungsi yang meliputi restorasi hutan bakau, program makan bergizi gratis mendukung program pemerintah, penguatan kedaulatan pangan, hingga pembangunan desa mandiri berbasis komunitas. Program ini dimaksudkan sebagai bentuk kontribusi nyata terhadap mitigasi perubahan iklim, sekaligus mendukung agenda pembangunan berkelanjutan nasional. Pilot project program ini saat ini difokuskan di wilayah Jawa Timur, namun dengan cakupan visi yang meluas hingga skala nasional.

Prof. Ahmad Syafiq melihat peluang besar dalam sinergi antara Koprabuh dan FKM UI. “Secara prinsip, kita sepakat dapat bergerak bersama-sama. Apa yang dilakukan oleh Koprabuh ini sangat relevan dengan perubahan zaman, terutama soal carbon trading, momentum strategis seperti ini yang perlu kita manfaatkan sebaik-baiknya demi Indonesia yang lebih baik,” ujarnya. Prof. Ahmad Syafiq juga menekankan pentingnya mempersiapkan pertemuan lanjutan dengan lebih terstruktur, termasuk pembahasan teknis mengenai potensi output akademik seperti workshop, seminar, maupun riset bersama.

Sementara itu, Prof. Fika menyampaikan antusiasmenya atas inisiatif besar yang ditawarkan Koprabuh. Namun, Prof. Fika juga menekankan pentingnya aspek keberlanjutan dalam pelaksanaan program. “Senang sekali dapat berdiskusi dengan Koprabuh, sebuah program yang besar. Consent kami adalah keberlangsungan dari program MBG yang tantangannya besar sekali, mulai dari aspek pendanaan, manajemen dapur, hingga logistik pasokan pangan. Untuk bisa mencetak SDM yang berkualitas, memang perlu makan yang bergizi,” tegasnya. Hal substansi gizi ditambahkan oleh Dr. Fathimah bahwa program MBG seharusnya tidak hanya menyoroti aspek ketersediaan pangan, namun juga memperhatikan nilai gizi dari makanan yang disediakan. “Melalui seminar yang segera dirancang, FKM UI juga akan turut membahas aspek gizinya. Jadi yang diangkat tidak hanya unsur pangannya saja, melainkan juga kandungan gizinya agar program ini benar-benar berdampak positif terhadap status gizi masyarakat,” ungkapnya.

Prof. Asih Setiarini, dalam kesempatan tersebut juga menekankan bahwa keterlibatan akademisi dalam riset implementatif di tingkat komunitas sangat diperlukan untuk mendorong keberhasilan program.
Dari pihak Koprabuh, Sumanto berharap agar FKM UI dapat membantu memformulasikan pendekatan intervensi berbasis gizi yang dapat diterapkan di desa-desa. “Kami meminta dukungan dari FKM UI, bagaimana agar persoalan gizi dapat dikenalkan ke desa, karena sampai saat ini tidak ada peraturan terkait gizi. Di kawasan kami, ada daun kelor yang sangat baik untuk ibu menyusui, tapi pengelolaannya masih belum dimaksimalkan oleh daerah,” ungkap Sumanto.

Sebagai tindak lanjut dari diskusi tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk memulai langkah awal kerja sama dalam bentuk kegiatan akademik seperti seminar atau diskusi panel yang akan membahas berbagai aspek strategis dari keberlanjutan pangan. Topik-topik yang akan dibahas meliputi pendanaan, sistem monitoring dan evaluasi program, serta peran intervensi gizi berbasis lokal yang relevan dengan karakteristik komunitas desa. Melalui sinergi antara institusi akademik dan pelaku lapangan seperti Koprabuh, diharapkan lahir solusi-solusi konkret untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat, berdaya, dan berkelanjutan. Pertemuan ini turut dihadiri oleh jajaran perwakilan dari Koprabuh lainnya, antara lain Rachmat Saleh, Ketua Koprabuh Jawa Timur; Kyai Ramang, Ketua Koprabuh Kabupaten Sumenep; Kresna Bayu Ketua Koprabuh Kecamatan Batu Putih Sumenep; dan Faizal, bidang monitoring dan evaluasi program. (DFD)